SKIZOFRENIA HEBEFRENIK
By agustinus88
1. Pengertian
a. Skizofrenia
1) Skizofrenia adalah gabungan jiwa yang penderitanya tidak mampu menilai realitias (Reality Testing Ability/RAT) dengan baik dan pemahaman diri (self inside )yang buruk (Dadang Hawari,2001 ; 43)
2) Skizofernia merupakan suatu prikosa yang sering dijumpai dimana-mana sejak dahulu kala. Meskipun demikian pengetahuan kita sebab musabab dan patogenesanya sangat kurang (W.E.Maramis.1998 ; 215)
3) Skizonfrenia adalah sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai area funsi individu, termasuk berpikir dan berkomunikasi, menerima, dan menginterpretasikan relitas, merasakan dan menunjukan emosi, dan perilaku dengan sikap yang dapat diterima secara social (Ann Issac. Ahli bahasa Dean Praty. Cetakan 1. 2004 :151).
4) Skizonfrenia adalah sekelompok gabungan psikotes dengan gangguan dasar pada kepribadian, distorsi khas pikir, kadang-kadang mempunyai perasaan bahwa dirinya sedang dikendalikan oleh kekuatan dari luar dirnya, waham yang kadang-kadang aneh, gangguan persepsi, afek abnormal yang terpadu dengan situasi nyata atau sebenarnya, dan autisme. Meskipun demikian, kesadaran yang jernih dan kapasitas intelektual biayanya tidak tergantung (Arif Mansjoer. Jilid 1.2000 :196).
5) Skizofernia adalah penyakit otak yang menetap dan serius yang menimbulkan perilaku psikotik, berpikir konkret, edan kesulitan pada proses pengolahan informasi, interpretasi hubungan dan pemecahan masalah (Stuart and Laraia. Edisi 3. 1998 : 406).
6) Skizofrenia menurut Eugen Bleuler adalah suatu keadaan yang menandakan adanya perpecahan (schism) antara pikiran, emosi, dan perilakkku pada pasien yang terkena (Kaplan dan Saddock. Alih bahasa Dr. Widjaja Kusuma. Jilid I. 1997 : 686).
Dari pengertian diatas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa skiofrenia adalah gangguan jiwa seseorang yang menandkan adanya perpecahan pikiran, emosi dan perilaku yang menimbulka perilaku psikotik, berfkir konkret, kesulitan berkomunikasi, pemecahan masalah dan tidak mampu menilai realitas.
b. Skizofrenia Hebrefrenik
1) Skizofrenia Hebrefrenik adalah perilaku yang khas, regresi, primitive, afek tidak sesuai denan karakteristik umumnya wajah dungu, tertawa aneh-aneh, menangis dan menarik diri secara ekstrim (Mary C. Towsend dalam Novy Helena C, 1998 : 143).
2) Skizofrenia Hebrefrenik adalah Percakapan dan perilaku yang kacau, serta afek yang datar atau tidak tepat, gangguan asosiasi juga banyak terjadi. (Ann Isaac, 2004 : 153)
3) Skizofrenia Hebrefrenik permulaanya subakut dan sering timbul pada masa remaja antara 15-25 tahun. Gejala yang mencolok ialah gangguan proses fikir, gangguan kemauan dan adanya depersonalisasi atau double personalitty. Gangguan psikomotor seperti mannerism, neologisem atau perilaku kekanak-kanakan sering terdapat pada herbefrenia, waham dan halusinasi banyak sekali. (Maramis, 1998 : 223)
Seseorang yang menderita skizofrenia herbefrenik, disebut juga disorganized type atau “kacau balau” yang ditandai dengan gejala-gejala antara lain sebagai berikut :
1) Inkoherensi yaitu jalan pikiran yang kacau, tidak dapat dimengerti apa maksudnya.
2) Alam perasaan yang datar tanpa ekspresi serta tidakserasi atau ketolol-tololan.
3) Perilaku dan tertawa kekenak-kanakan, senyum yang menunjukkan rasa puas diri atau senyum yang hanya dihayati sendiri.
4) Waham yang tidak jelas dan tidak sistematik tidak terorganisasi sebagai suatu kesatuan.
5) Halusinasi yang terpecah-pecaj yang isi temanya tidak terorganisasi sebagai satu kesatuan.
6) Perilaku aneh, misalnya menyeringai sendiri, menunjukkan gerakan-gerakan aneh, berkelakar, pengucapan kalimat yang diulang-ulang dan cenderung untuk menarik diri secara akstrim dari hubungan sosial (Dadang Hawari, 2001 :640.
Dari pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan skizofenia hebrefrenik adalah gangguan jiwa dengan perilaku yang khas regresi dan primitif, afek tidak sesuai, dengan karakteristik umum wajah dungu, tertawa-tawa aneh, meringis, percakan dan perilaku yang kacau, permulaanya perlahan-lahan atau subakut, sering timbul pada masa remaja atau antara 15-25 tahun yang disertai adanya gangguan kemauan, gangguan psikomotor seperti manerisme, neologisme atau perilaku kekanak-kanakan, waham, dan halusinasi.
2. Psikodinamika Skizofrenia
a. Rentang Respon Neurobiologis
Gambar 1 : Rentang Respon Neurologis
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Pikiran logis Pikiran Menyimpang Kelainan pikiran/delusi
Persepsi akurat Ilusi Halusianasi
Emosi konsisten Reaksi emosional berlebihan Ketidak mampuan
Dengan pengalaman atau kurang untuk mengalami emosi
Perilaku sesuai Perilaku ganjil atau tak lazim Ketidakteraturan
Hubungan sosial Menarik diri Isolasi sosial
Sumber : (Stuart and Sudeen, 1998 : 302)
b. Proses Terjadinya Skizofrenia Herbefrenik
1) Faktor Predisposisi
Beberapa faktor predisposisi yang berkontribusi pada munculnya respon neurobiologi seperti pada harga diri rendah antara lain :
a) Faktor Genetis
Telah diketahui bahwa secara genets skizofrenia diturunkan melaluui kromosom-kromosom tertentu. Tetapi kromosom yang ke berapa menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Diduga letak gen skizofrenia ada dikromosom no. 6 dengan kontribusi genetik tambahan no. 4, 8, 15 dan 22. Anak kembar identik memilki kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami skizofrenia, sementara jika dizigote peluangnya sebesar 15%. Seorang anak yang salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia, ssementara bila kedua orang tuany skizofreia maka peluangnya menjadi 35%.
b) Faktor Neeurologis
Ditemukan bahwa korteks prefrotal dan korteks limbik pada klien skizofrenia tidak pernah berkembang penuh. Ditemukan juga pada klien skizofrenia terjadi penurunan volume dan fungsi otakyang banormal. Neurotransmitter yang ditemukan tidak normal khususnya dopamine, serotonine, dan glutamat.
c) Studi Neurotransmiter
Skizofrenia diduga juga disebkan oleh adanya ketidakseimbangan neurotransmtter dopamine yang berlebihan.
d) Teori Virus
Paparan virus influenza pada trimester 3 kehamilan dapat menjadi faktor predispossisi skizofrenia.
e) Psikologis
Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi skizofrenia antara lain anak yang diperlakukan oleh ibu pencemas, terlalu melindungi, dingin dan tidak berperasaan, sementara ayah yang mengambil jarak dengan anaknya.
2) Faktor Presipitasi
Faktor-faktor pencetus respon neurobiologis meliputi :
a) Berlebihannya proses inflamasi pada sistem saraf yang menerima dan memproses informasi di thalamus dan frotal otak.
b) Mekanisme penghantaran listrik di saraf terganggu.
c) Gejala-gejala pemicu seperti kondisi kesehatan, lingkunga, sikap da perilaku.
Gejala-gejala pencetus respon biologis :
(1) Kesehatan : nutrisis kurang, kurang tidur, ketidakseimbangan irama sirkadian, kelelahan, infeksi, obat-obatan sistem saraf pusat, kurangnya latihan dan hambatan untuk menjangkau layanan kesehatan.
(2) Lingkungan : lingkungan yang memusuhi, masalah rumah tangga, kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan hidup, pola aktivitas sehari-hari, kesukaran berhubungan dengan oran lain, isolasi sosial, kurangnya dukungan sosial, tekanan kerja, stigmasisasi, kemiskinan, kurangnya alat transportasidan ketidakmampian mendapatkan pekerjaan.
(3) Sikap/perilaku : merasa tidak mampu, putus asa, merasa gagal, kehilangan kendali diri(demoralisasi), merasa punya kekuatan berlebihan dengan gejala tersebut, merasa malang, bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia maupun kebudayaan, rendahnya kemampuan sosialisasi, perilaku agresif, perilaku kekerasan, ketidakadekuatan pengobatan dan ketidakadekuatan penanganan gejala.
c. Tanda dan Gejala Skizofrenia Herbefrenik
1) Inkoherensi yaitu jalan pikiran yang kacau, tidak dapat dimengerti apa maksudnya.
2) Inkoherensi yaitu jalan pikiran yang kacau, tidak dapat dimengerti apa maksudnya.
3) Alam perasaan yang datar tanpa ekspresi serta tidakserasi atau ketolol-tololan.
4) Perilaku dan tertawa kekenak-kanakan, senyum yang menunjukkan rasa puas diri atau senyum yang hanya dihayati sendiri.
5) Waham yang tidak jelas dan tidak sistematik tidak terorganisasi sebagai suatu kesatuan.
6) Halusinasi yang terpecah-pecaj yang isi temanya tidak terorganisasi sebagai satu kesatuan.
7) Perilaku aneh, misalnya menyeringai sendiri, menunjukkan gerakan-gerakan aneh, berkelakar, pengucapan kalimat yang diulang-ulang dan cenderung untuk menarik diri secara akstrim dari hubungan sosial (Dadang Hawari, 2001 :640.)
Skizofrenia dikenal sebagai salah satu sindrom klinis yang paling membingungkan dan melumpuhkan. Skizofrenia juga merupakan sindrome yang dikenal paling dekat dengan istilah gila yang selama ini dikenal oleh banyak orang.
Kenyataan yang ada menimbulkan pernyataan bahwa ternyata selama ini skizofrenia sangat sering menimbulkan ketakutan, kesalah pahaman, baik bagi orang di sekitar penderita dan mungkin bagi penderita sendiri. Dengan adanya konsepsi yang terus-terusan salah maka tidak menutup kemungkinan nantinya skizofrenia menjadi sesuatu yang seperti virus akut yang sangat ditakuti.
Sejarah juga berkata bahwa memang pada kenyataannya patologi macam skizofrenia masih jarang dikenal walaupun pada kenyataannya telah menyerang paling tidak 1% dari populasi di Amerika maupun eropa. Jelas hal ini perlu mendapatkan penyikapan yang cukup serius, baik di kalangan akademisi maupun kalangan umum.
A. Pengertian:
Skizofrenia adalah bentuk kegilaan dengan disintegrasi pribadi, tingkah laku emosional dan intelektual yang ambigious ( majemuk) dan terganggu secara serius, mengalami regresi atau dementiasi total pasien banyak melarikan diri dari kenyataan hidup dan berdiam dalam dunia fantasi.
B. Ciri-Ciri Utama
1. Gangguan Dalam Pikiran Dan Pembicaraan
Ø Gangguan Isi Pikiran
Biasanya bentuk gangguan dalam isi pikiran ini adalah waham atau keyakinan yang salah yang menetap pada pikiran seseorang tanpa mempertimbangkan dasar yang tidak logis dan tidak adanya bukti untuk mendukung keyakinan tersebut. Kita bisa memberi contoh seperti John Nash yang berwaham seolah dikejar-kejar oleh agen rahasia kelompok pembebasan dari soviet.
Ø Gangguan Bentuk Pikiran
Kalau orang normal biasanya cenderung memiliki pemikiran yang logis dan koheren maka berbeda lagi seorang skizofren yang berpikir secara nonorganisir dan bahkan tidak logis biasanya ditandai dengan pembicaraan yang tidak teratur, kacau, melompat dari satu topik ke topik lainnya dan tentunya pembicaraannya sulit dipahami
2. Kekurangan dalam pemusatan Perhatian
Orang yang menderita gangguan skizofrenia akan kesulitan sekali untuk bisa memustkan perhatian, tanda-tandanya biasanya adalah mereka sulit untuk menyaring keluar stimulus yang tidakrelevan dan mengganggu dan tidak penting, para penderita skizofren biasanya juga sulit m,enyaring suara-suara yang mengganggu.
3. Gangguan Persepsi
Mereka yang mengalami skizofrenia umumnya mengalami gangguan persepsi dan kebanyakan berupa halusinasi, mereka sering seolah mendengar suara, melihat sesuatu, mengalami,melakukan sesuatu yang pada kenyataannya hanya terjadi di realitas khayalan mereka.
4. Gangguan Emosional
Gangguan emosi dari penderita skizofrenia biasanya ditandai dengan afek yang tumpul atau, afek yang datar atau juga afek yang tidak sesuai.
C. Gejala-Gejala Skizofrenia
1. Dingin perasaanya, acuh tak acuh, tak ada reksi emosional pada orang dekatnya.
2. Melamun dan menyendiri, menghindari pergaulan
3. Mudah berprasangka, misal: ada orang yang sedang berbicara dan biasnya dikira membicarakan dirinya.
4. Sering terjadi salah tanggapan? Terhenti pikiran. Misal: berbicara kadang-kadang lupa apa yang dibicarakan, bicara satu masalah pindah ke masalah lain yang tak ada hubungannya.
5. Penderita banyak merasa putus asa dan ia merasa sebagai korban dari kejahatan orang/ masyarakat.
6. Keinginan menjauhkan diri dari masyarakat, tak mau makan/ minum.
D. Penyebab.
1. Belum diketahui, sementara peneliti menyatakan 60 % berasal dari keluarga yang pernah sakit jiwa. Jika salah satu orang tuanya pernah sakit jiwa 10 % keturunannya akan menderita, jika kedua-duanya sakit maka setengah dari anaknya akan sakit.
Minggu, 16 Mei 2010
biologi keperawatan
SEL
Sel merupakan unit kehidupan yang terkecil, oleh karena itu sel dapat menjalankan aktivitas hidup, di antaranya metabolisme.
Metabolisme adalah proses-proses kimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup/sel. Metabolisme disebut juga reaksi enzimatis, karena metabolisme terjadi selalu menggunakan katalisator enzim.
Berdasarkan prosesnya metabolisme dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Anabolisme/AsimilasI/Sintesis,
yaitu proses pembentakan molekul yang kompleks dengan menggunakan energi tinggi.
Contoh : fotosintesis (asimilasi C)
energi cahaya
6 CO2 + 6 H2O ———————————> C6H1206 + 6 02
klorofil glukosa
(energi kimia)
Pada kloroplas terjadi transformasi energi, yaitu dari energi cahaya sebagai energi kinetik berubah menjadi energi kimia sebagai energi potensial, berupa ikatan senyawa organik pada glukosa. Dengan bantuan enzim-enzim, proses tersebut berlangsung cepat dan efisien. Bila dalam suatu reaksi memerlukan energi dalam bentuk panas reaksinya disebut reaksi endergonik. Reaksi semacam itu disebut reaksi endoterm.
2. Katabolisme (Dissimilasi),
yaitu proses penguraian zat untuk membebaskan energi kimia yang tersimpan dalam senyawa organik tersebut.
Contoh:
enzim
C6H12O6 + 6 O2 ———————————> 6 CO2 + 6 H2O + 686 KKal.
energi kimia
Saat molekul terurai menjadi molekul yang lebih kecil terjadi pelepasan energi sehingga terbentuk energi panas. Bila pada suatu reaksi dilepaskan energi, reaksinya disebut reaksi eksergonik. Reaksi semacam itu disebut juga reaksi eksoterm
Anabolisme dibedakan dengan katabolisme dalam beberapa hal:
• Anabolisme merupakan proses sintesis molekul kimia kecil menjadi molekul kimia yang lebih besar, sedangkan katabolisme merupakan proses penguraian molekul besar menjadi molekul kecil
• Anabolisme merupakan proses membutuhkan energi, sedangkan katabolisme melepaskan energi
• Anabolisme merupakan reaksi reduksi, katabolisme merupakan reaksi oksidasi
• Hasil akhir anabolisme adalah senyawa pemula untuk proses katabolisme.
Anabolisme
Anabolisme adalah proses sintesis molekul kompleks dari senyawa-senyawa kimia yang sederhana secara bertahap. Proses ini membutuhkan energi dari luar. Energi yang digunakan dalam reaksi ini dapat berupa energi cahaya ataupun energi kimia. Energi tersebut, selanjutnya digunakan untuk mengikat senyawa-senyawa sederhana tersebut menjadi senyawa yang lebih kompleks. Jadi, dalam proses ini energi yang diperlukan tersebut tidak hilang, tetapi tersimpan dalam bentuk ikatan-ikatan kimia pada senyawa kompleks yang terbentuk.
Selain dua macam energi diatas, reaksi anabolisme juga menggunakan energi dari hasil reaksi katabolisme, yang berupa ATP. Agar asam amino dapat disusun menjadi protein, asam amino tersebut harus diaktifkan terlebih dahulu. Energi untuk aktivasi asam amino tersebut berasal dari ATP. Agar molekul glukosa dapat disusun dalam pati atau selulosa, maka molekul itu juga harus diaktifkan terlebih dahulu, dan energi yang diperlukan juga didapat dari ATP. Proses sintesis lemak juga memerlukan ATP.
Anabolisme meliputi tiga tahapan dasar. Pertama, produksi prekursor seperti asam amino, monosakarida, dan nukleotida. Kedua, pengaktivasian senyawa-senyawa tersebut menjadi bentuk reaktif menggunakan energi dari ATP. Ketiga, penggabungan prekursor tersebut menjadi molekul kompleks, seperti protein, polisakarida, lemak, dan asam nukleat. Anabolisme yang menggunakan energi cahaya dikenal dengan fotosintesis, sedangkan anabolisme yang menggunakan energi kimia dikenal dengan kemosintesis.
Senyawa kompleks yang disintesis organisme tersebut adalah senyawa organik atau senyawa hidrokarbon. Autotrof, seperti tumbuhan, dapat membentuk molekul organik kompleks di sel seperti polisakarida dan protein dari molekul sederhana seperti karbon dioksida dan air. Di lain pihak, heterotrof, seperti manusia dan hewan, tidak dapat menyusun senyawa organik sendiri. Jika organisme yang menyintesis senyawa organik menggunakan energi cahaya disebut fotoautotrof, sementara itu organisme yang menyintesis senyawa organik menggunakan energi kimia disebut kemoautotrof.
Reaksi anabolisme menghasilkan senyawa-senyawa yang sangat dibutuhkan oleh banyak organisme, baik organisme produsen (tumbuhan) maupun organisme konsumen (hewan, manusia). Beberapa contoh hasil anabolisme adalah glikogen, lemak, dan protein berguna sebagai bahan bakar cadangan untuk katabolisme, serta molekul protein, protein-karbohidrat, dan protein lipid yang merupakan komponen struktural yang esensial dari organisme, baik ekstrasel maupun intrasel.
Anabolisme adalah suatu peristiwa perubahan senyawa sederhana menjadi senyawa kompleks, nama lain dari anabolisme adalah peristiwa sintesis atau penyusunan. Anabolisme memerlukan energi, misalnya : energi cahaya untuk fotosintesis, energi kimia untuk kemosintesis.
Katabolisme
Katabolisme adalah serangkaian reaksi yang merupakan proses pemecahan senyawa kompleks menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana dengan membebaskan energi, yang dapat digunakan organisme untuk melakukan aktivitasnya. Termasuk didalamnya reaksi pemecahan dan oksidasi molekul makanan seperti reaksi yang menangkap energi dari cahaya matahari. Fungsi reaksi katabolisme adalah untuk menyediakan energi dan komponen yang dibutuhkan oleh reaksi anabolisme.
Sifat dasar yang pasti dari reaksi katabolisme berbeda pada setiap organisme, dimana molekul organik digunakan sebagai sumber energi pada organotrof, sementara litotrof menggunakan substrat anorganik dan fototrof menangkap cahaya matahari sebagai energi kimia. Tetapi, bentuk reaksi katabolisme yang berbeda-beda ini tergantung dari reaksi redoks yang meliputi transfer elektron dari donor tereduksi seperti molekul organik, air, amonia, hidrogen sulfida, atau ion besi ke molekul akseptor seperti oksigen, nitrat, atau sulfat. Pada hewan reaksi katabolisme meliputi molekul organik kompleks yang dipecah menjadi molekul yang lebih sederhana, seperti karbon dioksida dan air. Pada organisme fotosintetik seperti tumbuhan dan sianobakteria, reaksi transfer elektron ini tidak menghasilkan energi, tetapi digunakan sebagai tempat menyimpan energi yang diserap dari cahaya matahari.
Urutan yang paling umum dari reaksi katabolik pada hewan dapat dibedakan menjadi tiga tahapan utama. Pertama, molekul organik besar seperti protein, polisakarida, atau lemak dicerna menjadi molekul yang lebih kecil di luar sel. Kemudian, molekul-molekul yang lebih kecil ini diambil oleh sel-sel dan masih diubah menjadi molekul yang lebih kecil, biasanya asetil koenzim A (Asetil KoA), yang melepaskan energi. Akhirnya, kelompok asetil pada KoA dioksidasi menjadi air dan karbon dioksida pada siklus asam sitrat dan rantai transpor elektron, dan melepaskan energi yang disimpan dengan cara mereduksi koenzim Nikotinamid Adenin Dinukleotida (NAD+) menjadi NADH.
Pada setiap organisme, untuk menghasilkan energi tersebut dapat dibagi dalam dua cara, yaitu sebagai berikut.
1. Respirasi seluler atau respirasi aerob, yaitu reaksi yang menggunakan oksigen sebagai bahan bakar organik. Secara umum keseluruhan proses pada respirasi seluler berlangsung sebagai berikut.
>> Senyawa organik + Oksigen —> Karbon dioksida + Air + Energi
Termasuk ke dalam reaksi seluler adalah reaksi glikolisis, siklus Krebs, dan transpor elektron, dimana diantara glikolisis dan siklus Krebs terdapat sebuah reaksi antara yang disebut dekarboksilasi oksidatif.
2. Fermentasi, atau respirasi anaerob, yaitu proses pemecahan molekul yang berlangsung tanpa bantuan oksigen. Termasuk ke dalam fermentasi adalah fermentasi asam laktat, fermentasi alkohol, dan fermentasi asam cuka.
Pada hakikatnya, respirasi adalah pemanfaatan energi bebas dalam makanan menjadi energi bebas yang ditimbun dalam bentuk ATP. Dalam sel, ATP digunakan sebagai sumber energi bagi seluruh aktivitas hidup yang memerlukan energi. Aktivitas hidup yang memerlukan energi, antara lain sebagai berikut.
1. Kerja mekanis
Salah satu bentuk kerja mekanis adalah lokomosi. Kerja mekanis selalu terjadi jika sel otot berkontraksi.
2. Transpor aktif
Dalam transpor aktif, sel-sel harus mengeluarkan energi untuk mengangkut molekul zat atau ion yang melawan gradien konsentrasi zat.
3. Produksi panas
Energi panas penting bagi tubuh burung dan hewan menyusui. Energi panas ini, umumnya timbul sebagai hasil sampingan transformasi energi dalam sel. Misalnya, pada proses kontraksi otot, terjadi pemecahan ATP. Disamping timbul energi mekanik, timbul juga energi panas.
Contoh katabolisme adalah proses pernapasan sel atau respirasi.
Respirasi merupakan oksidasi senyawa organik secara terkendali untuk membebaskan energi bagi pemeliharaan dan perkembangan makhluk hidup.
Berdasarkan kebutuhan terhadap tersedianya oksigen bebas, dibedakan atas :
a. Respirasi Aerob, yaitu respirasi yang membutuhkan oksigen bebas, jadi oksigen merupakan senyawa penerima hidrogen terakhir.
b. Respirasi Anaerob, yaitu respirasi yang tidak membutuhkan oksigen bebas. Jadi sebagai penerima hidrogen terakhir bukan oksigen tetapi senyawa-senyawa tertentu seperti asam piruvat, asetaldehid.
a. Respirasi Aerob
Respirasi sel secara Aerob berlangsung melalui empat tahap, yaitu :
1. glikolisis
• Berlangsung di sitoplasma
• Berlangsung secara anaerob
• Mengubah satu molekul glukosa (senyawa berkarbon 6) menjadi dua molekul asam piruvat(senyawa berkarbon 3)
• Dihasilkan energi sebesar 2 ATP dan 2 NADH untuk tiap molekul glukosa.
2. Dekarboksilasi Oksidatif Asam Piruvat.
• Berlangsung pada matriks mitokondria.
• Mengubah Asam Piruvat (senyawa berkarbon 3) menjadi Asetil-KoA (senyawa berkarbon 2).
• Dihasilkan 1 NADH dan CO2, untuk tiap molekul Asam Piruvat menjadi Asetil-KoA.
3. Daur Krebs
• Berlangsung pada metriks motokondria
• Mengubah Asetil-KoA (senyawa berkarbon 2) menjadi CO2 (senyawa berkarbon 1).
• Untuk tiap molekul senyawa Asetil-KoA dihasilkan IATP, 1 FADH dan3 NADH.
4. Rantai Pengangkutan Elektron
• NADH dan FADH merupakan senyawa pereduksi yang menghasilkan ion hidrogen.
• Satu molekul NADH akan melepaskan / menghasilkan 3 ATP, sedangkan satu molekul FADH akan melepaskan / menghasilkan 2 ATP.
Tabel Jumlah ATP yang dihasilkan selama respirasi sel :
Proses Jenis ekseptor Jumlah ATP yang dihasilkan
Glikolisis
Glukosa--> 2 asam piruvat
2 NADH
2 ATP
Reaksi antara
2 asam piruvat-->2 asetil KoA + 2 CO2
2 NADH
Siklus Krebs
2 asetil KoA--> 4 CO2
6 NADH
2 FADH2
2 ATP
Transfer elektron
10 NADH + 5 O2 -->10 NAD + H O
2 FADH + O2 -->2 FAD + 2 H2O
30 ATP
4 ATP
Pada proses glikolisis digunakan 2 molekul ATP sehingga hasil bersih ATP = 38-2 = 36.
b. Respirasi Anaerob
pada respirasi Anaerob jalur yang ditempuh meliputi :
1. Glikolisis
2. Pembentukan alkohol (fermentasi alkohol) atau pembentukan asam laktat (fermentasi asam laktat).
Fermentasi Alkohol :
Aseptornya : Aseltadehid, hasilnya etanol, terjadi pada sel tumbuhan
Reaksi : C6 H 12O6 2 C2 H5 OH + 2 CO2 + 2 ATP
Glukosa Etanol
Fermentasi Laktat
Aseptornya : Asam Piruvat, hasilnya Asam Laktat, terjadi pada sel hewan.
Reaksi : C6 H 12O6 C3 H6 O3 + 2 ATP
Glukosa As, Laktat
Katabolisme Lemak dan Protein
Katabolisme lemak dimulai dengan pemecahan lemak menjadi gliserol dan asam lemak. Gliserol yang merupakan senyawa dengan 3 atom C dapat dirubah menjadi gliseral dehid 3-fosfat. Selanjutnya gliseral dehid 3-fosfat mengikuti jalur glikolisis sehingga terbentuk piruvat. Sedangkan asam lemak dapat dipecah menjadi molekul-molekul dengan 2 atom C. Molekul dengan 2 atom C ini kemudian diubah menjadi asetil koenzim A. Kalian dapat menghitung satu.
Asam amino dihasilkan dari proses hidrolisis protein. Setelah gugus amino dari asam amino dilepas, beberapa asam amino diubah menjadi asam piruvat dan ada juga diubah menjadi asetil koenzim A. Gugus amino yang dilepas dari asam amino dibawa ke hati untuk diubah menjadi amoniak (NH3) dan dibuang lewat urine, 1 gram protein menghasilkan energi yang sama dengan 1 gram karbohirat.
• Membran sel antara lain berfungsi sebagai pengatur keluar masuknya zat, molekul, ion ke dalam sel
• Pengaturan ini memungkinkan sel untuk :
1. memperoleh pH yang sesuai
2. konsentrasi zat zat menjadi terkendali
3. membuang zat sisa metabolisme yang bersifat racun
4. memasok ion ion yang penting untuk kegiatan saraf dan otot
• Membran plasma bersifat
semipermiabel, deferensialpermiabel dan selektif permiabel
• Perpindahan zat, molekul, ion melewati membran dengan cara :
1. Transpor pasif : Perpindahan zat, molekul, ion melewati membran tanpa menggunakan energi sel
• Yang termasuk transpor pasif
1) Difusi : perpindahan molekul zat (gas, cair atau zat padat) dari konsentrasi tinggi ke zat yang berkonsentrasi rendah
Contoh : gula dalam air, sirup dalam air
2) Difusi yang difasilitasi : difusi yang memerlukan bantuan protein membran (protein transpor)
Contoh : masuknya glukosa, Cl-, Ca2+, Na2+ ke dalam sel
3) Osmosis : perpindahan zat dari konsentrasi rendah ke zat konsentrasi tinggi melalui membran semipermiabel
Contoh : tanaman layu direndam air akan segar kembali
LISIS, KRENASI DAN PLASMOLISIS
Larutan adalah campuran antara air dengan zat terlarut
• Berdasarkan kepekatan/ banyaknya zat terlarut (konsentrasi) , larutan dibedakan menjadi:
• Larutan hipotonis : larutan yang konsentrasinya lebih rendah dari larutan lain
• Larutan isotonis : larutan yang konsentrasinya sama dengan larutan lain
• Larutan hipertonis : larutan yang konsentrasinya lebih tinggi dari larutan lain
• Efek osmosis :
o LISIS : adalah peristiwa hancurnya sel karena robek/ hancurnya membran plasma yang disebabkan karena larutan hipotonis
o KRENASI : adalah peristiwa mengkerutnya sel karena larutan hipertonis
o PLASMOLISIS : adalah peristiwa lepasnya membran plasma dari dinding sel karena larutan hipertonis
1. Transpor aktif : Perpindahan zat, molekul, ion melewati membran dengan menggunakan energi sel
• Transpor jenis ini bersifat melawan gradien konsentrasi, dan dipengaruhi muatan listrik di dalam dan di luar sel. Muatan listrik tersebut ditentukan oleh ion Na+, K+, dan Cl-
• Energi sel yang digunakan pada transpor aktif adalah ATP (Adenosin Tri Posfat)
• Yang termasuk transpor aktif :
1. Pompa Natrium Kalium (yang masuk ke dalam sel berupa zat yang terlarut)
Contoh : pemasukan Kalium, gula, protein, enzim dan hormon
1. Endositosis : peristiwa masuknya zat (tetesan air atau zat padat) ke dalam sel
Endositosis dapat berupa :
• Pinositosis(pinein= minum, cytos= sel) : dekat cairan membran sel membentuk lekukan , cairan masuk kedalan lekukan, lekukan akan memisahkan diri dari membran sehingga membentuk kantong atau gelembung kecil,dan akhirnya masuk ke dalam vakuola makanan
Contoh : peristiwa masuknya makan pada Paramaecium
• Fagositosis (phagein= memakan, cytos= sel) : membran sel membungkus partikel dari luar dan membawanya ke vakuola
Contoh : masuknya makanan pada Amoeba, bakteri dimakan oleh sel darah putih
1. Eksositosis : peristiwa keluarnya zat dari dalam sel
• Banyak terjadi pada sel sel kelenjar yang menghasilkan sekret
• Contoh pada sel penghasil enzim pencernaan
Sistem transpor membran
Salah satu fungsi dari membran sel adalah sebagai lalu lintas molekul dan ion secara dua arah. Molekul yang dapat melewati membran sel antara lain ialah molekul hidrofobik (CO2, O2), dan molekul polar yang sangat kecil (air, etanol). Sementara itu, molekul lainnya seperti molekul polar dengan ukuran besar (glukosa), ion, dan substansi hidrofilik membutuhkan mekanisme khusus agar dapat masuk ke dalam sel.
Banyaknya molekul yang masuk dan keluar membran menyebabkan terciptanya lalu lintas membran. Lalu lintas membran digolongkan menjadi dua cara, yaitu dengan transpor pasif untuk molekul-molekul yang mampu melalui membran tanpa mekanisme khusus dan transpor aktif untuk molekul yang membutuhkan mekanisme khusus.
Transpor pasif
Transpor pasif merupakan suatu perpindahan molekul menuruni gradien konsentrasinya. Transpor pasif ini bersifat spontan. Difusi, osmosis, dan difusi terfasilitasi merupakan contoh dari transpor pasif. Difusi terjadi akibat gerak termal yang meningkatkan entropi atau ketidakteraturan sehingga menyebabkan campuran yang lebih acak. Difusi akan berlanjut selama respirasi seluler yang mengkonsumsi O2 masuk. Osmosis merupakan difusi pelarut melintasi membran selektif yang arah perpindahannya ditentukan oleh beda konsentrasi zat terlarut total (dari hipotonis ke hipertonis). Difusi terfasilitasi juga masih dianggap ke dalam transpor pasif karena zat terlarut berpindah menurut gradien konsentrasinya.
Contoh molekul yang berpindah dengan transpor pasif ialah air dan glukosa. Transpor pasif air dilakukan lipid bilayer dan transpor pasif glukosa terfasilitasi transporter. Ion polar berdifusi dengan bantuan protein transpor.
Transpor aktif
Transpor aktif merupakan kebalikan dari transpor pasif dan bersifat tidak spontan. Arah perpindahan dari transpor ini melawan gradien konsentrasi. Transpor aktif membutuhkan bantuan dari beberapa protein. Contoh protein yang terlibat dalam transpor aktif ialah channel protein dan carrier protein, serta ionophore.
Yang termasuk transpor aktif ialah coupled carriers, ATP driven pumps, dan light driven pumps. Dalam transpor menggunakan coupled carriers dikenal dua istilah, yaitu simporter dan antiporter. Simporter ialah suatu protein yang mentransportasikan kedua substrat searah, sedangkan antiporter mentransfer kedua substrat dengan arah berlawanan. ATP driven pump merupakan suatu siklus transpor Na+/K+ ATPase. Light driven pump umumnya ditemukan pada sel bakteri. Mekanisme ini membutuhkan energi cahaya dan contohnya terjadi pada Bakteriorhodopsin.
Sel merupakan unit kehidupan yang terkecil, oleh karena itu sel dapat menjalankan aktivitas hidup, di antaranya metabolisme.
Metabolisme adalah proses-proses kimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup/sel. Metabolisme disebut juga reaksi enzimatis, karena metabolisme terjadi selalu menggunakan katalisator enzim.
Berdasarkan prosesnya metabolisme dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Anabolisme/AsimilasI/Sintesis,
yaitu proses pembentakan molekul yang kompleks dengan menggunakan energi tinggi.
Contoh : fotosintesis (asimilasi C)
energi cahaya
6 CO2 + 6 H2O ———————————> C6H1206 + 6 02
klorofil glukosa
(energi kimia)
Pada kloroplas terjadi transformasi energi, yaitu dari energi cahaya sebagai energi kinetik berubah menjadi energi kimia sebagai energi potensial, berupa ikatan senyawa organik pada glukosa. Dengan bantuan enzim-enzim, proses tersebut berlangsung cepat dan efisien. Bila dalam suatu reaksi memerlukan energi dalam bentuk panas reaksinya disebut reaksi endergonik. Reaksi semacam itu disebut reaksi endoterm.
2. Katabolisme (Dissimilasi),
yaitu proses penguraian zat untuk membebaskan energi kimia yang tersimpan dalam senyawa organik tersebut.
Contoh:
enzim
C6H12O6 + 6 O2 ———————————> 6 CO2 + 6 H2O + 686 KKal.
energi kimia
Saat molekul terurai menjadi molekul yang lebih kecil terjadi pelepasan energi sehingga terbentuk energi panas. Bila pada suatu reaksi dilepaskan energi, reaksinya disebut reaksi eksergonik. Reaksi semacam itu disebut juga reaksi eksoterm
Anabolisme dibedakan dengan katabolisme dalam beberapa hal:
• Anabolisme merupakan proses sintesis molekul kimia kecil menjadi molekul kimia yang lebih besar, sedangkan katabolisme merupakan proses penguraian molekul besar menjadi molekul kecil
• Anabolisme merupakan proses membutuhkan energi, sedangkan katabolisme melepaskan energi
• Anabolisme merupakan reaksi reduksi, katabolisme merupakan reaksi oksidasi
• Hasil akhir anabolisme adalah senyawa pemula untuk proses katabolisme.
Anabolisme
Anabolisme adalah proses sintesis molekul kompleks dari senyawa-senyawa kimia yang sederhana secara bertahap. Proses ini membutuhkan energi dari luar. Energi yang digunakan dalam reaksi ini dapat berupa energi cahaya ataupun energi kimia. Energi tersebut, selanjutnya digunakan untuk mengikat senyawa-senyawa sederhana tersebut menjadi senyawa yang lebih kompleks. Jadi, dalam proses ini energi yang diperlukan tersebut tidak hilang, tetapi tersimpan dalam bentuk ikatan-ikatan kimia pada senyawa kompleks yang terbentuk.
Selain dua macam energi diatas, reaksi anabolisme juga menggunakan energi dari hasil reaksi katabolisme, yang berupa ATP. Agar asam amino dapat disusun menjadi protein, asam amino tersebut harus diaktifkan terlebih dahulu. Energi untuk aktivasi asam amino tersebut berasal dari ATP. Agar molekul glukosa dapat disusun dalam pati atau selulosa, maka molekul itu juga harus diaktifkan terlebih dahulu, dan energi yang diperlukan juga didapat dari ATP. Proses sintesis lemak juga memerlukan ATP.
Anabolisme meliputi tiga tahapan dasar. Pertama, produksi prekursor seperti asam amino, monosakarida, dan nukleotida. Kedua, pengaktivasian senyawa-senyawa tersebut menjadi bentuk reaktif menggunakan energi dari ATP. Ketiga, penggabungan prekursor tersebut menjadi molekul kompleks, seperti protein, polisakarida, lemak, dan asam nukleat. Anabolisme yang menggunakan energi cahaya dikenal dengan fotosintesis, sedangkan anabolisme yang menggunakan energi kimia dikenal dengan kemosintesis.
Senyawa kompleks yang disintesis organisme tersebut adalah senyawa organik atau senyawa hidrokarbon. Autotrof, seperti tumbuhan, dapat membentuk molekul organik kompleks di sel seperti polisakarida dan protein dari molekul sederhana seperti karbon dioksida dan air. Di lain pihak, heterotrof, seperti manusia dan hewan, tidak dapat menyusun senyawa organik sendiri. Jika organisme yang menyintesis senyawa organik menggunakan energi cahaya disebut fotoautotrof, sementara itu organisme yang menyintesis senyawa organik menggunakan energi kimia disebut kemoautotrof.
Reaksi anabolisme menghasilkan senyawa-senyawa yang sangat dibutuhkan oleh banyak organisme, baik organisme produsen (tumbuhan) maupun organisme konsumen (hewan, manusia). Beberapa contoh hasil anabolisme adalah glikogen, lemak, dan protein berguna sebagai bahan bakar cadangan untuk katabolisme, serta molekul protein, protein-karbohidrat, dan protein lipid yang merupakan komponen struktural yang esensial dari organisme, baik ekstrasel maupun intrasel.
Anabolisme adalah suatu peristiwa perubahan senyawa sederhana menjadi senyawa kompleks, nama lain dari anabolisme adalah peristiwa sintesis atau penyusunan. Anabolisme memerlukan energi, misalnya : energi cahaya untuk fotosintesis, energi kimia untuk kemosintesis.
Katabolisme
Katabolisme adalah serangkaian reaksi yang merupakan proses pemecahan senyawa kompleks menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana dengan membebaskan energi, yang dapat digunakan organisme untuk melakukan aktivitasnya. Termasuk didalamnya reaksi pemecahan dan oksidasi molekul makanan seperti reaksi yang menangkap energi dari cahaya matahari. Fungsi reaksi katabolisme adalah untuk menyediakan energi dan komponen yang dibutuhkan oleh reaksi anabolisme.
Sifat dasar yang pasti dari reaksi katabolisme berbeda pada setiap organisme, dimana molekul organik digunakan sebagai sumber energi pada organotrof, sementara litotrof menggunakan substrat anorganik dan fototrof menangkap cahaya matahari sebagai energi kimia. Tetapi, bentuk reaksi katabolisme yang berbeda-beda ini tergantung dari reaksi redoks yang meliputi transfer elektron dari donor tereduksi seperti molekul organik, air, amonia, hidrogen sulfida, atau ion besi ke molekul akseptor seperti oksigen, nitrat, atau sulfat. Pada hewan reaksi katabolisme meliputi molekul organik kompleks yang dipecah menjadi molekul yang lebih sederhana, seperti karbon dioksida dan air. Pada organisme fotosintetik seperti tumbuhan dan sianobakteria, reaksi transfer elektron ini tidak menghasilkan energi, tetapi digunakan sebagai tempat menyimpan energi yang diserap dari cahaya matahari.
Urutan yang paling umum dari reaksi katabolik pada hewan dapat dibedakan menjadi tiga tahapan utama. Pertama, molekul organik besar seperti protein, polisakarida, atau lemak dicerna menjadi molekul yang lebih kecil di luar sel. Kemudian, molekul-molekul yang lebih kecil ini diambil oleh sel-sel dan masih diubah menjadi molekul yang lebih kecil, biasanya asetil koenzim A (Asetil KoA), yang melepaskan energi. Akhirnya, kelompok asetil pada KoA dioksidasi menjadi air dan karbon dioksida pada siklus asam sitrat dan rantai transpor elektron, dan melepaskan energi yang disimpan dengan cara mereduksi koenzim Nikotinamid Adenin Dinukleotida (NAD+) menjadi NADH.
Pada setiap organisme, untuk menghasilkan energi tersebut dapat dibagi dalam dua cara, yaitu sebagai berikut.
1. Respirasi seluler atau respirasi aerob, yaitu reaksi yang menggunakan oksigen sebagai bahan bakar organik. Secara umum keseluruhan proses pada respirasi seluler berlangsung sebagai berikut.
>> Senyawa organik + Oksigen —> Karbon dioksida + Air + Energi
Termasuk ke dalam reaksi seluler adalah reaksi glikolisis, siklus Krebs, dan transpor elektron, dimana diantara glikolisis dan siklus Krebs terdapat sebuah reaksi antara yang disebut dekarboksilasi oksidatif.
2. Fermentasi, atau respirasi anaerob, yaitu proses pemecahan molekul yang berlangsung tanpa bantuan oksigen. Termasuk ke dalam fermentasi adalah fermentasi asam laktat, fermentasi alkohol, dan fermentasi asam cuka.
Pada hakikatnya, respirasi adalah pemanfaatan energi bebas dalam makanan menjadi energi bebas yang ditimbun dalam bentuk ATP. Dalam sel, ATP digunakan sebagai sumber energi bagi seluruh aktivitas hidup yang memerlukan energi. Aktivitas hidup yang memerlukan energi, antara lain sebagai berikut.
1. Kerja mekanis
Salah satu bentuk kerja mekanis adalah lokomosi. Kerja mekanis selalu terjadi jika sel otot berkontraksi.
2. Transpor aktif
Dalam transpor aktif, sel-sel harus mengeluarkan energi untuk mengangkut molekul zat atau ion yang melawan gradien konsentrasi zat.
3. Produksi panas
Energi panas penting bagi tubuh burung dan hewan menyusui. Energi panas ini, umumnya timbul sebagai hasil sampingan transformasi energi dalam sel. Misalnya, pada proses kontraksi otot, terjadi pemecahan ATP. Disamping timbul energi mekanik, timbul juga energi panas.
Contoh katabolisme adalah proses pernapasan sel atau respirasi.
Respirasi merupakan oksidasi senyawa organik secara terkendali untuk membebaskan energi bagi pemeliharaan dan perkembangan makhluk hidup.
Berdasarkan kebutuhan terhadap tersedianya oksigen bebas, dibedakan atas :
a. Respirasi Aerob, yaitu respirasi yang membutuhkan oksigen bebas, jadi oksigen merupakan senyawa penerima hidrogen terakhir.
b. Respirasi Anaerob, yaitu respirasi yang tidak membutuhkan oksigen bebas. Jadi sebagai penerima hidrogen terakhir bukan oksigen tetapi senyawa-senyawa tertentu seperti asam piruvat, asetaldehid.
a. Respirasi Aerob
Respirasi sel secara Aerob berlangsung melalui empat tahap, yaitu :
1. glikolisis
• Berlangsung di sitoplasma
• Berlangsung secara anaerob
• Mengubah satu molekul glukosa (senyawa berkarbon 6) menjadi dua molekul asam piruvat(senyawa berkarbon 3)
• Dihasilkan energi sebesar 2 ATP dan 2 NADH untuk tiap molekul glukosa.
2. Dekarboksilasi Oksidatif Asam Piruvat.
• Berlangsung pada matriks mitokondria.
• Mengubah Asam Piruvat (senyawa berkarbon 3) menjadi Asetil-KoA (senyawa berkarbon 2).
• Dihasilkan 1 NADH dan CO2, untuk tiap molekul Asam Piruvat menjadi Asetil-KoA.
3. Daur Krebs
• Berlangsung pada metriks motokondria
• Mengubah Asetil-KoA (senyawa berkarbon 2) menjadi CO2 (senyawa berkarbon 1).
• Untuk tiap molekul senyawa Asetil-KoA dihasilkan IATP, 1 FADH dan3 NADH.
4. Rantai Pengangkutan Elektron
• NADH dan FADH merupakan senyawa pereduksi yang menghasilkan ion hidrogen.
• Satu molekul NADH akan melepaskan / menghasilkan 3 ATP, sedangkan satu molekul FADH akan melepaskan / menghasilkan 2 ATP.
Tabel Jumlah ATP yang dihasilkan selama respirasi sel :
Proses Jenis ekseptor Jumlah ATP yang dihasilkan
Glikolisis
Glukosa--> 2 asam piruvat
2 NADH
2 ATP
Reaksi antara
2 asam piruvat-->2 asetil KoA + 2 CO2
2 NADH
Siklus Krebs
2 asetil KoA--> 4 CO2
6 NADH
2 FADH2
2 ATP
Transfer elektron
10 NADH + 5 O2 -->10 NAD + H O
2 FADH + O2 -->2 FAD + 2 H2O
30 ATP
4 ATP
Pada proses glikolisis digunakan 2 molekul ATP sehingga hasil bersih ATP = 38-2 = 36.
b. Respirasi Anaerob
pada respirasi Anaerob jalur yang ditempuh meliputi :
1. Glikolisis
2. Pembentukan alkohol (fermentasi alkohol) atau pembentukan asam laktat (fermentasi asam laktat).
Fermentasi Alkohol :
Aseptornya : Aseltadehid, hasilnya etanol, terjadi pada sel tumbuhan
Reaksi : C6 H 12O6 2 C2 H5 OH + 2 CO2 + 2 ATP
Glukosa Etanol
Fermentasi Laktat
Aseptornya : Asam Piruvat, hasilnya Asam Laktat, terjadi pada sel hewan.
Reaksi : C6 H 12O6 C3 H6 O3 + 2 ATP
Glukosa As, Laktat
Katabolisme Lemak dan Protein
Katabolisme lemak dimulai dengan pemecahan lemak menjadi gliserol dan asam lemak. Gliserol yang merupakan senyawa dengan 3 atom C dapat dirubah menjadi gliseral dehid 3-fosfat. Selanjutnya gliseral dehid 3-fosfat mengikuti jalur glikolisis sehingga terbentuk piruvat. Sedangkan asam lemak dapat dipecah menjadi molekul-molekul dengan 2 atom C. Molekul dengan 2 atom C ini kemudian diubah menjadi asetil koenzim A. Kalian dapat menghitung satu.
Asam amino dihasilkan dari proses hidrolisis protein. Setelah gugus amino dari asam amino dilepas, beberapa asam amino diubah menjadi asam piruvat dan ada juga diubah menjadi asetil koenzim A. Gugus amino yang dilepas dari asam amino dibawa ke hati untuk diubah menjadi amoniak (NH3) dan dibuang lewat urine, 1 gram protein menghasilkan energi yang sama dengan 1 gram karbohirat.
• Membran sel antara lain berfungsi sebagai pengatur keluar masuknya zat, molekul, ion ke dalam sel
• Pengaturan ini memungkinkan sel untuk :
1. memperoleh pH yang sesuai
2. konsentrasi zat zat menjadi terkendali
3. membuang zat sisa metabolisme yang bersifat racun
4. memasok ion ion yang penting untuk kegiatan saraf dan otot
• Membran plasma bersifat
semipermiabel, deferensialpermiabel dan selektif permiabel
• Perpindahan zat, molekul, ion melewati membran dengan cara :
1. Transpor pasif : Perpindahan zat, molekul, ion melewati membran tanpa menggunakan energi sel
• Yang termasuk transpor pasif
1) Difusi : perpindahan molekul zat (gas, cair atau zat padat) dari konsentrasi tinggi ke zat yang berkonsentrasi rendah
Contoh : gula dalam air, sirup dalam air
2) Difusi yang difasilitasi : difusi yang memerlukan bantuan protein membran (protein transpor)
Contoh : masuknya glukosa, Cl-, Ca2+, Na2+ ke dalam sel
3) Osmosis : perpindahan zat dari konsentrasi rendah ke zat konsentrasi tinggi melalui membran semipermiabel
Contoh : tanaman layu direndam air akan segar kembali
LISIS, KRENASI DAN PLASMOLISIS
Larutan adalah campuran antara air dengan zat terlarut
• Berdasarkan kepekatan/ banyaknya zat terlarut (konsentrasi) , larutan dibedakan menjadi:
• Larutan hipotonis : larutan yang konsentrasinya lebih rendah dari larutan lain
• Larutan isotonis : larutan yang konsentrasinya sama dengan larutan lain
• Larutan hipertonis : larutan yang konsentrasinya lebih tinggi dari larutan lain
• Efek osmosis :
o LISIS : adalah peristiwa hancurnya sel karena robek/ hancurnya membran plasma yang disebabkan karena larutan hipotonis
o KRENASI : adalah peristiwa mengkerutnya sel karena larutan hipertonis
o PLASMOLISIS : adalah peristiwa lepasnya membran plasma dari dinding sel karena larutan hipertonis
1. Transpor aktif : Perpindahan zat, molekul, ion melewati membran dengan menggunakan energi sel
• Transpor jenis ini bersifat melawan gradien konsentrasi, dan dipengaruhi muatan listrik di dalam dan di luar sel. Muatan listrik tersebut ditentukan oleh ion Na+, K+, dan Cl-
• Energi sel yang digunakan pada transpor aktif adalah ATP (Adenosin Tri Posfat)
• Yang termasuk transpor aktif :
1. Pompa Natrium Kalium (yang masuk ke dalam sel berupa zat yang terlarut)
Contoh : pemasukan Kalium, gula, protein, enzim dan hormon
1. Endositosis : peristiwa masuknya zat (tetesan air atau zat padat) ke dalam sel
Endositosis dapat berupa :
• Pinositosis(pinein= minum, cytos= sel) : dekat cairan membran sel membentuk lekukan , cairan masuk kedalan lekukan, lekukan akan memisahkan diri dari membran sehingga membentuk kantong atau gelembung kecil,dan akhirnya masuk ke dalam vakuola makanan
Contoh : peristiwa masuknya makan pada Paramaecium
• Fagositosis (phagein= memakan, cytos= sel) : membran sel membungkus partikel dari luar dan membawanya ke vakuola
Contoh : masuknya makanan pada Amoeba, bakteri dimakan oleh sel darah putih
1. Eksositosis : peristiwa keluarnya zat dari dalam sel
• Banyak terjadi pada sel sel kelenjar yang menghasilkan sekret
• Contoh pada sel penghasil enzim pencernaan
Sistem transpor membran
Salah satu fungsi dari membran sel adalah sebagai lalu lintas molekul dan ion secara dua arah. Molekul yang dapat melewati membran sel antara lain ialah molekul hidrofobik (CO2, O2), dan molekul polar yang sangat kecil (air, etanol). Sementara itu, molekul lainnya seperti molekul polar dengan ukuran besar (glukosa), ion, dan substansi hidrofilik membutuhkan mekanisme khusus agar dapat masuk ke dalam sel.
Banyaknya molekul yang masuk dan keluar membran menyebabkan terciptanya lalu lintas membran. Lalu lintas membran digolongkan menjadi dua cara, yaitu dengan transpor pasif untuk molekul-molekul yang mampu melalui membran tanpa mekanisme khusus dan transpor aktif untuk molekul yang membutuhkan mekanisme khusus.
Transpor pasif
Transpor pasif merupakan suatu perpindahan molekul menuruni gradien konsentrasinya. Transpor pasif ini bersifat spontan. Difusi, osmosis, dan difusi terfasilitasi merupakan contoh dari transpor pasif. Difusi terjadi akibat gerak termal yang meningkatkan entropi atau ketidakteraturan sehingga menyebabkan campuran yang lebih acak. Difusi akan berlanjut selama respirasi seluler yang mengkonsumsi O2 masuk. Osmosis merupakan difusi pelarut melintasi membran selektif yang arah perpindahannya ditentukan oleh beda konsentrasi zat terlarut total (dari hipotonis ke hipertonis). Difusi terfasilitasi juga masih dianggap ke dalam transpor pasif karena zat terlarut berpindah menurut gradien konsentrasinya.
Contoh molekul yang berpindah dengan transpor pasif ialah air dan glukosa. Transpor pasif air dilakukan lipid bilayer dan transpor pasif glukosa terfasilitasi transporter. Ion polar berdifusi dengan bantuan protein transpor.
Transpor aktif
Transpor aktif merupakan kebalikan dari transpor pasif dan bersifat tidak spontan. Arah perpindahan dari transpor ini melawan gradien konsentrasi. Transpor aktif membutuhkan bantuan dari beberapa protein. Contoh protein yang terlibat dalam transpor aktif ialah channel protein dan carrier protein, serta ionophore.
Yang termasuk transpor aktif ialah coupled carriers, ATP driven pumps, dan light driven pumps. Dalam transpor menggunakan coupled carriers dikenal dua istilah, yaitu simporter dan antiporter. Simporter ialah suatu protein yang mentransportasikan kedua substrat searah, sedangkan antiporter mentransfer kedua substrat dengan arah berlawanan. ATP driven pump merupakan suatu siklus transpor Na+/K+ ATPase. Light driven pump umumnya ditemukan pada sel bakteri. Mekanisme ini membutuhkan energi cahaya dan contohnya terjadi pada Bakteriorhodopsin.
anatomi darah
MAKALAH
ANATOMI DARAH
Disusun oleh :
Eko febrianto
STIKES BAHRUL ULUM
TAMBAK BERAS JOMBANG
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas ridho dan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah biologi dengan judul ” ANATOMI DARAH”. Pengetahuan dasar ANATOMI ini mutlak diperlukan oleh mahasiswa,termasuk keperawatan. Dengan pengetahuan dasar ini diharapkan mahasiswa memiliki bekal dasar dalam menyebarkan perkembangan ilmu pengetahuan tegnologi.
Kami ucapkan terima kasih kepada pihak yang telah ikut membantu dan mendukung atas terselesainya makalah ini yaitu dosen pembimbing dan kawan-kawan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Jombang,02 Desember 2009
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Jenis Pembuluh Darah
2.1.1 Darah
2.2 Fungsi Darah.....
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Darah adalah khusus cairan tubuh yang memberikan zat-zat yang diperlukan untuk tubuh sel - seperti nutrisi dan oksigen - dan transportasi limbah produk dari sel-sel yang sama.
Pada vertebrata, itu terdiri dari sel-sel darah tersuspensi dalam suatu cairan yang disebut plasma darah. Plasma, yang terdiri dari 55% dari cairan darah, sebagian besar merupakan air (90% berdasarkan volume), [1] dan mengandung protein terlarut, glukosa, ion mineral, hormon, karbon dioksida (plasma menjadi media utama untuk produk ekskretoris transportasi), platelet dan sel-sel darah itu sendiri. Ada sel-sel darah dalam darah terutama sel-sel darah merah (juga disebut sel darah merah atau eritrosit) dan sel-sel darah putih, termasuk leukosit dan platelet. Sel yang paling banyak dalam darah vertebrata sel darah merah. Ini mengandung hemoglobin, suatu zat besi yang mengandung protein, yang memudahkan pengangkutan oksigen oleh reversibel mengikat ini pernafasan gas dan sangat meningkatkan kelarutannya dalam darah. Sebaliknya, karbon dioksida hampir seluruhnya diangkut extracellularly dilarutkan dalam plasma sebagai bikarbonat ion.
1.2 Tujuan
1. Agar pembaca dapat mengerti dan tahu mengenai Anatomi Darah di dalam tubuh kita.
2. Agar pembaca bisa mengetahui fungsi Darah dalam tubuh kita.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 JENIS PEMBULUH DARAH
Darah diedarkan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah (vaskuler). Secara umum pembuluh darah terdiri dari 3 lapisan yaitu tunika adventisia, tunika media dan tunika intima.
Tunika adventisia merupakan lapisan paling luar berupa jaringan ikat yang kuat. Tunika media merupakan lapisan tengah yang terdiri dari otot polos. Tunika intima membentuk dinding dalam dari pembuluh darah terdiri dari sel-sel endotel. Celah antara sel-sel endotel membentuk pori-pori pembuluh darah.
Pembuluh darah ada 3 macam yaitu arteri, vena dan kapiler.
KAPILER
Kapiler merupakan pembuluh darah kecil yang sangat tipis, hanya dibentuk oleh tunika intima saja sehingga memudahkan proses pertukaran zat antara pembuluh darah dengan sel atau jaringan.
Fungsi kapiler adalah :
- Penghubung arteri dan vena
- Tempat terjadinya pertukaran zat
- Absorbsi nutrisi pada usus
- Filtrasi pada ginjal
- Absorbsi sekret kelenjar
ARTERI
Arteri merupakan pembuluh darah yang mengalirkan darah dari jantung ke seluruh tubuh. Arteri membawa darah yang kaya oksigen, kecuali arteri pulmonalis.
Arteri bersifat elastik karena mempunyai lapisan otot polos dan serabut elastik sehingga dapat berdenyut-denyut sebagai kompensasi terhadap tekanan jantung pada saat sistol. Arteri yang lebih kecil dan arteriola lebih banyak mengandung lapisan otot sebagai respon terhadap pengendalian saraf vasomotor.
Arteri mendapatkan suplai darah dari pembuluh darah khusus yang disebut vasa vasorum, dipersarafi oleh serabut saraf motorik yang disebut vasomotor.
Arteri mempunyai diameter yang berbeda-beda, mulai yang besar yaitu aorta kemudian bercabang menjadi arteri dan arteriola.
VENA
Vena merupakan pembuluh darah yang mengembalikan darah dari seluruh tubuh ke jantung sehingga dinamakan pula pembuluh balik.
Vena mempunyai tiga lapisan seperti arteri tetapi mempunyai lapisan otot polos yang lebih tipis, kurang kuat dan mudah kempes (kolaps).
Vena dilengkapi dengan katup vena yang berfungsi mencegah aliran balik darah ke bagian sebelumnya karena pengaruh gravitasi.
Katup vena berbentuk lipatan setengah bulat yang terbuat dari lapisan dalam vena yaitu lapisan endotelium yang diperkuat oleh jaringan fibrosa.
2.1.1 DARAH
Darah berbentuk cairan yang berwarna merah, agak kental dan lengket. Darah mengalir di seluruh tubuh kita, dan berhubungan langsung dengan sel-sel di dalam tubuh kita. Darah terbentuk dari beberapa unsur, yaitu plasma darah, sel darah merah, sel darah putih dan trombosit.
Darah berfungsi untuk :
1. mengedarkan sari-sari makanan ke seluruh tubuh
2. mengedarkan oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh
3. mengangkut karbondioksida ke paru-paru
4. mengedarkan hormon
PLASMA DARAH
Unsur ini merupakan komponen terbesar dalam darah, karena lebih dari separuh darah mengandung plasma darah. Hampir 90% bagian dari plasma darah adalah air. Plasma darah berfungsi untuk mengangkut sari makanan ke sel-sel serta membawa sisa pembakaran dari sel ke tempat pembuangan. Fungsi lainnya adalah menghasilkan zat kekebalan tubuh terhadap penyakit atau zat antibodi.
Plasma darah berupa cairan berwarna kekuning-kuningan dan bersifat alkali. Plasma darah mengandung gas (oksigen dan karbondioksida), hormon, enzim, antigen, antibodi dan protein darah.
Protein darah yang terdapat pada plasma adalah albumin, fibrinogen dan globulin. Fibrinogen berperan dalam proses koagulasi (pembekuan darah) dan globulin merupakan komponen dari antibodi (imunoglobulin). Globulin berjumlah sekitar 2-3 gram per 100 ml darah.
Albumin dalam plasma berjumlah sekitar 3-5 gram per 100 ml darah. Berperan dalam menjaga tekanan osmotik, sebagai carier (pembawa) untuk zat-zat tertentu dan menyediakan protein untuk jaringan.
ERITROSIT
Sel darah merah mengandung banyak haemoglobin. Darah berwarna merah sebab haemoglobin berwarna merah tua. Sel darah merah berbentuk bikonkaf (cekung pada kedua sisinya).
Haemoglobin terdapat dalam sel darah merah dan berfungsi untuk mengikat oksigen dan karbondioksida dalam proses transportasi gas.
Sel darah merah dihasilkan di limpa, hati dan sumsum merah pada tulang pipih. Sel darah merah yang sudah mati dihancurkan di dalam hati. Rata-rata usia hidup sel darah merah mencapai 120 hari.
LEUKOSIT
Sel darah putih bentuknya tidak tetap, bening, tidak berwarna. Ukurannya lebih besar dari sel darah merah. Sel darah putih dibuat di sumsum merah dan kelenjar limpa. Jumlah sel darah putih sekitar 5000-10.000 per mm3 darah.
Ada beberapa jenis sel darah putih yaitu neutrofil, eusinofil, basofil, limfosit, monosit dan sel-sel plasma. Sel darah putih berperan sebagai salah satu komponen kekebalan tubuh yang berfungsi sebagai fagosit (neutrofil, eusinofil dan makrofag.
TROMBOSIT
Bentuk keping darah tidak teratur dan tidak mempunyai inti. Ukurannya lebih kecil, sekitar sepertiga ukuran sel darah merah. Trombosit diproduksi pada sumsum merah, berjumlah sekitar 150.000-500.000 per mm3 darah. Trombosit (platelet) berperan penting dalam proses koagulasi (pembekuan) darah.
2.2 Fungsi
Hemoglobin
hijau = kelompok heme
merah & biru = protein subunit
Heme
Darah melakukan banyak fungsi penting dalam tubuh termasuk:
Pasokan oksigen ke jaringan (terikat pada hemoglobin, yang dibawa dalam sel darah merah)
Pasokan nutrisi seperti glukosa, asam amino, dan asam lemak (terlarut dalam darah atau terikat protein plasma (misalnya, lemak darah)
Penghapusan limbah seperti karbon dioksida, urea, dan asam laktat
Fungsi imunologis, termasuk sirkulasi sel darah putih, dan deteksi bahan asing oleh antibodi
Pembekuan, yang merupakan salah satu bagian dari tubuh mekanisme perbaikan diri (tindakan pembekuan darah ketika Anda terluka untuk menghentikan pendarahan.)
Messenger fungsi, termasuk pengangkutan hormon dan sinyal dari jaringan kerusakan
Peraturan tubuh pH (pH normal darah dalam kisaran 7,35-7,45) [3] (meliputi hanya 0,1 unit pH)
Peraturan inti suhu tubuh
Hidrolik fungsi
[Sunting]
Pendukung darah manusia
Lihat juga: Referensi rentang untuk tes darah umum
Dua tabung anticoagulated EDTA-darah.
Waktu tabung: setelah berdiri, maka sel darah merah telah menetap di bagian bawah tabung.
Kanan tabung: berisi darah segar yang diambil.
Darah account untuk 7% dari berat tubuh manusia, [4] dengan kepadatan rata-rata sekitar 1.060 kg / m 3, sangat dekat dengan kerapatan air murni 1000 kg / m 3. [5] Rata-rata orang dewasa memiliki volume darah dari sekitar 5 liter (1.3 gal), terdiri dari plasma dan beberapa jenis sel (kadang-kadang disebut sel-sel); ini terbentuk unsur-unsur dari darah eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih), dan trombosit (platelet). Dengan volume, sel-sel darah merah merupakan sekitar 45% dari seluruh darah, plasma sekitar 54,3%, dan sel darah putih sekitar 0,7%.
Seluruh darah (plasma dan sel-sel) pameran fluida non-Newtonian dinamika; properti aliran disesuaikan dengan aliran efektif melalui pembuluh darah kapiler yang kecil dengan sedikit resistensi dari plasma dengan sendirinya. Selain itu, jika semua hemoglobin manusia bebas dalam plasma bukannya yang terkandung dalam sel darah merah, sirkulasi fluida akan terlalu kental untuk sistem kardiovaskular untuk berfungsi secara efektif.
Sel
Informasi lebih lanjut: hitung darah lengkap
Satu mikroL darah mengandung:
4.7 untuk 6.1 juta (laki-laki), 4.2 untuk 5.4 juta (perempuan) eritrosit: Pada kebanyakan mamalia, sel-sel darah merah yang matang tidak memiliki nukleus dan organel. Mereka mengandung darah hemoglobin dan mendistribusikan oksigen. Sel darah merah (bersama dengan endotel sel pembuluh darah dan sel lain) juga ditandai oleh glikoprotein yang mendefinisikan berbagai jenis darah. Proporsi darah diduduki oleh sel-sel darah merah disebut sebagai hematokrit, dan biasanya sekitar 45%. Gabungan luas permukaan sel darah merah dari tubuh manusia akan menjadi sekitar 2.000 kali lebih besar sebagai permukaan luar tubuh.
4,000-11,000 leukosit: sel darah putih adalah bagian dari sistem kekebalan tubuh, mereka menghancurkan dan menghapus menyimpang tua atau sel-sel dan puing-puing selular, serta serangan agen infeksius (patogen) dan zat-zat asing. Yang kanker leukosit disebut leukemia.
200,000-500,000 trombosit: trombosit, juga disebut platelet, bertanggung jawab untuk pembekuan darah (koagulasi). Mereka mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Hal ini menciptakan sebuah jala fibrin ke sel-sel darah merah yang mengumpulkan dan bekuan, yang kemudian berhenti lebih banyak darah dari meninggalkan tubuh dan juga membantu untuk mencegah bakteri memasuki tubuh.
Konstitusi darah normal Parameter Nilai
Hematokrit
45 ± 7 (38-52%) untuk laki-laki
42 ± 5 (37-47%) untuk perempuan
pH 7.35-7.45
dasar kelebihan -3 Ke 3
P O 2 10-13 kPa (80-100 mm Hg)
P CO 2 4,8-5,8 kPa (35-45 mm Hg)
HCO 3 -- 21-27 mM
Saturasi oksigen
Beroksigen: 98-99%
Terdeoksigenasi: 75%
Plasma
Sekitar 55% dari seluruh darah adalah plasma darah, cairan yang adalah medium cairan darah, yang dengan sendirinya adalah jerami berwarna kuning. Volume plasma darah total dari 2,7-3,0 liter (2,8-3,2 liter) pada rata-rata manusia. Ini pada dasarnya adalah sebuah berair larutan yang mengandung 92% air, plasma darah 8% protein, dan melacak jumlah bahan lainnya. Plasma beredar dilarutkan nutrisi, seperti glukosa, asam amino, dan asam lemak (terlarut dalam darah atau terikat protein plasma), dan menghapus produk-produk limbah, seperti karbon dioksida, urea, dan asam laktat.
Penting lain komponen meliputi:
Serum albumin
Faktor-faktor pembekuan darah (untuk memfasilitasi koagulasi)
Imunoglobulin (antibodi)
lipoprotein partikel
Berbagai protein
Berbagai elektrolit (terutama natrium dan klorida)
Istilah serum mengacu pada plasma dari pembekuan protein yang telah dihapus. Sebagian besar protein yang tersisa adalah albumin dan immunoglobulin.
pH
Lihat juga: Homeostasis asam basa
Darah pH diatur untuk tetap dalam kisaran sempit 7,35-7,45, sehingga sedikit basa. Darah yang mempunyai pH di bawah 7,35 terlalu asam, sedangkan di atas 7,45 pH darah terlalu basa. PH darah, tekanan parsial oksigen (PO 2), tekanan parsial karbon dioksida (PCO 2), dan HCO 3 secara hati-hati diatur oleh sejumlah mekanisme homeostatis, yang mengerahkan pengaruh mereka terutama melalui sistem pernafasan dan sistem kencing dalam rangka untuk mengendalikan keseimbangan asam-basa dan pernapasan. Sebuah gas darah arteri akan mengukur ini. Plasma juga beredar hormon mengirimkan pesan mereka ke berbagai jaringan. Daftar normal berkisar referensi untuk berbagai elektrolit darah sangat luas.
Tulang yang terutama dipengaruhi oleh pH darah saat mereka cenderung digunakan sebagai sumber mineral untuk buffering pH. Mengkonsumsi rasio tinggi protein hewani ke protein nabati terlibat dalam hilangnya tulang pada wanita.
Darah manusia non-vertebrata
Darah manusia, dalam banyak hal, khas dari mamalia, meskipun rincian yang tepat tentang jumlah sel, ukuran, struktur protein, dan sebagainya, agak bervariasi antar spesies. Non-mamalia vertebrata Namun, ada beberapa perbedaan utama: [12]
Sel darah merah non-mamalia vertebrata yang rata dan bentuk bujur telur, dan mempertahankan inti sel
Ada banyak variasi dalam jenis dan proporsi sel darah putih, misalnya acidophils umumnya lebih umum dari pada manusia
Platelet adalah unik untuk mamalia; di vertebrata lain, kecil, nukleasi, sel gelendong bertanggung jawab untuk penggumpalan darah dan bukannya
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Darah merupakan alat transportasi utama,membawa O2 dari Paru ke Sel,mengankut CO2 dari sel ke Paru,membawanutrisi,Elektrolit,Air ke Sel dan mengangkut sisa metabolisme dari Sel ke Ginjal
Saran
Dimana di dalam penulisan makalah masih banyak kekurangan dan harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
1. H. Syaifuddin, B.AC. Drs, 1997, Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat, Edisi 2,
Cetakan 1, Penerbit EGC, Jakarta : 113 – 122
2. Cambridge Communication Limited, 1998 Modul 1 Anatomi Fisiologi, Edisi 2,
Cetakan 1, Penerbit EGC, Jakarta :55 – 67
ANATOMI DARAH
Disusun oleh :
Eko febrianto
STIKES BAHRUL ULUM
TAMBAK BERAS JOMBANG
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas ridho dan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah biologi dengan judul ” ANATOMI DARAH”. Pengetahuan dasar ANATOMI ini mutlak diperlukan oleh mahasiswa,termasuk keperawatan. Dengan pengetahuan dasar ini diharapkan mahasiswa memiliki bekal dasar dalam menyebarkan perkembangan ilmu pengetahuan tegnologi.
Kami ucapkan terima kasih kepada pihak yang telah ikut membantu dan mendukung atas terselesainya makalah ini yaitu dosen pembimbing dan kawan-kawan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Jombang,02 Desember 2009
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Jenis Pembuluh Darah
2.1.1 Darah
2.2 Fungsi Darah.....
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Darah adalah khusus cairan tubuh yang memberikan zat-zat yang diperlukan untuk tubuh sel - seperti nutrisi dan oksigen - dan transportasi limbah produk dari sel-sel yang sama.
Pada vertebrata, itu terdiri dari sel-sel darah tersuspensi dalam suatu cairan yang disebut plasma darah. Plasma, yang terdiri dari 55% dari cairan darah, sebagian besar merupakan air (90% berdasarkan volume), [1] dan mengandung protein terlarut, glukosa, ion mineral, hormon, karbon dioksida (plasma menjadi media utama untuk produk ekskretoris transportasi), platelet dan sel-sel darah itu sendiri. Ada sel-sel darah dalam darah terutama sel-sel darah merah (juga disebut sel darah merah atau eritrosit) dan sel-sel darah putih, termasuk leukosit dan platelet. Sel yang paling banyak dalam darah vertebrata sel darah merah. Ini mengandung hemoglobin, suatu zat besi yang mengandung protein, yang memudahkan pengangkutan oksigen oleh reversibel mengikat ini pernafasan gas dan sangat meningkatkan kelarutannya dalam darah. Sebaliknya, karbon dioksida hampir seluruhnya diangkut extracellularly dilarutkan dalam plasma sebagai bikarbonat ion.
1.2 Tujuan
1. Agar pembaca dapat mengerti dan tahu mengenai Anatomi Darah di dalam tubuh kita.
2. Agar pembaca bisa mengetahui fungsi Darah dalam tubuh kita.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 JENIS PEMBULUH DARAH
Darah diedarkan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah (vaskuler). Secara umum pembuluh darah terdiri dari 3 lapisan yaitu tunika adventisia, tunika media dan tunika intima.
Tunika adventisia merupakan lapisan paling luar berupa jaringan ikat yang kuat. Tunika media merupakan lapisan tengah yang terdiri dari otot polos. Tunika intima membentuk dinding dalam dari pembuluh darah terdiri dari sel-sel endotel. Celah antara sel-sel endotel membentuk pori-pori pembuluh darah.
Pembuluh darah ada 3 macam yaitu arteri, vena dan kapiler.
KAPILER
Kapiler merupakan pembuluh darah kecil yang sangat tipis, hanya dibentuk oleh tunika intima saja sehingga memudahkan proses pertukaran zat antara pembuluh darah dengan sel atau jaringan.
Fungsi kapiler adalah :
- Penghubung arteri dan vena
- Tempat terjadinya pertukaran zat
- Absorbsi nutrisi pada usus
- Filtrasi pada ginjal
- Absorbsi sekret kelenjar
ARTERI
Arteri merupakan pembuluh darah yang mengalirkan darah dari jantung ke seluruh tubuh. Arteri membawa darah yang kaya oksigen, kecuali arteri pulmonalis.
Arteri bersifat elastik karena mempunyai lapisan otot polos dan serabut elastik sehingga dapat berdenyut-denyut sebagai kompensasi terhadap tekanan jantung pada saat sistol. Arteri yang lebih kecil dan arteriola lebih banyak mengandung lapisan otot sebagai respon terhadap pengendalian saraf vasomotor.
Arteri mendapatkan suplai darah dari pembuluh darah khusus yang disebut vasa vasorum, dipersarafi oleh serabut saraf motorik yang disebut vasomotor.
Arteri mempunyai diameter yang berbeda-beda, mulai yang besar yaitu aorta kemudian bercabang menjadi arteri dan arteriola.
VENA
Vena merupakan pembuluh darah yang mengembalikan darah dari seluruh tubuh ke jantung sehingga dinamakan pula pembuluh balik.
Vena mempunyai tiga lapisan seperti arteri tetapi mempunyai lapisan otot polos yang lebih tipis, kurang kuat dan mudah kempes (kolaps).
Vena dilengkapi dengan katup vena yang berfungsi mencegah aliran balik darah ke bagian sebelumnya karena pengaruh gravitasi.
Katup vena berbentuk lipatan setengah bulat yang terbuat dari lapisan dalam vena yaitu lapisan endotelium yang diperkuat oleh jaringan fibrosa.
2.1.1 DARAH
Darah berbentuk cairan yang berwarna merah, agak kental dan lengket. Darah mengalir di seluruh tubuh kita, dan berhubungan langsung dengan sel-sel di dalam tubuh kita. Darah terbentuk dari beberapa unsur, yaitu plasma darah, sel darah merah, sel darah putih dan trombosit.
Darah berfungsi untuk :
1. mengedarkan sari-sari makanan ke seluruh tubuh
2. mengedarkan oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh
3. mengangkut karbondioksida ke paru-paru
4. mengedarkan hormon
PLASMA DARAH
Unsur ini merupakan komponen terbesar dalam darah, karena lebih dari separuh darah mengandung plasma darah. Hampir 90% bagian dari plasma darah adalah air. Plasma darah berfungsi untuk mengangkut sari makanan ke sel-sel serta membawa sisa pembakaran dari sel ke tempat pembuangan. Fungsi lainnya adalah menghasilkan zat kekebalan tubuh terhadap penyakit atau zat antibodi.
Plasma darah berupa cairan berwarna kekuning-kuningan dan bersifat alkali. Plasma darah mengandung gas (oksigen dan karbondioksida), hormon, enzim, antigen, antibodi dan protein darah.
Protein darah yang terdapat pada plasma adalah albumin, fibrinogen dan globulin. Fibrinogen berperan dalam proses koagulasi (pembekuan darah) dan globulin merupakan komponen dari antibodi (imunoglobulin). Globulin berjumlah sekitar 2-3 gram per 100 ml darah.
Albumin dalam plasma berjumlah sekitar 3-5 gram per 100 ml darah. Berperan dalam menjaga tekanan osmotik, sebagai carier (pembawa) untuk zat-zat tertentu dan menyediakan protein untuk jaringan.
ERITROSIT
Sel darah merah mengandung banyak haemoglobin. Darah berwarna merah sebab haemoglobin berwarna merah tua. Sel darah merah berbentuk bikonkaf (cekung pada kedua sisinya).
Haemoglobin terdapat dalam sel darah merah dan berfungsi untuk mengikat oksigen dan karbondioksida dalam proses transportasi gas.
Sel darah merah dihasilkan di limpa, hati dan sumsum merah pada tulang pipih. Sel darah merah yang sudah mati dihancurkan di dalam hati. Rata-rata usia hidup sel darah merah mencapai 120 hari.
LEUKOSIT
Sel darah putih bentuknya tidak tetap, bening, tidak berwarna. Ukurannya lebih besar dari sel darah merah. Sel darah putih dibuat di sumsum merah dan kelenjar limpa. Jumlah sel darah putih sekitar 5000-10.000 per mm3 darah.
Ada beberapa jenis sel darah putih yaitu neutrofil, eusinofil, basofil, limfosit, monosit dan sel-sel plasma. Sel darah putih berperan sebagai salah satu komponen kekebalan tubuh yang berfungsi sebagai fagosit (neutrofil, eusinofil dan makrofag.
TROMBOSIT
Bentuk keping darah tidak teratur dan tidak mempunyai inti. Ukurannya lebih kecil, sekitar sepertiga ukuran sel darah merah. Trombosit diproduksi pada sumsum merah, berjumlah sekitar 150.000-500.000 per mm3 darah. Trombosit (platelet) berperan penting dalam proses koagulasi (pembekuan) darah.
2.2 Fungsi
Hemoglobin
hijau = kelompok heme
merah & biru = protein subunit
Heme
Darah melakukan banyak fungsi penting dalam tubuh termasuk:
Pasokan oksigen ke jaringan (terikat pada hemoglobin, yang dibawa dalam sel darah merah)
Pasokan nutrisi seperti glukosa, asam amino, dan asam lemak (terlarut dalam darah atau terikat protein plasma (misalnya, lemak darah)
Penghapusan limbah seperti karbon dioksida, urea, dan asam laktat
Fungsi imunologis, termasuk sirkulasi sel darah putih, dan deteksi bahan asing oleh antibodi
Pembekuan, yang merupakan salah satu bagian dari tubuh mekanisme perbaikan diri (tindakan pembekuan darah ketika Anda terluka untuk menghentikan pendarahan.)
Messenger fungsi, termasuk pengangkutan hormon dan sinyal dari jaringan kerusakan
Peraturan tubuh pH (pH normal darah dalam kisaran 7,35-7,45) [3] (meliputi hanya 0,1 unit pH)
Peraturan inti suhu tubuh
Hidrolik fungsi
[Sunting]
Pendukung darah manusia
Lihat juga: Referensi rentang untuk tes darah umum
Dua tabung anticoagulated EDTA-darah.
Waktu tabung: setelah berdiri, maka sel darah merah telah menetap di bagian bawah tabung.
Kanan tabung: berisi darah segar yang diambil.
Darah account untuk 7% dari berat tubuh manusia, [4] dengan kepadatan rata-rata sekitar 1.060 kg / m 3, sangat dekat dengan kerapatan air murni 1000 kg / m 3. [5] Rata-rata orang dewasa memiliki volume darah dari sekitar 5 liter (1.3 gal), terdiri dari plasma dan beberapa jenis sel (kadang-kadang disebut sel-sel); ini terbentuk unsur-unsur dari darah eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih), dan trombosit (platelet). Dengan volume, sel-sel darah merah merupakan sekitar 45% dari seluruh darah, plasma sekitar 54,3%, dan sel darah putih sekitar 0,7%.
Seluruh darah (plasma dan sel-sel) pameran fluida non-Newtonian dinamika; properti aliran disesuaikan dengan aliran efektif melalui pembuluh darah kapiler yang kecil dengan sedikit resistensi dari plasma dengan sendirinya. Selain itu, jika semua hemoglobin manusia bebas dalam plasma bukannya yang terkandung dalam sel darah merah, sirkulasi fluida akan terlalu kental untuk sistem kardiovaskular untuk berfungsi secara efektif.
Sel
Informasi lebih lanjut: hitung darah lengkap
Satu mikroL darah mengandung:
4.7 untuk 6.1 juta (laki-laki), 4.2 untuk 5.4 juta (perempuan) eritrosit: Pada kebanyakan mamalia, sel-sel darah merah yang matang tidak memiliki nukleus dan organel. Mereka mengandung darah hemoglobin dan mendistribusikan oksigen. Sel darah merah (bersama dengan endotel sel pembuluh darah dan sel lain) juga ditandai oleh glikoprotein yang mendefinisikan berbagai jenis darah. Proporsi darah diduduki oleh sel-sel darah merah disebut sebagai hematokrit, dan biasanya sekitar 45%. Gabungan luas permukaan sel darah merah dari tubuh manusia akan menjadi sekitar 2.000 kali lebih besar sebagai permukaan luar tubuh.
4,000-11,000 leukosit: sel darah putih adalah bagian dari sistem kekebalan tubuh, mereka menghancurkan dan menghapus menyimpang tua atau sel-sel dan puing-puing selular, serta serangan agen infeksius (patogen) dan zat-zat asing. Yang kanker leukosit disebut leukemia.
200,000-500,000 trombosit: trombosit, juga disebut platelet, bertanggung jawab untuk pembekuan darah (koagulasi). Mereka mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Hal ini menciptakan sebuah jala fibrin ke sel-sel darah merah yang mengumpulkan dan bekuan, yang kemudian berhenti lebih banyak darah dari meninggalkan tubuh dan juga membantu untuk mencegah bakteri memasuki tubuh.
Konstitusi darah normal Parameter Nilai
Hematokrit
45 ± 7 (38-52%) untuk laki-laki
42 ± 5 (37-47%) untuk perempuan
pH 7.35-7.45
dasar kelebihan -3 Ke 3
P O 2 10-13 kPa (80-100 mm Hg)
P CO 2 4,8-5,8 kPa (35-45 mm Hg)
HCO 3 -- 21-27 mM
Saturasi oksigen
Beroksigen: 98-99%
Terdeoksigenasi: 75%
Plasma
Sekitar 55% dari seluruh darah adalah plasma darah, cairan yang adalah medium cairan darah, yang dengan sendirinya adalah jerami berwarna kuning. Volume plasma darah total dari 2,7-3,0 liter (2,8-3,2 liter) pada rata-rata manusia. Ini pada dasarnya adalah sebuah berair larutan yang mengandung 92% air, plasma darah 8% protein, dan melacak jumlah bahan lainnya. Plasma beredar dilarutkan nutrisi, seperti glukosa, asam amino, dan asam lemak (terlarut dalam darah atau terikat protein plasma), dan menghapus produk-produk limbah, seperti karbon dioksida, urea, dan asam laktat.
Penting lain komponen meliputi:
Serum albumin
Faktor-faktor pembekuan darah (untuk memfasilitasi koagulasi)
Imunoglobulin (antibodi)
lipoprotein partikel
Berbagai protein
Berbagai elektrolit (terutama natrium dan klorida)
Istilah serum mengacu pada plasma dari pembekuan protein yang telah dihapus. Sebagian besar protein yang tersisa adalah albumin dan immunoglobulin.
pH
Lihat juga: Homeostasis asam basa
Darah pH diatur untuk tetap dalam kisaran sempit 7,35-7,45, sehingga sedikit basa. Darah yang mempunyai pH di bawah 7,35 terlalu asam, sedangkan di atas 7,45 pH darah terlalu basa. PH darah, tekanan parsial oksigen (PO 2), tekanan parsial karbon dioksida (PCO 2), dan HCO 3 secara hati-hati diatur oleh sejumlah mekanisme homeostatis, yang mengerahkan pengaruh mereka terutama melalui sistem pernafasan dan sistem kencing dalam rangka untuk mengendalikan keseimbangan asam-basa dan pernapasan. Sebuah gas darah arteri akan mengukur ini. Plasma juga beredar hormon mengirimkan pesan mereka ke berbagai jaringan. Daftar normal berkisar referensi untuk berbagai elektrolit darah sangat luas.
Tulang yang terutama dipengaruhi oleh pH darah saat mereka cenderung digunakan sebagai sumber mineral untuk buffering pH. Mengkonsumsi rasio tinggi protein hewani ke protein nabati terlibat dalam hilangnya tulang pada wanita.
Darah manusia non-vertebrata
Darah manusia, dalam banyak hal, khas dari mamalia, meskipun rincian yang tepat tentang jumlah sel, ukuran, struktur protein, dan sebagainya, agak bervariasi antar spesies. Non-mamalia vertebrata Namun, ada beberapa perbedaan utama: [12]
Sel darah merah non-mamalia vertebrata yang rata dan bentuk bujur telur, dan mempertahankan inti sel
Ada banyak variasi dalam jenis dan proporsi sel darah putih, misalnya acidophils umumnya lebih umum dari pada manusia
Platelet adalah unik untuk mamalia; di vertebrata lain, kecil, nukleasi, sel gelendong bertanggung jawab untuk penggumpalan darah dan bukannya
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Darah merupakan alat transportasi utama,membawa O2 dari Paru ke Sel,mengankut CO2 dari sel ke Paru,membawanutrisi,Elektrolit,Air ke Sel dan mengangkut sisa metabolisme dari Sel ke Ginjal
Saran
Dimana di dalam penulisan makalah masih banyak kekurangan dan harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
1. H. Syaifuddin, B.AC. Drs, 1997, Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat, Edisi 2,
Cetakan 1, Penerbit EGC, Jakarta : 113 – 122
2. Cambridge Communication Limited, 1998 Modul 1 Anatomi Fisiologi, Edisi 2,
Cetakan 1, Penerbit EGC, Jakarta :55 – 67
sospol
MAKALAH SOSPOL
PERISTIWA TANJUNG PRIOK
OLEH :
EKO PEBRIANTO
PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BAHRUL ULUM
JOMBANG
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senang tiasa melimpahkan ridha serta hidayahya sehinga saya dapat menyelesaikan makala ini dengan judul”KASUS PELANGARAN HAM DI TANJUNG PRIOK”tanpa ada halangan yang berarti.Salam serta salawat semoga senatiasa tercurahkan kepada junjungan kita nabi besar MUHAMMAD SAW yang telah mengangkat kita dari jaman kegelapan menuju jalan yang terang benderang dan di ridhoi ALLAH SWT.
Terima kasih tak lupa saya ucapkan kepada bapak dosen selaku pembimbing,dan teman-teman yang selalu memberikan dukungan kepada kami dalam menyelesaikan tugas ini dan pihak-pihak lain yang tidak bias kami lampirkan semuanya.
kami sadar bahwa makalah yang kami buat ini sangatlah jauh dari kata sempurna, oleh karena itu saya mengharapkan masukan yang bersifat membangun demi penyempurnaan makala yang selanjutnya
Besar harapan saya agar makalah ini dapat bermanfaat baik itu bagi saya maupun teman teman sebagai raferensi dalam mencari dan menggali ilmu. AMIEN…………
Jombang 23-01-2010
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Peristiwa
2.1.1 Korban ke rumah sakit
2.1.2 Dari RSPAD.....................................................
3.1 Bukti baru dengan korban......................................................
3.1.1 Pelaku dan penangung jawab.......................................
3.1.2 katagori pelangaran HAM.................................................
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kejadian berawal dari ditahannya empat orang, masing-masing bernama Achmad Sahi, Syafwan Sulaeman, Syarifuddin Rambe dan M. Nur, yang diduga terlibat pembakaran sepeda motor Babinsa. Mereka ditangkap oleh Polres Jakarta Utara, dan kemudian di bon dan ditahan di Kodim Jakarta Utara.
Pada tanggal 12 September 1984, diadakan tabligh akbar di Jalan Sindang oleh, Amir Biki, salah seorang tokoh masyarakat setempat, di dalam ceramahnya menuntut pada aparat keamanan untuk membebaskan empat orang jemaah MusholaAs-Sa’adah yang ditahan.
Setelah mengetahui keempat orang tersebut belum dibebaskan pada pukul 23.00, 12 september 1984, Amir Biki mengerahkan massa ke kantor Kodim Jakarta Utara dan Polsek Koja.
1.2 TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1.memenuhi tugas SOSPOL
2.mengetahui lebih dalam tentang pelangaran HAM yang terjadi pada kasus PERISTIWA TANJUNG PRIOK
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PERISTIWA
Tragedi ini terjadi pada September 1984. Saat itu hampir tengah malam, tiga orang juru dakwah, Amir Biki, Syarifin Maloko dan M. Nasir berpidato berapi-api di jalan Sindang Raya, Priok.
Mereka menuntut pembebasan empat pemuda jamaah Mushala As-Sa'adah yang ditangkap petugas Kodim
Jakarta Utara.
Empat pemuda itu digaruk tentara karena membakar sepeda motor Sertu Hermanu. Anggota Babinsa Koja Selatan itu hampir saja dihajar massa jika tak dicegah oleh seorang tokoh masyarakat di sana.
Ketika itu, 7 September 1984, Hermanu melihat poster ''Agar para wanita memakai pakaian jilbab.' Dia meminta agar poster itu dicopot.
api para remaja masjid itu menolak. Esoknya Hermanu datang lagi, menghapus poster itu dengan koran yang dicelup air got. Melihat itu, massa berkerumun, tapi Hermanu sudah pergi. Maka beredarlah desas-desus 'ada sersan masuk mushola tanpa buka sepatu dan mengotorinya.' Massa
rupanya termakan isu itu. Terjadilah pembakaran sepeda motor itu.
Maka, pengurus Musholla pun meminta bantuan Amir Biki, seorang tokoh di sana agar membebaskan empat pemuda yang ditahan Kodim itu. Tapi ia gagal, dan berang. Ia lantas mengumpulkan massa di
jalan Sindang Raya dan bersama-sama pembicara lain, menyerang pemerintah. Biki dengan mengacungkan badik, antara lain mengancam RUU Keormasan.
Pembicara lain, seperti Syarifin Maloko, M. Natsir dan Yayan, mengecam Pancasila dan dominasi Cina atas perekonomian Indonesia. Di akhir pidatonya yang meledak-ledak, Biki pun mengancam, ''akan menggerakkan massa bila empat pemuda yang ditahan tidak dibebaskan.'' Ia memberi batas
waktu pukul 23.00. Tapi sampai batas waktu itu, empat pemuda tidak juga dibebaskan.
Maka, Biki pun menggerakkan massa. Mereka dibagi dua; kelompok pertama menyerang Kodim. Kelompok kedua menyerang toko-toko Cina. Bergeraklah dua sampai tiga ribu massa ke Kodim di jalan Yos
Sudarso, berjarak 1,5 Km dari tempat pengerahan massa.
Biki berjalan di depan. Tapi di tengah jalan, depan Polres Jakarta Utara, mereka dihadang petugas. Mereka tak mau bubar. Bahkan tak mempedulikan tembakan peringatan. Mereka maju terus,
menurut versi tentara, sambil mengacung-acungkan golok dan celurit.
Masih menurut sumber resmi TNI, Biki kemudian berteriak, Maju...serbu...' dan massa pun menghambur. Tembakan muntah menghabiskan banyak sekali nyawa. Biki sendiri tewas saat itu juga.
Keterangan resmi pemerintah korban yang mati hanya 28 orang. Tapi dari pihak korban menyebutkan sekitar tujuh ratus jamaah tewas dalam tragedi itu. Setelah itu, beberapa tokoh yang dinilai terlibat dalam peristiwa itu ditangkapi; Qodir Djaelani, Tony Ardy, Mawardi Noor, Oesmany Al
Hamidy. Ceramah-ceramah mereka setahun sebelumnya terkenal keras; menyerang kristenisasi, penggusuran, Asaa Tunggal Pancasila, Pembatasan Izin Dakwah, KB, dan dominasi ekonomi oleh Cina.
Empat belas jam setelah peristiwa itu, Pangkopkamtib LB Moerdani didampingi Harmoko sebagai Menpen dan Try Sutrisno sebagai Pangdam Jaya memberikan penjelasan pers. Saat itu Benny menyatakan telah terjadi penyerbuan oleh massa Islam di pimpin oleh Biki, Maloko dan M. Natsir. Sembilan korban tewas dan 53 luka-luka, kata Benny.
2.1.1 KORBAN KE RUMAH SAKIT
Dari tempat kejadian, korban diangkut ke RSPAD Gatot Subroto dengan menggunakan truk yang sebelumnya digunakan untuk membawa pasukan. Beberapa korban yang sementara dirawat di Rumah Sakit Koja dan Rumah Sakit Suka Mulia kemudian dievakuasi ke RSPAD Gatot Subroto, sesuai dengan perintah dari Mayjen Try Soetrisno, Pangdam V Jaya yang datang ke tempat kejadian bersama Jenderal LB. Moerdani, Pangab/Pangkopkamtib.
Dari BAP petugas RSPAD Gatot Subroto didapatkan keterangan sebagai berikut:
-Jumlah korban luka yang dirawat adalah 36 orang semuanya dapat disembuhkan. Jumlah korban luka yang diberi pengobatan tetapi tidak dirawat adalah 19 orang.
-Jumlah korban meninggal adalah 23 orang terdiri dari 9 orang dapat dikenali identitasnya dan 14 orang tidak diketahui identitasnya yang dapat dikategorikan sebagai orang hilang.
-Identitas dari 9 jenasah tersebut adalah Amir Biki, Zainal Amran, Kasmoro bin Ji’an, M. Romli, Andi Samsu, Tukimin, Kastori, M. Sidik, Kembar Abdul Kohar.
- Pada tanggal 13 September 1984 dini hari Jenderal LB. Moerdani, Pangab/Pangkopkamtib dan Mayjen Try Soetrisno, Pangdam V Jaya mengunjungi RSPAD Gatot Subroto untuk melihat keadaan korban. Try Soetrisno memerintahkan untuk menguburkan para korban.
2.1.2 DARI RSPAD GATOT SOEBROTO KE PEMAKAMAN DAN PENAHANAN
Seluruh korban luka yang dirawat di RSPAD Gatot Subroto setelah sembuh langsung ditahan di Kodim Jakarta Pusat, Laksusda V Jaya, Pomdam V Jaya dan Rumah Tahanan Militer Cimanggis. Selama dalam penahanan, para korban mengalami penyiksaan.
Salah satu korban tewas yakni Amir Biki diambil oleh keluarga pada dini hari tanggal 13 September 1984 yang selanjutnya dimakamkan di halaman Masjid Al A’raaf, Sukapura, Jakarta Utara. Sementara itu, ke-22 korban lainnya dimakamkan pada malam hari, tanggal 13 September 1984 di Mengkok, Pondok Ranggon dan Condet. Satu korban lainnya bernama Mardani diketemukan oleh massa kemudian diserahkan kepada keluarganya dan dikuburkan di pemakaman Dobo, Jakarta Utara.
3.1 BUKTI BARU BERKAITAN DENGAN KORBAN MENINGGAL DALAM PERISTIWA TANJUNG PRIOK
1. PROSES DAN HASIL PENGGALIAN
Penggalian pada TPU Mengkok Sukapura langsung dilakukan pada makam-makam yang sudah teridentifikasi melalui nama yang tertera di batu nisan dan keterangan keluarga korban. Makam Kembar Abdul Kohar akhirnya ditemukan, namun makam Kastori dan M. Sidik tidak ditemukan.
Di Pemakaman Wakaf Kramat Ganceng, Pondok Ranggon, Jakarta Timur, terdapat 8 makam yang masing-masing berisi satu kerangka, berbeda dengan keterangan awal dari Rohisdam dan Try Soetrisno bahwa yang dikuburkan adalah tujuh orang korban.
Penggalian di TPU Gedong, Condet, Jakarta Timur tidak dapat dilaksanakan, karena tidak ada bukti dan saksi pendukung yang dapat menunjukkan titik letak kuburan dengan pasti.
2. TEMUAN FORENSIK MENGENAI TANDA KEKERASAN DAN SEBAB KEMATIAN
Penilaian keadaan tulang belulang, termasuk penilaian garis-patah lama dan baru, serta pengujian laboratorium atas bercak pewarnaan kehitaman pada tulang-tulang tersebut telah dapat mengidentifikasi cedera tulang yang diakibatkan oleh kekerasan yang terjadi perimortal. Pada jenis patah tulang yang spesifik dan didukung oleh hasil pemeriksaan kandungan elemen-elemen yang berasal dari senjata api pada garis patah tulang atau kerokan tulang pada daerah cedera tersebut, telah dapat mengindikasikan adanya cedera tulang yang diakibatkan oleh senjata api.
Setidaknya 6 korban (4 dari Mengkok dan 2 dari Kramat Ganceng) dapat dipastikan telah memperoleh kekerasan dalam bentuk tembakan senjata api, dengan ciri yang sesuai dengan tembakan senjata api berkecepatan tinggi. Selain itu, terdapat 3 kasus yang mengalami kekerasan, namun jenis kekerasannya tidak dapat dipastikan apakah akibat kekerasan tumpul yang hebat ataukah tembakan senjata api dengan kecepatan tinggi. Terdapat pula 5 kerangka yang memiliki jejas bukan patah tulang yang diduga akibat kekerasan, sehingga tidak ada satu kerangka pun yang tidak menunjukkan kemungkinan adanya kekerasan.
Pemeriksaan dan analisis yang teliti dapat disimpulkan bahwa empat kerangka dipastikan mati akibat tembakan senjata api, tiga kerangka mati akibat kekerasan tumpul atau tembakan senjata api, satu kerangka mati akibat kekerasan tumpul, dan enam lainnya tidak dapat dipastikan penyebab kematiannya.
c. KESAKSIAN KELUARGA KORBAN TAN KEU LIM
Delapan orang keluarga Tan Keu Lim beserta satu orang pembantunya tewas terbakar di rumah. Mengenai hal tersebut telah diperoleh kesaksian dan bukti-bukti baru berupa satu buah Kartu Keluarga milik keluarga Tan Keu Lim (terlampir) serta kesaksian ketua RT 001/007 Kelurahan Koja Selatan Jakarta Utara dan kesaksian dari keluarga Tan Keu Lim yang masih hidup.
d. PEMERIKSAAN DOKUMEN RSPAD GATOT SUBROTO
Rekaman medik korban Tanjung Priok dinyatakan telah dimusnahkan oleh pihak RSPAD Gatot Subroto karena telah memenuhi batas waktu lima tahun. Namun berita acara pemusnahan dokumen dimaksud tidak dapat diberikan oleh pihak RSPAD Gatot Subroto dengan alasan tidak dapat ditemukan lagi.
3.1.1 PELAKU DAN PENANGGUNG JAWAB
Regu yang melakukan penembakan dipimpin oleh Serda Sutrisno Mascung. Regu ini adalah bagian dari peleton yang dipimpin oleh Kapten Sriyanto dan berada di bawah perintah Dandim Jakarta Utara. Sedangkan Dandim tersebut berada dibawah perintah Pangdam V Jaya, yang selanjutnya berada dibawah perintah Panglima ABRI.
Mengacu kepada prinsip-prinsip command responbility, maka ada dua aspek tindakan yang diabaikan aparat militer sebagai pelaku dan penanggung jawab peristiwa pelanggaran Hak Asasi Manusia di Tanjung Priok, yakni aspek secara langsung melakukan tindakan yang tidak mematuhi prosedur baku sebagaimana peristiwa yang terjadi di lapangan dan tidak diambilnya tindakan-tindakan yang dapat mencegah terjadinya peristiwa tersebut, sesuai dengan kewenangan yang dimilikinya berdasarkan jabatan yang diembannya sebagai komandan sesuai dengan jenjang komando.
Aspek yang pertama itu menyangkut antara lain sikap dan tindakan dengan menghilangkan barang bukti, melakukan penyiksaan-penyiksaan, serta sejumlah tindakan teror serta intimidasi terhadap para korbannya. Sedangkan aspek yang kedua antara lain menyangkut kelalaian aparat yang tidak dapat mengendalikan pasukannya.
3.1.2 KATEGORI PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA YANG TERJADI
1. Pembunuhan secara kilat (summary killing)
Tindakan pembunuhan secara kilat (summary killing) terjadi di depan Mapolres Metro Jakarta Utara tanggal 12 September 1984 pkl 23.00 akibat penggunaan kekerasan yang berlebihan dari yang sepatutnya terhadap kelompok massa oleh satu regu pasukan dari Kodim Jakarta Utara dibawah pimpinan Serda Sutrisno Mascung dengan senjata semi otomatis. Para anggota pasukan masing-masing membawa peluru yang diambil dari gudang masing-masing sekitar 5-10 peluru tajam. Atas tindakan ini jatuh korban 24 orang tewas, 54 luka berat dan ringan. Atas perintah Mayjen Try Soetrisno Pangdam V Jaya korban kemudian dibawa dengan tiga truk ke RSPAD Gatot Subroto.
2. Penangkapan dan penahanan sewenang-wenang (unlawful arrest and detention)
Setelah peristiwa, aparat TNI melakukan penggeledahan dan penangkapan terhadap orang-orang yang dicurigai mempunyai hubungan dengan peristiwa Tanjung Priok. Korban diambil di rumah atau ditangkap disekitar lokasi penembakan. Semua korban sekitar 160 orang ditangkap tanpa prosedur dan surat perintah penangkapan dari yang berwenang. Keluarga korban juga tidak diberitahu atau diberi tembusan surat perintah penahanan. Para korban ditahan di Laksusda Jaya Kramat V, Mapomdam Guntur dan RTM Cimanggis.
3. Penyiksaan (Torture)
Semua korban yang ditahan di Laksusda Jaya, Kodim, Guntur dan RTM Cimanggis mengalami penyiksaan, intimidasi dan teror dari aparat. Bentuk penyiksaan antara lain dipukul dengan popor senjata, ditendang, dipukul dan lain-lain.
4. Penghilangan orang secara paksa (Enforced or involuntary disappearance)
Penghilangan orang ini terjadi dalam tiga tahap, pertama; menyembunyikan identitas dan jumlah korban yang tewas dari publik dan keluarganya. Hal itu terlihat dari cara penguburan yang dilakukan secara diam-diam ditempat terpencil, terpisah-pisah dan dilakukan di malam hari. Lokasi penguburan juga tidak dibuat tanda-tanda, sehingga sulit untuk diketahui. Kedua; menyembunyikan korban dengan cara melarang keluarga korban untuk melihat kondisi dan keberadaan korban selama dalam perawatan dan penahanan aparat. Ketiga adalah merusak dan memusnahkan barang bukti dan keterangan serta identitas korban. Akibat tindakan penggelapan identitas dan barang bukti tersebut sulit untuk mengetahui keberadaan dan jumlah korban yang sebenarnya secara pasti.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari uraian tersebut diatas maka dapat ditarik kesimpulan :
1. Tentang jumlah korban
Pemastian jumlah korban pembunuhan secara kilat sebanyak 24 orang dilakukan dengan penggalian kuburan, pemeriksaan dokumen RSPAD Gatot Subroto dan usaha mencari saksi-saksi tambahan.
Dari hasil penggalian di TPU Mengkok, Sukapura dan Pemakaman Kramat Ganceng, Pondok Ranggon dapat ditarik kesimpulan bahwa keterangan jumlah korban yang telah dikuburkan di halaman Masjid Al A’raaf, bekas makam Dobo, TPU Mengkok, Kramat Ganceng, Pondok Ranggon dan TPU Gedong, Condet sebanyak 24 orang kemungkinan besar benar adanya, walaupun ada selisih jumlah korban yang dimakamkan di Pondok Ranggon.
Jumlah yang pasti dari korban tak dapat diberikan kualifikasi final, karena RSPAD Gatot Subroto akhirnya mengakui bahwa dokumen Berita Acara Pemusnahan Dokumen korban peristiwa Tanjung Priok tidak ditemukan. Sedangkan informasi lain tentang adanya korban jiwa selain 24 orang tidak dapat diklarifikasi karena tidak ditemukan bukti dan saksi tambahan.
Korban terbakar
Keluarga Tan Keu Lim (9 orang) di Apotik Tanjung yang sekaligus merupakan tempat tinggal korban meninggal karena tidak dapat menyelamatkan diri dari kebakaran Apotik Tanjung. Kebakaran ini diduga keras dilakukan oleh rombongan massa yang bergerak ke arah Polsek Koja.
2. Tentang nama para pelaku dan penanggungjawab yang diduga melakukan pelanggaran hak asasi manusia yang berat.
Pelaku atas seluruh pelanggaran tersebut diatas bisa dilihat dalam tiga kategori.
Pertama adalah pelaku di lapangan yang menggunakan kekerasan yang berlebihan sehingga jatuh korban meninggal dan luka-luka. Mereka yang melakukan penyiksaan kepada korban yang masih hidup.
Kedua adalah penanggung jawab komando operasional yaitu komandan yang membawahi teritorial di tingkat Kodim dan Polres tidak mampu mengantisipasi keadaan dan mengendalikan pasukan sehingga terjadi tindakan summary killing, tindakan penyiksaan dan terlibat aktif dalam penghilangan barang bukti dan identitas korban serta membiarkan terjadinya penyiksaan-penyiksaan dalam tahanan, dan memerintahkan penguburan tanpa prosedur resmi.
Ketiga adalah para pemegang komando yang tidak mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya pelanggaran berat hak asasi manusia dan atau memerintahkan secara langsung satu tindakan yang menyebabkan terjadinya pelanggaran tersebut
Dengan tiga kategori pelaku dan atau penanggungjawab di atas maka dalam pelanggaran hak asasi manusia di Tanjung Priok ini diduga terlibat terutama tapi tidak terbatas pada nama-nama dibawah ini:
Dari Satuan Arhanud Tanjung Priok :
Serda Sutrisno Mascung
Pratu Yajit
Prada Siswoyo
Prada Asrori
Prada Kartijo
Prada Zulfata
Prada Muhson
Prada Abdul Halim
Prada Sofyan Hadi
Prada Parnu
Prada Winarko
Prada Idrus
Prada Sumitro
Prada Prayogi
Dari Jajaran Kodim Jakarta Utara :
Letkol. RA. Butar-Butar, Dandim Jakarta Utara
Kapten Sriyanto, Pasi II Ops. Kodim Jakarta Utara
Dari Jajaran Kodam V Jaya :
Mayjen TNI Try Soetrisno, Pangdam V Jaya
Kol. CPM Pranowo, Kapomdam V Jaya
Kapten Auha Kusin, BA, Rohisdam V Jaya
Kapten Mattaoni, BA, Rohisdam V Jaya
Dari Jajaran Mabes TNI AD :
Brigjen TNI Dr. Soemardi, Kepala RSPAD Gatot Soebroto
Mayor TNI Darminto, Bagpam RSPAD GATOT SOEBROTO
Dari Mabes ABRI :
Jenderal TNI L. Benny Moerdani, Panglima ABRI / Pangkopkamtib
Telah terjadi pelanggaran hak asasi manusia atas keluarga Tan Keu
Lim walaupun belum didapatkan bukti pendukung untuk menyebut siapa nama mereka.
Tentang rekomendasi
a. Para Pelaku dan penanggung jawab yang diduga telah melakukan pelanggaran hak asasi manusia berat harus dimintakan pertanggungjawaban sesuai dengan hukum yang berlaku.
b. Untuk mewujudkan tanggungjawab negara khususnya pemerintah terhadap korban pelanggaran hak asasi manusia, maka :
Pemerintah meminta maaf terhadap korban/keluarga korban dan masyarakat luas atas terjadinya Peristiwa Tanjung Priok.
Merehabilitasi nama baik para korban
Memberikan kompensasi yang layak kepada korban/keluarga korban
Korban yang sampai sekarang belum berhasil ditemukan harus tetap dinyatakan sebagai orang hilang. Oleh karena itu menjadi tanggung jawab negara untuk menemukan korban dan mengembalikannya kepada keluarga yang bersangkutan.
Untuk mencegah keterulangan (non-recurence) pelanggaran hak asasi manusia seperti dalam Peristiwa Tanjung Priok di masa depan maka berbagai kebijakan dan tindakan harus diambil untuk :
Meningkatkan profesionalisme anggota TNI dari jajaran pimpinan sampai anggota dengan pangkat terendah, melalui pendidikan dan latihan termasuk bidang hak asasi manusia.
Meningkatkan pengawasan yang intensip terhadap pelaksanaan instruksi dan prosedur tetap pelaksanaan tugas TNI yang menjunjung tinggi penghormatan hak asasi manusia.
Dengan sungguh-sungguh melakukan penertiban atas kewajiban-kewajiban pejabat publik atas dokumen dan arsip yang menyangkut kepentingan publik.
Mengajak masyarakat meninggalkan praktek-praktek penggunaan kekerasan dalam memperjuangkan aspirasi politik.
Menata kembali wacana kehidupan keagamaan, sehingga ajaran agama benar-benar membawa rahmat bagi seluruh alam, dan terjaminnya rasa aman dan bebas bagi seluruh umat beragama melaksanakan ibadahnya.
Saran
Di dalam makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan, baik dari segi bahasa, kata-kata, maupun penjelasan, maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca,yang sifatnya membangun dan dapat dijadikan bahan untuk lebih baik dari sebelumnya
PERISTIWA TANJUNG PRIOK
OLEH :
EKO PEBRIANTO
PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BAHRUL ULUM
JOMBANG
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senang tiasa melimpahkan ridha serta hidayahya sehinga saya dapat menyelesaikan makala ini dengan judul”KASUS PELANGARAN HAM DI TANJUNG PRIOK”tanpa ada halangan yang berarti.Salam serta salawat semoga senatiasa tercurahkan kepada junjungan kita nabi besar MUHAMMAD SAW yang telah mengangkat kita dari jaman kegelapan menuju jalan yang terang benderang dan di ridhoi ALLAH SWT.
Terima kasih tak lupa saya ucapkan kepada bapak dosen selaku pembimbing,dan teman-teman yang selalu memberikan dukungan kepada kami dalam menyelesaikan tugas ini dan pihak-pihak lain yang tidak bias kami lampirkan semuanya.
kami sadar bahwa makalah yang kami buat ini sangatlah jauh dari kata sempurna, oleh karena itu saya mengharapkan masukan yang bersifat membangun demi penyempurnaan makala yang selanjutnya
Besar harapan saya agar makalah ini dapat bermanfaat baik itu bagi saya maupun teman teman sebagai raferensi dalam mencari dan menggali ilmu. AMIEN…………
Jombang 23-01-2010
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Peristiwa
2.1.1 Korban ke rumah sakit
2.1.2 Dari RSPAD.....................................................
3.1 Bukti baru dengan korban......................................................
3.1.1 Pelaku dan penangung jawab.......................................
3.1.2 katagori pelangaran HAM.................................................
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kejadian berawal dari ditahannya empat orang, masing-masing bernama Achmad Sahi, Syafwan Sulaeman, Syarifuddin Rambe dan M. Nur, yang diduga terlibat pembakaran sepeda motor Babinsa. Mereka ditangkap oleh Polres Jakarta Utara, dan kemudian di bon dan ditahan di Kodim Jakarta Utara.
Pada tanggal 12 September 1984, diadakan tabligh akbar di Jalan Sindang oleh, Amir Biki, salah seorang tokoh masyarakat setempat, di dalam ceramahnya menuntut pada aparat keamanan untuk membebaskan empat orang jemaah MusholaAs-Sa’adah yang ditahan.
Setelah mengetahui keempat orang tersebut belum dibebaskan pada pukul 23.00, 12 september 1984, Amir Biki mengerahkan massa ke kantor Kodim Jakarta Utara dan Polsek Koja.
1.2 TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1.memenuhi tugas SOSPOL
2.mengetahui lebih dalam tentang pelangaran HAM yang terjadi pada kasus PERISTIWA TANJUNG PRIOK
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PERISTIWA
Tragedi ini terjadi pada September 1984. Saat itu hampir tengah malam, tiga orang juru dakwah, Amir Biki, Syarifin Maloko dan M. Nasir berpidato berapi-api di jalan Sindang Raya, Priok.
Mereka menuntut pembebasan empat pemuda jamaah Mushala As-Sa'adah yang ditangkap petugas Kodim
Jakarta Utara.
Empat pemuda itu digaruk tentara karena membakar sepeda motor Sertu Hermanu. Anggota Babinsa Koja Selatan itu hampir saja dihajar massa jika tak dicegah oleh seorang tokoh masyarakat di sana.
Ketika itu, 7 September 1984, Hermanu melihat poster ''Agar para wanita memakai pakaian jilbab.' Dia meminta agar poster itu dicopot.
api para remaja masjid itu menolak. Esoknya Hermanu datang lagi, menghapus poster itu dengan koran yang dicelup air got. Melihat itu, massa berkerumun, tapi Hermanu sudah pergi. Maka beredarlah desas-desus 'ada sersan masuk mushola tanpa buka sepatu dan mengotorinya.' Massa
rupanya termakan isu itu. Terjadilah pembakaran sepeda motor itu.
Maka, pengurus Musholla pun meminta bantuan Amir Biki, seorang tokoh di sana agar membebaskan empat pemuda yang ditahan Kodim itu. Tapi ia gagal, dan berang. Ia lantas mengumpulkan massa di
jalan Sindang Raya dan bersama-sama pembicara lain, menyerang pemerintah. Biki dengan mengacungkan badik, antara lain mengancam RUU Keormasan.
Pembicara lain, seperti Syarifin Maloko, M. Natsir dan Yayan, mengecam Pancasila dan dominasi Cina atas perekonomian Indonesia. Di akhir pidatonya yang meledak-ledak, Biki pun mengancam, ''akan menggerakkan massa bila empat pemuda yang ditahan tidak dibebaskan.'' Ia memberi batas
waktu pukul 23.00. Tapi sampai batas waktu itu, empat pemuda tidak juga dibebaskan.
Maka, Biki pun menggerakkan massa. Mereka dibagi dua; kelompok pertama menyerang Kodim. Kelompok kedua menyerang toko-toko Cina. Bergeraklah dua sampai tiga ribu massa ke Kodim di jalan Yos
Sudarso, berjarak 1,5 Km dari tempat pengerahan massa.
Biki berjalan di depan. Tapi di tengah jalan, depan Polres Jakarta Utara, mereka dihadang petugas. Mereka tak mau bubar. Bahkan tak mempedulikan tembakan peringatan. Mereka maju terus,
menurut versi tentara, sambil mengacung-acungkan golok dan celurit.
Masih menurut sumber resmi TNI, Biki kemudian berteriak, Maju...serbu...' dan massa pun menghambur. Tembakan muntah menghabiskan banyak sekali nyawa. Biki sendiri tewas saat itu juga.
Keterangan resmi pemerintah korban yang mati hanya 28 orang. Tapi dari pihak korban menyebutkan sekitar tujuh ratus jamaah tewas dalam tragedi itu. Setelah itu, beberapa tokoh yang dinilai terlibat dalam peristiwa itu ditangkapi; Qodir Djaelani, Tony Ardy, Mawardi Noor, Oesmany Al
Hamidy. Ceramah-ceramah mereka setahun sebelumnya terkenal keras; menyerang kristenisasi, penggusuran, Asaa Tunggal Pancasila, Pembatasan Izin Dakwah, KB, dan dominasi ekonomi oleh Cina.
Empat belas jam setelah peristiwa itu, Pangkopkamtib LB Moerdani didampingi Harmoko sebagai Menpen dan Try Sutrisno sebagai Pangdam Jaya memberikan penjelasan pers. Saat itu Benny menyatakan telah terjadi penyerbuan oleh massa Islam di pimpin oleh Biki, Maloko dan M. Natsir. Sembilan korban tewas dan 53 luka-luka, kata Benny.
2.1.1 KORBAN KE RUMAH SAKIT
Dari tempat kejadian, korban diangkut ke RSPAD Gatot Subroto dengan menggunakan truk yang sebelumnya digunakan untuk membawa pasukan. Beberapa korban yang sementara dirawat di Rumah Sakit Koja dan Rumah Sakit Suka Mulia kemudian dievakuasi ke RSPAD Gatot Subroto, sesuai dengan perintah dari Mayjen Try Soetrisno, Pangdam V Jaya yang datang ke tempat kejadian bersama Jenderal LB. Moerdani, Pangab/Pangkopkamtib.
Dari BAP petugas RSPAD Gatot Subroto didapatkan keterangan sebagai berikut:
-Jumlah korban luka yang dirawat adalah 36 orang semuanya dapat disembuhkan. Jumlah korban luka yang diberi pengobatan tetapi tidak dirawat adalah 19 orang.
-Jumlah korban meninggal adalah 23 orang terdiri dari 9 orang dapat dikenali identitasnya dan 14 orang tidak diketahui identitasnya yang dapat dikategorikan sebagai orang hilang.
-Identitas dari 9 jenasah tersebut adalah Amir Biki, Zainal Amran, Kasmoro bin Ji’an, M. Romli, Andi Samsu, Tukimin, Kastori, M. Sidik, Kembar Abdul Kohar.
- Pada tanggal 13 September 1984 dini hari Jenderal LB. Moerdani, Pangab/Pangkopkamtib dan Mayjen Try Soetrisno, Pangdam V Jaya mengunjungi RSPAD Gatot Subroto untuk melihat keadaan korban. Try Soetrisno memerintahkan untuk menguburkan para korban.
2.1.2 DARI RSPAD GATOT SOEBROTO KE PEMAKAMAN DAN PENAHANAN
Seluruh korban luka yang dirawat di RSPAD Gatot Subroto setelah sembuh langsung ditahan di Kodim Jakarta Pusat, Laksusda V Jaya, Pomdam V Jaya dan Rumah Tahanan Militer Cimanggis. Selama dalam penahanan, para korban mengalami penyiksaan.
Salah satu korban tewas yakni Amir Biki diambil oleh keluarga pada dini hari tanggal 13 September 1984 yang selanjutnya dimakamkan di halaman Masjid Al A’raaf, Sukapura, Jakarta Utara. Sementara itu, ke-22 korban lainnya dimakamkan pada malam hari, tanggal 13 September 1984 di Mengkok, Pondok Ranggon dan Condet. Satu korban lainnya bernama Mardani diketemukan oleh massa kemudian diserahkan kepada keluarganya dan dikuburkan di pemakaman Dobo, Jakarta Utara.
3.1 BUKTI BARU BERKAITAN DENGAN KORBAN MENINGGAL DALAM PERISTIWA TANJUNG PRIOK
1. PROSES DAN HASIL PENGGALIAN
Penggalian pada TPU Mengkok Sukapura langsung dilakukan pada makam-makam yang sudah teridentifikasi melalui nama yang tertera di batu nisan dan keterangan keluarga korban. Makam Kembar Abdul Kohar akhirnya ditemukan, namun makam Kastori dan M. Sidik tidak ditemukan.
Di Pemakaman Wakaf Kramat Ganceng, Pondok Ranggon, Jakarta Timur, terdapat 8 makam yang masing-masing berisi satu kerangka, berbeda dengan keterangan awal dari Rohisdam dan Try Soetrisno bahwa yang dikuburkan adalah tujuh orang korban.
Penggalian di TPU Gedong, Condet, Jakarta Timur tidak dapat dilaksanakan, karena tidak ada bukti dan saksi pendukung yang dapat menunjukkan titik letak kuburan dengan pasti.
2. TEMUAN FORENSIK MENGENAI TANDA KEKERASAN DAN SEBAB KEMATIAN
Penilaian keadaan tulang belulang, termasuk penilaian garis-patah lama dan baru, serta pengujian laboratorium atas bercak pewarnaan kehitaman pada tulang-tulang tersebut telah dapat mengidentifikasi cedera tulang yang diakibatkan oleh kekerasan yang terjadi perimortal. Pada jenis patah tulang yang spesifik dan didukung oleh hasil pemeriksaan kandungan elemen-elemen yang berasal dari senjata api pada garis patah tulang atau kerokan tulang pada daerah cedera tersebut, telah dapat mengindikasikan adanya cedera tulang yang diakibatkan oleh senjata api.
Setidaknya 6 korban (4 dari Mengkok dan 2 dari Kramat Ganceng) dapat dipastikan telah memperoleh kekerasan dalam bentuk tembakan senjata api, dengan ciri yang sesuai dengan tembakan senjata api berkecepatan tinggi. Selain itu, terdapat 3 kasus yang mengalami kekerasan, namun jenis kekerasannya tidak dapat dipastikan apakah akibat kekerasan tumpul yang hebat ataukah tembakan senjata api dengan kecepatan tinggi. Terdapat pula 5 kerangka yang memiliki jejas bukan patah tulang yang diduga akibat kekerasan, sehingga tidak ada satu kerangka pun yang tidak menunjukkan kemungkinan adanya kekerasan.
Pemeriksaan dan analisis yang teliti dapat disimpulkan bahwa empat kerangka dipastikan mati akibat tembakan senjata api, tiga kerangka mati akibat kekerasan tumpul atau tembakan senjata api, satu kerangka mati akibat kekerasan tumpul, dan enam lainnya tidak dapat dipastikan penyebab kematiannya.
c. KESAKSIAN KELUARGA KORBAN TAN KEU LIM
Delapan orang keluarga Tan Keu Lim beserta satu orang pembantunya tewas terbakar di rumah. Mengenai hal tersebut telah diperoleh kesaksian dan bukti-bukti baru berupa satu buah Kartu Keluarga milik keluarga Tan Keu Lim (terlampir) serta kesaksian ketua RT 001/007 Kelurahan Koja Selatan Jakarta Utara dan kesaksian dari keluarga Tan Keu Lim yang masih hidup.
d. PEMERIKSAAN DOKUMEN RSPAD GATOT SUBROTO
Rekaman medik korban Tanjung Priok dinyatakan telah dimusnahkan oleh pihak RSPAD Gatot Subroto karena telah memenuhi batas waktu lima tahun. Namun berita acara pemusnahan dokumen dimaksud tidak dapat diberikan oleh pihak RSPAD Gatot Subroto dengan alasan tidak dapat ditemukan lagi.
3.1.1 PELAKU DAN PENANGGUNG JAWAB
Regu yang melakukan penembakan dipimpin oleh Serda Sutrisno Mascung. Regu ini adalah bagian dari peleton yang dipimpin oleh Kapten Sriyanto dan berada di bawah perintah Dandim Jakarta Utara. Sedangkan Dandim tersebut berada dibawah perintah Pangdam V Jaya, yang selanjutnya berada dibawah perintah Panglima ABRI.
Mengacu kepada prinsip-prinsip command responbility, maka ada dua aspek tindakan yang diabaikan aparat militer sebagai pelaku dan penanggung jawab peristiwa pelanggaran Hak Asasi Manusia di Tanjung Priok, yakni aspek secara langsung melakukan tindakan yang tidak mematuhi prosedur baku sebagaimana peristiwa yang terjadi di lapangan dan tidak diambilnya tindakan-tindakan yang dapat mencegah terjadinya peristiwa tersebut, sesuai dengan kewenangan yang dimilikinya berdasarkan jabatan yang diembannya sebagai komandan sesuai dengan jenjang komando.
Aspek yang pertama itu menyangkut antara lain sikap dan tindakan dengan menghilangkan barang bukti, melakukan penyiksaan-penyiksaan, serta sejumlah tindakan teror serta intimidasi terhadap para korbannya. Sedangkan aspek yang kedua antara lain menyangkut kelalaian aparat yang tidak dapat mengendalikan pasukannya.
3.1.2 KATEGORI PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA YANG TERJADI
1. Pembunuhan secara kilat (summary killing)
Tindakan pembunuhan secara kilat (summary killing) terjadi di depan Mapolres Metro Jakarta Utara tanggal 12 September 1984 pkl 23.00 akibat penggunaan kekerasan yang berlebihan dari yang sepatutnya terhadap kelompok massa oleh satu regu pasukan dari Kodim Jakarta Utara dibawah pimpinan Serda Sutrisno Mascung dengan senjata semi otomatis. Para anggota pasukan masing-masing membawa peluru yang diambil dari gudang masing-masing sekitar 5-10 peluru tajam. Atas tindakan ini jatuh korban 24 orang tewas, 54 luka berat dan ringan. Atas perintah Mayjen Try Soetrisno Pangdam V Jaya korban kemudian dibawa dengan tiga truk ke RSPAD Gatot Subroto.
2. Penangkapan dan penahanan sewenang-wenang (unlawful arrest and detention)
Setelah peristiwa, aparat TNI melakukan penggeledahan dan penangkapan terhadap orang-orang yang dicurigai mempunyai hubungan dengan peristiwa Tanjung Priok. Korban diambil di rumah atau ditangkap disekitar lokasi penembakan. Semua korban sekitar 160 orang ditangkap tanpa prosedur dan surat perintah penangkapan dari yang berwenang. Keluarga korban juga tidak diberitahu atau diberi tembusan surat perintah penahanan. Para korban ditahan di Laksusda Jaya Kramat V, Mapomdam Guntur dan RTM Cimanggis.
3. Penyiksaan (Torture)
Semua korban yang ditahan di Laksusda Jaya, Kodim, Guntur dan RTM Cimanggis mengalami penyiksaan, intimidasi dan teror dari aparat. Bentuk penyiksaan antara lain dipukul dengan popor senjata, ditendang, dipukul dan lain-lain.
4. Penghilangan orang secara paksa (Enforced or involuntary disappearance)
Penghilangan orang ini terjadi dalam tiga tahap, pertama; menyembunyikan identitas dan jumlah korban yang tewas dari publik dan keluarganya. Hal itu terlihat dari cara penguburan yang dilakukan secara diam-diam ditempat terpencil, terpisah-pisah dan dilakukan di malam hari. Lokasi penguburan juga tidak dibuat tanda-tanda, sehingga sulit untuk diketahui. Kedua; menyembunyikan korban dengan cara melarang keluarga korban untuk melihat kondisi dan keberadaan korban selama dalam perawatan dan penahanan aparat. Ketiga adalah merusak dan memusnahkan barang bukti dan keterangan serta identitas korban. Akibat tindakan penggelapan identitas dan barang bukti tersebut sulit untuk mengetahui keberadaan dan jumlah korban yang sebenarnya secara pasti.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari uraian tersebut diatas maka dapat ditarik kesimpulan :
1. Tentang jumlah korban
Pemastian jumlah korban pembunuhan secara kilat sebanyak 24 orang dilakukan dengan penggalian kuburan, pemeriksaan dokumen RSPAD Gatot Subroto dan usaha mencari saksi-saksi tambahan.
Dari hasil penggalian di TPU Mengkok, Sukapura dan Pemakaman Kramat Ganceng, Pondok Ranggon dapat ditarik kesimpulan bahwa keterangan jumlah korban yang telah dikuburkan di halaman Masjid Al A’raaf, bekas makam Dobo, TPU Mengkok, Kramat Ganceng, Pondok Ranggon dan TPU Gedong, Condet sebanyak 24 orang kemungkinan besar benar adanya, walaupun ada selisih jumlah korban yang dimakamkan di Pondok Ranggon.
Jumlah yang pasti dari korban tak dapat diberikan kualifikasi final, karena RSPAD Gatot Subroto akhirnya mengakui bahwa dokumen Berita Acara Pemusnahan Dokumen korban peristiwa Tanjung Priok tidak ditemukan. Sedangkan informasi lain tentang adanya korban jiwa selain 24 orang tidak dapat diklarifikasi karena tidak ditemukan bukti dan saksi tambahan.
Korban terbakar
Keluarga Tan Keu Lim (9 orang) di Apotik Tanjung yang sekaligus merupakan tempat tinggal korban meninggal karena tidak dapat menyelamatkan diri dari kebakaran Apotik Tanjung. Kebakaran ini diduga keras dilakukan oleh rombongan massa yang bergerak ke arah Polsek Koja.
2. Tentang nama para pelaku dan penanggungjawab yang diduga melakukan pelanggaran hak asasi manusia yang berat.
Pelaku atas seluruh pelanggaran tersebut diatas bisa dilihat dalam tiga kategori.
Pertama adalah pelaku di lapangan yang menggunakan kekerasan yang berlebihan sehingga jatuh korban meninggal dan luka-luka. Mereka yang melakukan penyiksaan kepada korban yang masih hidup.
Kedua adalah penanggung jawab komando operasional yaitu komandan yang membawahi teritorial di tingkat Kodim dan Polres tidak mampu mengantisipasi keadaan dan mengendalikan pasukan sehingga terjadi tindakan summary killing, tindakan penyiksaan dan terlibat aktif dalam penghilangan barang bukti dan identitas korban serta membiarkan terjadinya penyiksaan-penyiksaan dalam tahanan, dan memerintahkan penguburan tanpa prosedur resmi.
Ketiga adalah para pemegang komando yang tidak mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya pelanggaran berat hak asasi manusia dan atau memerintahkan secara langsung satu tindakan yang menyebabkan terjadinya pelanggaran tersebut
Dengan tiga kategori pelaku dan atau penanggungjawab di atas maka dalam pelanggaran hak asasi manusia di Tanjung Priok ini diduga terlibat terutama tapi tidak terbatas pada nama-nama dibawah ini:
Dari Satuan Arhanud Tanjung Priok :
Serda Sutrisno Mascung
Pratu Yajit
Prada Siswoyo
Prada Asrori
Prada Kartijo
Prada Zulfata
Prada Muhson
Prada Abdul Halim
Prada Sofyan Hadi
Prada Parnu
Prada Winarko
Prada Idrus
Prada Sumitro
Prada Prayogi
Dari Jajaran Kodim Jakarta Utara :
Letkol. RA. Butar-Butar, Dandim Jakarta Utara
Kapten Sriyanto, Pasi II Ops. Kodim Jakarta Utara
Dari Jajaran Kodam V Jaya :
Mayjen TNI Try Soetrisno, Pangdam V Jaya
Kol. CPM Pranowo, Kapomdam V Jaya
Kapten Auha Kusin, BA, Rohisdam V Jaya
Kapten Mattaoni, BA, Rohisdam V Jaya
Dari Jajaran Mabes TNI AD :
Brigjen TNI Dr. Soemardi, Kepala RSPAD Gatot Soebroto
Mayor TNI Darminto, Bagpam RSPAD GATOT SOEBROTO
Dari Mabes ABRI :
Jenderal TNI L. Benny Moerdani, Panglima ABRI / Pangkopkamtib
Telah terjadi pelanggaran hak asasi manusia atas keluarga Tan Keu
Lim walaupun belum didapatkan bukti pendukung untuk menyebut siapa nama mereka.
Tentang rekomendasi
a. Para Pelaku dan penanggung jawab yang diduga telah melakukan pelanggaran hak asasi manusia berat harus dimintakan pertanggungjawaban sesuai dengan hukum yang berlaku.
b. Untuk mewujudkan tanggungjawab negara khususnya pemerintah terhadap korban pelanggaran hak asasi manusia, maka :
Pemerintah meminta maaf terhadap korban/keluarga korban dan masyarakat luas atas terjadinya Peristiwa Tanjung Priok.
Merehabilitasi nama baik para korban
Memberikan kompensasi yang layak kepada korban/keluarga korban
Korban yang sampai sekarang belum berhasil ditemukan harus tetap dinyatakan sebagai orang hilang. Oleh karena itu menjadi tanggung jawab negara untuk menemukan korban dan mengembalikannya kepada keluarga yang bersangkutan.
Untuk mencegah keterulangan (non-recurence) pelanggaran hak asasi manusia seperti dalam Peristiwa Tanjung Priok di masa depan maka berbagai kebijakan dan tindakan harus diambil untuk :
Meningkatkan profesionalisme anggota TNI dari jajaran pimpinan sampai anggota dengan pangkat terendah, melalui pendidikan dan latihan termasuk bidang hak asasi manusia.
Meningkatkan pengawasan yang intensip terhadap pelaksanaan instruksi dan prosedur tetap pelaksanaan tugas TNI yang menjunjung tinggi penghormatan hak asasi manusia.
Dengan sungguh-sungguh melakukan penertiban atas kewajiban-kewajiban pejabat publik atas dokumen dan arsip yang menyangkut kepentingan publik.
Mengajak masyarakat meninggalkan praktek-praktek penggunaan kekerasan dalam memperjuangkan aspirasi politik.
Menata kembali wacana kehidupan keagamaan, sehingga ajaran agama benar-benar membawa rahmat bagi seluruh alam, dan terjaminnya rasa aman dan bebas bagi seluruh umat beragama melaksanakan ibadahnya.
Saran
Di dalam makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan, baik dari segi bahasa, kata-kata, maupun penjelasan, maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca,yang sifatnya membangun dan dapat dijadikan bahan untuk lebih baik dari sebelumnya
patobiologi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Imunologi ialah, ilmu yang mempelajari sistem imunitas tubuh manusia maupun hewan, merupakan disiplin ilmu yang dalam perkembangannya berakar dari pencegahan dan pengobatan penyakit infeksi. Keberhasilan dalam perkembangan imunologi telah dapat memberantas penyakit polio di hampir semua negara dan menghilangkan penyakit cacar yang sangat menakutkan dari dari bumi ini. Sejak tahun 1960 imunologi sudah merupakan disiplin yang lebih luas lagi yang tidak hanya terbatas pada pemberantasan penyakit infeksi saja. Disfungsi sistem imun yang berperanan dalam patogenesis berbagai penyakit semakin banyak diketahui, misalnya AIDS atau Sindrom defisiensi imun didapat.
1.2 Tujuan
1. Agar pembaca dapat mengerti dan tahu mengenai sistem imun di dalam tubuh kita.
2. Agar pembaca bisa mengetahui respon imun terhadap penyakit,fungsi imun dalam tubuh kita.
BAB II
KONSEP DASAR IMUNOLOGI
2.1Sistem Imunitas Tubuh
Yang dimaksudkan dengan ” sistem imun ialah semua mekanisme yang digunakan tubuh untuk mempertahankan keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup”. Berbagai bahan organik dan anorganik, baik yang hidup maupun yang mati asal hewan, tumbuhan, jamur, bakteri, virus, parasit, berbagai debu dalam polusi, uap, asap dan lain-lain iritan, ditemukan dalam lingkungan hidup sehingga setiap saat bahan-bahan tersebut dapat masuk ke dalam tubuh dan menimbulkan berbagai penyakit bahkan kerusakan jaringan. Selain itu, sel tubuh yang menjadi tua dan sel yang bermutasi menjadi ganas, merupakan bahan yang tidak diingini dan perlu disingkirkan.
Kemampuan tubuh untuk menyingkirkan bahan asing yang masuk ke dalam tubuh tergantung dari kemampuan sistem imun untuk mengenal molekul-molekul asing atau antigen yang terdapat pada permukaan bahan asing tersebut dan kemampuan untuk melakukan reaksi yang tepat untuk menyingkirkan antigen. Kemampuan ini dimiliki oleh komponen-komponen sistem imun yang terdapat dalam jaringan limforetikuler yang letaknya tersebar di seluruh tubuh, misalnya di dalam sumsum tulang, kelenjar limfe, limpa, timus, sistem saluran nafas, saluran cerna dan organ-organ lain. Sel-sel yang terdapat dalam jaringan ini berasal dari sel induk dalam sumsum tulang yang berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel, kemudian beredar dalam tubuh melalui darah, sistem limfatik, serta organ limfoid yang terdiri dari timus dan sumsum tulang (organ limfoid primer ), dan limpa, kelenjar limfe dan mukosa ( organ limfoid sekunder ), dan dapat menunjukkan respons terhadap suatu rangsangan sesuai dengan sifat dan fungsi masing-masing.
2.1.1 Pembagian Sistem Imun
Terdapat 2 sistem imun yaitu sistem imun nonspesifik dan spesifik yang mempunyai kerja sama yang erat dan yang satu tidak dapat dipisahkan dari yang lain, sistem imun ini semuanya terdiri dari bermacam-macam sel leukosit ( sel darah putih ). Sistem imun nonspesifik, disebut demikian karena telah ada dan berfungsi sejak lahir dan merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam menghadapi serangan berbagai mikroorganisme, serta dapat memberikan respon langsung terhadap antigen. Sel-selnya terdiri dari sel makrofag, sel NK ( Natural Killer ) dan sel mediator. Sedang sistem imun spesifik membutuhkan waktu untuk mengenal antigen terlebih dahulu sebelum dapat memberikan responnya atau dengan kata lain sistem ini dapat menghancurkan benda asing yang berbahaya bagi tubuh yang sudah dikenal sebelumnya ( spesifik ). Sel-selnya terdiri dari sel-sel limfosit T dan B.
2.1.2 GAMBAR SISTEM IMUN
Sistem imun spesifik terdiri dari sel limfosit , merupakan kunci pengontrol sistem imun. Sebetulnya sistem ini dapat bekerja sendiri tanpa bantuan sistem imun nonspesifik. Terdapat 2 macam yaitu: sistem imun nonspesifik. Terdapat 2 macam yaitu: sistem imun spesifik humoral ( sel B ), menghasilkan antibodi
yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap infeksi ekstraseluler virus dan bakteri, sedangkan sistem imun spesifik seluler ( sel T ) untuk pertahanan terhadap bakteri yang hidup intraseluler, virus, jamur, parasit dan keganasan.
2.1.3 Lintas Arus Sel Limfosit
Sel limfosit berdiferensiasi dan menjadi matang di organ limfoid primer untuk kemudian masuk dalam sirkulasi darah. Sel B diproduksi dan menjadi matang dalam sumsum tulang sebelum masuk dalam darah dan organ limfoid sekunder. Prekusor sel T meninggalkan sumsum tulang, menjadi matang dalam timus sebelum bermigrasi ke organ limfoid sekunder.
Limfosit yang sudah ada dalam organ limfoid sekunder tidak tinggal di sana, tetapi bergerak dari organ limfoid yang satu ke organ limfoid yang lain, saluran dalam sistem limfatik dan darah .Dari sirkulasi limfosit memasuki organ limfoid sekunder atau rongga-rongga organ dan kelenjar limfe. Resirkulasi tersebut terjadi terus menerus. Keuntungan dari resirkulasi limfosit tersebut ialah bahwa sewaktu terjadi infeksi alamiah, akan banyak limfosit berpapasan dengan antigen asal mikroorganisme. Keuntungan lain dari resirkulasi limfosit ialah bahwa bila ada organ limfoid misalnya limpa yang defisit limfosit karena infeksi, radiasi atau trauma, limfosit dari jaringan limfoid lainnya melalui sirkulasi akan dapat dikerahkan ke dalam organ limfoid tersebut dengan mudah. Hanya iradiasi yang mengenai seluruh tubuh akan dapat menghentikan pertumbuhan sel sistem imun seluruhnya.
Pada keadaan normal ada lintas arus limfosit aktif terus menerus melalui kelenjar limfe, tetapi bila ada antigen masuk, arus limfosit dalam kelenjar limfe akan berhenti sementara. Sel yang spesifik terhadap antigen ditahan dalam kelenjar limfe untuk menghadapi antigen tersebut dan hal ini akan menimbulkan kelenjar bengkak yang sering terjadi pada infeksi.
Sitokin atau Interleukin
Pada reaksi imunologik banyak substansi yang bekerja serupa hormon yang dilepaskan oleh sel leukosit, yang berfungsi sebagai sinyal interseluler yang mengatur respon imunologi lokal maupun sistemik terhadap rangsangan dari luar. Substansi tersebut secara umum dikenal dengan nama sitokin, yang kemudian pada tahun 1979 nama yang disepakati adalah interleukin ( IL ) yang berarti adanya komunikasi antar sel leukosit.
Sitokin yang diproduksi dan bekerja sebagai mediator pada imunitas nonspesifik misalnya IFN ( interferon ), TNF ( Tumor Necrotic Faktor ) dan IL-1 sedang yang lainnya terutama berperanan pada imunitas spesifik. Pada yang akhir sitokin bekerja sebagai pengotrol aktivasi, proliferasi dan diferensiasi sel. Produksi sel sistem imun dikontrol oleh sitokin yang juga mengatur hematopoiesis yang secara kolektif disebut Colony Stimulating Factor ( CSF ). Sitokin merupakan messenger kimia atau perantara dalam komunikasi interseluler yang sangat poten. Dewasa ini lebih dari 100 jenis sitokin yang sudah diketahui.
2.1 IMUNITAS SELULER DAN HUMORAL
2.1.2. IMUNITAS SELULAR
Peran sel T dapat dibagi menjadi dua fungsi utama : fungsi regulator dan fungsi efektor. Fungsi regulator terutama dilakukan oleh salah satu subset sel T, sel T penolong (CD4). Sel-sel CD4 mengeluarkan molekul yang dikenal dengan nama sitokin (protein berberat molekul rendah yang disekresikan oleh sel-sel sistem imun) untuk melaksanakan fungsi regulatornya. Sitokin dari sel CD4 mengendalikan proses imun seperti pembentukan imunoglobulin oleh sel B, pengaktivan sel T lain dan pengaktifan makrofag. Fungsi efektor dilakukan oleh sel T sitotoksik (sel CD8). Sel-sel CD8 ini mampu mematikan sel yang terinfeksi oleh virus, sel tumor dan jaringan transplantasi dengan menyuntikkan zat kimia yang disebut perforin ke dalam sasaran ”asing”. Baik sel CD4 dan CD8 menjalani pendidikan timus di kelenjar timus untuk belajar mengenal fungsi.
Fungsi utama imunitas selular adalah :
- Sel T CD8 memiliki fungsi sitotoksik.
- Sel T juga menyebabkan reaksi hipersensitivitas tipe lambat saat menghasilkan berbagai limfokin yang menyebabkan peradangan.
- Sel T memiliki kemampuan untuk mengingat.
- Sel T juga memiliki peran penting dalam regulasi atau pengendalian sel.
2.1.3 IMUNITAS HUMORAL
Sel B memiliki dua fungsi esensial : berdiferensiasi menjadi sel plasma yang menghasilkan imunoglobulin dan merupakan salah satu kelompok APC. Sel B mengalami pematangan dalam dua tahap, tetapi tidak seperti sel T, tidak matang di timus. Fase pertama pematangan sel B bersifat independen-antigen. Dan fase kedua adalah fase dependen – antigen, sel B berinteraksi dengan suatu imunogen, menjadi aktif dan membentuk sel plasma yang mampu mengeluarkan antibodi.
2.1.4 IMUNOGLOBULIN
Imunoglobulin (antibodi) , yang membentuk sekitar 20% dari semua protein dalam plasma darah, adalah produk utama sel plasma. Selain di plasma darah, imunoglobulin juga ditemukan di dalam air mata, air liur, sekresi mukosa saluran napas, cerna dan kemih-kelamin, serta kolostrum.
Fungsi imunoglobulin adalah :
› Menyebabkan sitotoksisitas yang diperantarai oleh sel yang dependen antibodi.
› Memungkinkan terjadinya imunisasi pasif
› Meningkatkan opsonisasi (pengendapan komplemen pada suatu antigen sehingga kontak lekat dengan sel fagositik menjadi lebih stabil).
› Mengaktifkan komplemen (kumpulan glikoprotein serum)
› Menyebabkan anafilaksis.
IMUNITAS : ALAMI DAN DIDAPAT
Ada dua tipe umum imunitas, yaitu : alami (natural) dan didapat (akuisita). Imunitas alami yang merupakan kekebalan non spesifik sudah ditemukan pada saat lahir. Sedangkan imunitas di dapat atau imunitas spesifik terbentuk sesudah lahir.
Imunitas alami akan memberikan respon nonspesifik terhadap setiap penyerang asing tanpa memperhatikan komposisi penyerang tersebut. Dasar pertahanan alami semata-mata berupa kemampuan untuk membedakan antara sahabat dan musuh atau antara ”diri sendiri” dan ”bukan diri sendiri”. Mekanisme alami semacam ini mencakup sawar (barier) fisik dan kimia, kerja sel-sel darah putih dan respon inflamasi.
Imunitas di dapat biasanya terjadi setelah seseorang terjangkit penyakit atau mendapatkan imunisasi yang menghasilkan respon imun yang bersifat protektif. Beberapa minggu atau bulan sesudah seseorang terjangkit penyakit atau mendapatkan imunisasi akan timbul respon imun yang cukup kuat untuk mencegah terjadinya penyakit atau jangkitan ulang. Ada dua tipe imunitas yang di dapat, yaitu aktif dan pasif.
Pada imunitas yang didapat aktif, pertahanan imunologi akan dibentuk oleh tubuh orang yang dilindungi oleh imunitas tersebut. Imunitas ini umumnya berlangsung selama bertahun-tahun atau bahkan seumur hidup.
Imunitas didapat yang pasif merupakan imunitas temporer yang ditransmisikan dari sumber lain yang sudah memiliki kekebalan setelah menderita sakit atau menjalani imunisasi.
MEKANISME ELIMINASI ANTIGEN
Fungsi akhir dari sistim imun adalah mengeliminir bahan asing. Hal ini dilakukan melalui berbagai jalan:
1) Sel Tc dapat menghancurkan antigen asing seperti sel kanker dan sel yang mengandung virus secara langsung melalui penglepasan sitotoksin.
2) Antibodi berfungsi dalam respons imun melalui beberapajalan
a) Neutralisasi toksin
Antibodi yang spesifik (IgG, IgA) untuk toksin bakteri atau bisa serangga/ular dapat mengikat antigen dan menginaktif-kannya. Kompleks ikatan tersebut selanjutnya akan dieliminir oleh sistim fagosit makrofag.
b)Neutralisasi virus Antibodi yang spesifik (IgG, IgA) ter-hadap epitop pada permukaan virus akan mencegah ikatan virus dengan sel mukosa sehingga mencegah infeksi, Sel NK dapat menghancurkati sel yang diinfeksi virus.
c) Opsonisasi bakteri
Antibodi (IgG, IgM) dapat menyelimuti permukaan bakteri sehingga memudahkan eliminasi oleh fagosit (yang memiliki reseptor untuk Fc dari Ig). Ikatan dengan makrofag tersebut memudahkan fagositosis (opsonin).
d) Aktivasi komplemen
Beberdpa kelas antibodi (IgG, IgM, IgA) dapat mengaktif-kan komplemeti. Bila epitop ada pada permukaan sel misalnya bakteri, maka komplemen yang diaktifkan dapat menghancurkan sel tersebu melalui efek enzim. Beberapa komponen kom-plemen (C3b, C4b) juga memiliki sifat opsonin. Opsonin terse-but berikatan dengan kompleks antigen-antibodi dan akhirnya dengan•reseptor pada permukaan makrofag sehingga memu-dahkan fagositosis. Ada komponen komplemen yang berupa kemotaktik (C3a, C5a) untuk neutrofil dan ada yang mengaktif-kan mastositdan basofil (anafilatoksin) untuk melepas histamin.
Beberapa bakteri seperti E. coil dan S. aureus dapat mengaktif-kan komplemen langsung melalui jalur alternatif. Respons me-lalui komplemen sangat kompleks dan penting dalam inflamasi yang juga merupakan mekanisme pertahanan. Sistim enzim lain yang berperanan pada inflamasi ialah sistim kinin, clotting dan fibrinolitik.
e) ADCC
Antibodi utama IgG dapat diikat Killer cell (sel K) (atau sel lain seperti eosinofil, neutrofil, yang memiliki reseptor untuk Fc dari IgG). Sel yang dipersenjatai olch IgG tersebut dapat mengikat sel sasaran (bakteri, sel tumor, penolakan transplan,penyakit autoimun dan parasit) dan membunuhnya. Beda sel K dari sel Tc ialah karena sel K tidak memiliki petanda CD8 dan memerlukan antibodi dalam fungsinya.
3) Inflamasi dan hipersensitivitas lambat (Delayed Type Hypersensitivity, DTH)
Menyusul presentasi antigen oleh sel APC, sel Th melepas limfokin yang mengerahkan dan mengaktilkan makrofag dan menimbulkan reaksi inflamasi. Respons inflamasi ini disebut. lambat atau hiperreaktivitas lambat oleh karena memerlukan 24-28 jam sedang respons inflamasi yang terjadi melalui antibodi terjadi dalam beberapa menit-jam. Kedua respons inflamasi tersebut juga berbeda dalam jenis sel yang dikerahkan: pada respons lambat sel mononuklear dan pada inflamasi antibodi-komplemen, terutama sel polimorfonuklear.
Inflamasi mempunyai efek baik dan buruk oleh karena di samping eliminasi bahan asing, juga dapat menimbulkan kerusakan jaringan.
4)Eliminasi protozoa
Baik imunitas humoral maupun selular (makrofag dan sel T yang diaktifkan) berperanan pada eliminasi P. carinii, Giardia dan T
5). Eliminasi jamur
Respons imun terhadap jamur adalah kompleks; yang penting antara lain mekanisme selular clan efek toksik melalui neutrofil. Dinding sel jamur dapat mengaktifkan komplemen (jalur alternatif) yang menghasilkan opsonin dan memudahkan fagositosis.
3.1Fungsi sistem imun :
1. Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit;
menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme
atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan
virus, serta tumor) yang masuk ke dalam tubuh
2. Menghilangkan jaringan atau sel yg mati atau rusak untuk perbaikan jaringan.
3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal
Sasaran utama: bakteri patogen & virus
Leukosit merupakan sel imun utama (disamping sel plasma, makrofag, & sel mast)
Respons Imun
Tahap:
1. Deteksi & mengenali benda asing
2. Komunikasi dgn sel lain untuk berespons
3. Rekruitmen bantuan & koordinasi respons
4. Destruksi atau supresi penginvasi
Pertahanan tubuh ada 2 yaitu :
1. Non spesifik ,natural atau sudah ada dalam tubuh (pembawaan )
merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam melawan mikroorganisme disebut nonspesifik karena tidak ditujukan terhadap mikroorganisme tertentu meliputi :
a. pertahanan fisik ; kulit, selaput lendir , silia saluran pernafasan
b. pertahanan kimia ; bahan yang disekresi mukosa saluran nafas, kelenjar sebaseus kulit, kel kulit, telinga, asam HCL dalam cairan lambung , lisosim yang dikeluarkan oleh makrofag menghancurkan kuman gram – dengan bantuan komplemen, keringat, ludah , air mata dan air susu
( melawan kuman gram + )
c. pertahanan humoral
- komplemen mengaktifkan fagosit dan membantu destruktif bakteri dan parasit ( menghancurkan sel membran bakteri, faktor kemotaktik yang mengarahkan makrofag ke tempat bakteri, diikat pada permukaan bakteri yg memudahkan makrofag untuk mengenal dan memakannya
- interferon --- suatu glikoprotein yg dihasilkan sel manusia yg mengandung nukleus dan dilepaskan sebagai respons terhadap infeksi virus.
2. adaptasi atau yang muncul ( diperoleh) atau spesifik
mempunyai kemampuan untuk mengenal benda asing.
sistem imun spesifik dapat bekerja sendiri untuk menghancurkan benda asing yang berbahaya, tetapi umumnya terjalin kerjasama yang baik antara antibodi, komplemen , fagosit dan antara sel T makrofag.
sistem imun spesifik ada 2 yaitu;
a. sistem imun spesifik humoral
b. sistem imun spesifik selular
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa imunologi yang merupakan salah satu dari ilmu yang mempelajari tentang alam/isinya, maka dalam penyusunnannya harus didasarkan sepenuhnya pada kombinasi metode deduktif-induktif, melalui suatu jembatan berupa proses pengembangan hipotesis. Yang oleh John Jewey digolongkan sebagai “reflective thinking”. Bahkan akhirnya dianut sebagai metode ilmiah modern yang dikenal sebagai metode “logico-hypotetico-verifikatif”.
Terlihat disini hakekat keilmuan dari imunologi, bahwa ilmu tidak bertujuan untuk mencari kebenaran absolut melainkan kebenaran yang bermanfaat bagi manusia dalam tahap perkembangan tertentu. Hipotesis yang sampai saat ini tidak ditolak kebenarannya, dan mempunyai manfaat bagi kehidupan, dianggap sebagai pengetahuan yang sahih dalam keluarga keilmuan. Bahwa hipotesis ini kemudian hari ternyata tidak benar, itu tidak terlalu penting selama mempunyai kegunaan. Seperti ucapan bahwa dalam ilmu sekiranya ditemukan kebenaran baru tidak lalu menyalahkan yang terdahulu, melainkan hanya mengucapkan selamat jalan.
Saran
Dimana di dalam penulisan makalah masih banyak kekurangan dan harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Husband,A.J.1995. The immune system and integrated homeostasis. Immunology and Cell Biologi, 73:377-382.
Roit, I.M.1991. Essential Immunology, 7nd ed. Blackwell Scientific Publication. London.
Suriasumantri, J,S. 1998. Filsafat Ilmu:Sebuah Pengantar Populer. Pustaka Sinar Harapan.
Tizard, I. 1992. Veterinary Immunology, 4th ed. Saunder College Publishing. Philadelphia.
MAKALAH PATOBIOLOGI
RESPON IMUN
Disusun oleh :
EKO PEBRIANTO
20091420146006
PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES BAHRUL ULUM
TAMBAK BERAS JOMBANG
2010
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas ridho dan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah biologi dengan judul ” RESPON IMUN”. Pengetahuan dasar kimia ini mutlak diperlukan oleh mahasiswa PATOBIOLOGI termasuk keperawatan. Dengan pengetahuan dasar ini diharapkan mahasiswa memiliki bekal dasar dalam menyebarkan perkembangan ilmu pengetahuan tegnologi.
Kami ucapkan terima kasih kepada pihak yang telah ikut membantu dan mendukung atas terselesainya makalah ini yaitu dosen pembimbing dan kawan-kawan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Jombang, 02 Desember 2009
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep dasar imun
2.1.1 Pembagian sistem imun
2.1.2 Gambar Sistem imun
2.1.3Lintas Arus Limfoid
2.1 Respon Imun......
2.2.1 Imunitas Seluler
2.2.2 Imunitas Humoral..............................................................
2.2.3 Imunoglobin.......................................................................
2.3 Fungsi imun
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Imunologi ialah, ilmu yang mempelajari sistem imunitas tubuh manusia maupun hewan, merupakan disiplin ilmu yang dalam perkembangannya berakar dari pencegahan dan pengobatan penyakit infeksi. Keberhasilan dalam perkembangan imunologi telah dapat memberantas penyakit polio di hampir semua negara dan menghilangkan penyakit cacar yang sangat menakutkan dari dari bumi ini. Sejak tahun 1960 imunologi sudah merupakan disiplin yang lebih luas lagi yang tidak hanya terbatas pada pemberantasan penyakit infeksi saja. Disfungsi sistem imun yang berperanan dalam patogenesis berbagai penyakit semakin banyak diketahui, misalnya AIDS atau Sindrom defisiensi imun didapat.
1.2 Tujuan
1. Agar pembaca dapat mengerti dan tahu mengenai sistem imun di dalam tubuh kita.
2. Agar pembaca bisa mengetahui respon imun terhadap penyakit,fungsi imun dalam tubuh kita.
BAB II
KONSEP DASAR IMUNOLOGI
2.1Sistem Imunitas Tubuh
Yang dimaksudkan dengan ” sistem imun ialah semua mekanisme yang digunakan tubuh untuk mempertahankan keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup”. Berbagai bahan organik dan anorganik, baik yang hidup maupun yang mati asal hewan, tumbuhan, jamur, bakteri, virus, parasit, berbagai debu dalam polusi, uap, asap dan lain-lain iritan, ditemukan dalam lingkungan hidup sehingga setiap saat bahan-bahan tersebut dapat masuk ke dalam tubuh dan menimbulkan berbagai penyakit bahkan kerusakan jaringan. Selain itu, sel tubuh yang menjadi tua dan sel yang bermutasi menjadi ganas, merupakan bahan yang tidak diingini dan perlu disingkirkan.
Kemampuan tubuh untuk menyingkirkan bahan asing yang masuk ke dalam tubuh tergantung dari kemampuan sistem imun untuk mengenal molekul-molekul asing atau antigen yang terdapat pada permukaan bahan asing tersebut dan kemampuan untuk melakukan reaksi yang tepat untuk menyingkirkan antigen. Kemampuan ini dimiliki oleh komponen-komponen sistem imun yang terdapat dalam jaringan limforetikuler yang letaknya tersebar di seluruh tubuh, misalnya di dalam sumsum tulang, kelenjar limfe, limpa, timus, sistem saluran nafas, saluran cerna dan organ-organ lain. Sel-sel yang terdapat dalam jaringan ini berasal dari sel induk dalam sumsum tulang yang berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel, kemudian beredar dalam tubuh melalui darah, sistem limfatik, serta organ limfoid yang terdiri dari timus dan sumsum tulang (organ limfoid primer ), dan limpa, kelenjar limfe dan mukosa ( organ limfoid sekunder ), dan dapat menunjukkan respons terhadap suatu rangsangan sesuai dengan sifat dan fungsi masing-masing.
2.1.1 Pembagian Sistem Imun
Terdapat 2 sistem imun yaitu sistem imun nonspesifik dan spesifik yang mempunyai kerja sama yang erat dan yang satu tidak dapat dipisahkan dari yang lain, sistem imun ini semuanya terdiri dari bermacam-macam sel leukosit ( sel darah putih ). Sistem imun nonspesifik, disebut demikian karena telah ada dan berfungsi sejak lahir dan merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam menghadapi serangan berbagai mikroorganisme, serta dapat memberikan respon langsung terhadap antigen. Sel-selnya terdiri dari sel makrofag, sel NK ( Natural Killer ) dan sel mediator. Sedang sistem imun spesifik membutuhkan waktu untuk mengenal antigen terlebih dahulu sebelum dapat memberikan responnya atau dengan kata lain sistem ini dapat menghancurkan benda asing yang berbahaya bagi tubuh yang sudah dikenal sebelumnya ( spesifik ). Sel-selnya terdiri dari sel-sel limfosit T dan B.
2.1.2 GAMBAR SISTEM IMUN
Sistem imun spesifik terdiri dari sel limfosit , merupakan kunci pengontrol sistem imun. Sebetulnya sistem ini dapat bekerja sendiri tanpa bantuan sistem imun nonspesifik. Terdapat 2 macam yaitu: sistem imun nonspesifik. Terdapat 2 macam yaitu: sistem imun spesifik humoral ( sel B ), menghasilkan antibodi
yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap infeksi ekstraseluler virus dan bakteri, sedangkan sistem imun spesifik seluler ( sel T ) untuk pertahanan terhadap bakteri yang hidup intraseluler, virus, jamur, parasit dan keganasan.
2.1.3 Lintas Arus Sel Limfosit
Sel limfosit berdiferensiasi dan menjadi matang di organ limfoid primer untuk kemudian masuk dalam sirkulasi darah. Sel B diproduksi dan menjadi matang dalam sumsum tulang sebelum masuk dalam darah dan organ limfoid sekunder. Prekusor sel T meninggalkan sumsum tulang, menjadi matang dalam timus sebelum bermigrasi ke organ limfoid sekunder.
Limfosit yang sudah ada dalam organ limfoid sekunder tidak tinggal di sana, tetapi bergerak dari organ limfoid yang satu ke organ limfoid yang lain, saluran dalam sistem limfatik dan darah .Dari sirkulasi limfosit memasuki organ limfoid sekunder atau rongga-rongga organ dan kelenjar limfe. Resirkulasi tersebut terjadi terus menerus. Keuntungan dari resirkulasi limfosit tersebut ialah bahwa sewaktu terjadi infeksi alamiah, akan banyak limfosit berpapasan dengan antigen asal mikroorganisme. Keuntungan lain dari resirkulasi limfosit ialah bahwa bila ada organ limfoid misalnya limpa yang defisit limfosit karena infeksi, radiasi atau trauma, limfosit dari jaringan limfoid lainnya melalui sirkulasi akan dapat dikerahkan ke dalam organ limfoid tersebut dengan mudah. Hanya iradiasi yang mengenai seluruh tubuh akan dapat menghentikan pertumbuhan sel sistem imun seluruhnya.
Pada keadaan normal ada lintas arus limfosit aktif terus menerus melalui kelenjar limfe, tetapi bila ada antigen masuk, arus limfosit dalam kelenjar limfe akan berhenti sementara. Sel yang spesifik terhadap antigen ditahan dalam kelenjar limfe untuk menghadapi antigen tersebut dan hal ini akan menimbulkan kelenjar bengkak yang sering terjadi pada infeksi.
Sitokin atau Interleukin
Pada reaksi imunologik banyak substansi yang bekerja serupa hormon yang dilepaskan oleh sel leukosit, yang berfungsi sebagai sinyal interseluler yang mengatur respon imunologi lokal maupun sistemik terhadap rangsangan dari luar. Substansi tersebut secara umum dikenal dengan nama sitokin, yang kemudian pada tahun 1979 nama yang disepakati adalah interleukin ( IL ) yang berarti adanya komunikasi antar sel leukosit.
Sitokin yang diproduksi dan bekerja sebagai mediator pada imunitas nonspesifik misalnya IFN ( interferon ), TNF ( Tumor Necrotic Faktor ) dan IL-1 sedang yang lainnya terutama berperanan pada imunitas spesifik. Pada yang akhir sitokin bekerja sebagai pengotrol aktivasi, proliferasi dan diferensiasi sel. Produksi sel sistem imun dikontrol oleh sitokin yang juga mengatur hematopoiesis yang secara kolektif disebut Colony Stimulating Factor ( CSF ). Sitokin merupakan messenger kimia atau perantara dalam komunikasi interseluler yang sangat poten. Dewasa ini lebih dari 100 jenis sitokin yang sudah diketahui.
2.1 IMUNITAS SELULER DAN HUMORAL
2.1.2. IMUNITAS SELULAR
Peran sel T dapat dibagi menjadi dua fungsi utama : fungsi regulator dan fungsi efektor. Fungsi regulator terutama dilakukan oleh salah satu subset sel T, sel T penolong (CD4). Sel-sel CD4 mengeluarkan molekul yang dikenal dengan nama sitokin (protein berberat molekul rendah yang disekresikan oleh sel-sel sistem imun) untuk melaksanakan fungsi regulatornya. Sitokin dari sel CD4 mengendalikan proses imun seperti pembentukan imunoglobulin oleh sel B, pengaktivan sel T lain dan pengaktifan makrofag. Fungsi efektor dilakukan oleh sel T sitotoksik (sel CD8). Sel-sel CD8 ini mampu mematikan sel yang terinfeksi oleh virus, sel tumor dan jaringan transplantasi dengan menyuntikkan zat kimia yang disebut perforin ke dalam sasaran ”asing”. Baik sel CD4 dan CD8 menjalani pendidikan timus di kelenjar timus untuk belajar mengenal fungsi.
Fungsi utama imunitas selular adalah :
- Sel T CD8 memiliki fungsi sitotoksik.
- Sel T juga menyebabkan reaksi hipersensitivitas tipe lambat saat menghasilkan berbagai limfokin yang menyebabkan peradangan.
- Sel T memiliki kemampuan untuk mengingat.
- Sel T juga memiliki peran penting dalam regulasi atau pengendalian sel.
2.1.3 IMUNITAS HUMORAL
Sel B memiliki dua fungsi esensial : berdiferensiasi menjadi sel plasma yang menghasilkan imunoglobulin dan merupakan salah satu kelompok APC. Sel B mengalami pematangan dalam dua tahap, tetapi tidak seperti sel T, tidak matang di timus. Fase pertama pematangan sel B bersifat independen-antigen. Dan fase kedua adalah fase dependen – antigen, sel B berinteraksi dengan suatu imunogen, menjadi aktif dan membentuk sel plasma yang mampu mengeluarkan antibodi.
2.1.4 IMUNOGLOBULIN
Imunoglobulin (antibodi) , yang membentuk sekitar 20% dari semua protein dalam plasma darah, adalah produk utama sel plasma. Selain di plasma darah, imunoglobulin juga ditemukan di dalam air mata, air liur, sekresi mukosa saluran napas, cerna dan kemih-kelamin, serta kolostrum.
Fungsi imunoglobulin adalah :
› Menyebabkan sitotoksisitas yang diperantarai oleh sel yang dependen antibodi.
› Memungkinkan terjadinya imunisasi pasif
› Meningkatkan opsonisasi (pengendapan komplemen pada suatu antigen sehingga kontak lekat dengan sel fagositik menjadi lebih stabil).
› Mengaktifkan komplemen (kumpulan glikoprotein serum)
› Menyebabkan anafilaksis.
IMUNITAS : ALAMI DAN DIDAPAT
Ada dua tipe umum imunitas, yaitu : alami (natural) dan didapat (akuisita). Imunitas alami yang merupakan kekebalan non spesifik sudah ditemukan pada saat lahir. Sedangkan imunitas di dapat atau imunitas spesifik terbentuk sesudah lahir.
Imunitas alami akan memberikan respon nonspesifik terhadap setiap penyerang asing tanpa memperhatikan komposisi penyerang tersebut. Dasar pertahanan alami semata-mata berupa kemampuan untuk membedakan antara sahabat dan musuh atau antara ”diri sendiri” dan ”bukan diri sendiri”. Mekanisme alami semacam ini mencakup sawar (barier) fisik dan kimia, kerja sel-sel darah putih dan respon inflamasi.
Imunitas di dapat biasanya terjadi setelah seseorang terjangkit penyakit atau mendapatkan imunisasi yang menghasilkan respon imun yang bersifat protektif. Beberapa minggu atau bulan sesudah seseorang terjangkit penyakit atau mendapatkan imunisasi akan timbul respon imun yang cukup kuat untuk mencegah terjadinya penyakit atau jangkitan ulang. Ada dua tipe imunitas yang di dapat, yaitu aktif dan pasif.
Pada imunitas yang didapat aktif, pertahanan imunologi akan dibentuk oleh tubuh orang yang dilindungi oleh imunitas tersebut. Imunitas ini umumnya berlangsung selama bertahun-tahun atau bahkan seumur hidup.
Imunitas didapat yang pasif merupakan imunitas temporer yang ditransmisikan dari sumber lain yang sudah memiliki kekebalan setelah menderita sakit atau menjalani imunisasi.
MEKANISME ELIMINASI ANTIGEN
Fungsi akhir dari sistim imun adalah mengeliminir bahan asing. Hal ini dilakukan melalui berbagai jalan:
1) Sel Tc dapat menghancurkan antigen asing seperti sel kanker dan sel yang mengandung virus secara langsung melalui penglepasan sitotoksin.
2) Antibodi berfungsi dalam respons imun melalui beberapajalan
a) Neutralisasi toksin
Antibodi yang spesifik (IgG, IgA) untuk toksin bakteri atau bisa serangga/ular dapat mengikat antigen dan menginaktif-kannya. Kompleks ikatan tersebut selanjutnya akan dieliminir oleh sistim fagosit makrofag.
b)Neutralisasi virus Antibodi yang spesifik (IgG, IgA) ter-hadap epitop pada permukaan virus akan mencegah ikatan virus dengan sel mukosa sehingga mencegah infeksi, Sel NK dapat menghancurkati sel yang diinfeksi virus.
c) Opsonisasi bakteri
Antibodi (IgG, IgM) dapat menyelimuti permukaan bakteri sehingga memudahkan eliminasi oleh fagosit (yang memiliki reseptor untuk Fc dari Ig). Ikatan dengan makrofag tersebut memudahkan fagositosis (opsonin).
d) Aktivasi komplemen
Beberdpa kelas antibodi (IgG, IgM, IgA) dapat mengaktif-kan komplemeti. Bila epitop ada pada permukaan sel misalnya bakteri, maka komplemen yang diaktifkan dapat menghancurkan sel tersebu melalui efek enzim. Beberapa komponen kom-plemen (C3b, C4b) juga memiliki sifat opsonin. Opsonin terse-but berikatan dengan kompleks antigen-antibodi dan akhirnya dengan•reseptor pada permukaan makrofag sehingga memu-dahkan fagositosis. Ada komponen komplemen yang berupa kemotaktik (C3a, C5a) untuk neutrofil dan ada yang mengaktif-kan mastositdan basofil (anafilatoksin) untuk melepas histamin.
Beberapa bakteri seperti E. coil dan S. aureus dapat mengaktif-kan komplemen langsung melalui jalur alternatif. Respons me-lalui komplemen sangat kompleks dan penting dalam inflamasi yang juga merupakan mekanisme pertahanan. Sistim enzim lain yang berperanan pada inflamasi ialah sistim kinin, clotting dan fibrinolitik.
e) ADCC
Antibodi utama IgG dapat diikat Killer cell (sel K) (atau sel lain seperti eosinofil, neutrofil, yang memiliki reseptor untuk Fc dari IgG). Sel yang dipersenjatai olch IgG tersebut dapat mengikat sel sasaran (bakteri, sel tumor, penolakan transplan,penyakit autoimun dan parasit) dan membunuhnya. Beda sel K dari sel Tc ialah karena sel K tidak memiliki petanda CD8 dan memerlukan antibodi dalam fungsinya.
3) Inflamasi dan hipersensitivitas lambat (Delayed Type Hypersensitivity, DTH)
Menyusul presentasi antigen oleh sel APC, sel Th melepas limfokin yang mengerahkan dan mengaktilkan makrofag dan menimbulkan reaksi inflamasi. Respons inflamasi ini disebut. lambat atau hiperreaktivitas lambat oleh karena memerlukan 24-28 jam sedang respons inflamasi yang terjadi melalui antibodi terjadi dalam beberapa menit-jam. Kedua respons inflamasi tersebut juga berbeda dalam jenis sel yang dikerahkan: pada respons lambat sel mononuklear dan pada inflamasi antibodi-komplemen, terutama sel polimorfonuklear.
Inflamasi mempunyai efek baik dan buruk oleh karena di samping eliminasi bahan asing, juga dapat menimbulkan kerusakan jaringan.
4)Eliminasi protozoa
Baik imunitas humoral maupun selular (makrofag dan sel T yang diaktifkan) berperanan pada eliminasi P. carinii, Giardia dan T
5). Eliminasi jamur
Respons imun terhadap jamur adalah kompleks; yang penting antara lain mekanisme selular clan efek toksik melalui neutrofil. Dinding sel jamur dapat mengaktifkan komplemen (jalur alternatif) yang menghasilkan opsonin dan memudahkan fagositosis.
3.1Fungsi sistem imun :
1. Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit;
menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme
atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan
virus, serta tumor) yang masuk ke dalam tubuh
2. Menghilangkan jaringan atau sel yg mati atau rusak untuk perbaikan jaringan.
3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal
Sasaran utama: bakteri patogen & virus
Leukosit merupakan sel imun utama (disamping sel plasma, makrofag, & sel mast)
Respons Imun
Tahap:
1. Deteksi & mengenali benda asing
2. Komunikasi dgn sel lain untuk berespons
3. Rekruitmen bantuan & koordinasi respons
4. Destruksi atau supresi penginvasi
Pertahanan tubuh ada 2 yaitu :
1. Non spesifik ,natural atau sudah ada dalam tubuh (pembawaan )
merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam melawan mikroorganisme disebut nonspesifik karena tidak ditujukan terhadap mikroorganisme tertentu meliputi :
a. pertahanan fisik ; kulit, selaput lendir , silia saluran pernafasan
b. pertahanan kimia ; bahan yang disekresi mukosa saluran nafas, kelenjar sebaseus kulit, kel kulit, telinga, asam HCL dalam cairan lambung , lisosim yang dikeluarkan oleh makrofag menghancurkan kuman gram – dengan bantuan komplemen, keringat, ludah , air mata dan air susu
( melawan kuman gram + )
c. pertahanan humoral
- komplemen mengaktifkan fagosit dan membantu destruktif bakteri dan parasit ( menghancurkan sel membran bakteri, faktor kemotaktik yang mengarahkan makrofag ke tempat bakteri, diikat pada permukaan bakteri yg memudahkan makrofag untuk mengenal dan memakannya
- interferon --- suatu glikoprotein yg dihasilkan sel manusia yg mengandung nukleus dan dilepaskan sebagai respons terhadap infeksi virus.
2. adaptasi atau yang muncul ( diperoleh) atau spesifik
mempunyai kemampuan untuk mengenal benda asing.
sistem imun spesifik dapat bekerja sendiri untuk menghancurkan benda asing yang berbahaya, tetapi umumnya terjalin kerjasama yang baik antara antibodi, komplemen , fagosit dan antara sel T makrofag.
sistem imun spesifik ada 2 yaitu;
a. sistem imun spesifik humoral
b. sistem imun spesifik selular
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa imunologi yang merupakan salah satu dari ilmu yang mempelajari tentang alam/isinya, maka dalam penyusunnannya harus didasarkan sepenuhnya pada kombinasi metode deduktif-induktif, melalui suatu jembatan berupa proses pengembangan hipotesis. Yang oleh John Jewey digolongkan sebagai “reflective thinking”. Bahkan akhirnya dianut sebagai metode ilmiah modern yang dikenal sebagai metode “logico-hypotetico-verifikatif”.
Terlihat disini hakekat keilmuan dari imunologi, bahwa ilmu tidak bertujuan untuk mencari kebenaran absolut melainkan kebenaran yang bermanfaat bagi manusia dalam tahap perkembangan tertentu. Hipotesis yang sampai saat ini tidak ditolak kebenarannya, dan mempunyai manfaat bagi kehidupan, dianggap sebagai pengetahuan yang sahih dalam keluarga keilmuan. Bahwa hipotesis ini kemudian hari ternyata tidak benar, itu tidak terlalu penting selama mempunyai kegunaan. Seperti ucapan bahwa dalam ilmu sekiranya ditemukan kebenaran baru tidak lalu menyalahkan yang terdahulu, melainkan hanya mengucapkan selamat jalan.
Saran
Dimana di dalam penulisan makalah masih banyak kekurangan dan harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Husband,A.J.1995. The immune system and integrated homeostasis. Immunology and Cell Biologi, 73:377-382.
Roit, I.M.1991. Essential Immunology, 7nd ed. Blackwell Scientific Publication. London.
Suriasumantri, J,S. 1998. Filsafat Ilmu:Sebuah Pengantar Populer. Pustaka Sinar Harapan.
Tizard, I. 1992. Veterinary Immunology, 4th ed. Saunder College Publishing. Philadelphia.
MAKALAH PATOBIOLOGI
RESPON IMUN
Disusun oleh :
EKO PEBRIANTO
20091420146006
PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES BAHRUL ULUM
TAMBAK BERAS JOMBANG
2010
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas ridho dan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah biologi dengan judul ” RESPON IMUN”. Pengetahuan dasar kimia ini mutlak diperlukan oleh mahasiswa PATOBIOLOGI termasuk keperawatan. Dengan pengetahuan dasar ini diharapkan mahasiswa memiliki bekal dasar dalam menyebarkan perkembangan ilmu pengetahuan tegnologi.
Kami ucapkan terima kasih kepada pihak yang telah ikut membantu dan mendukung atas terselesainya makalah ini yaitu dosen pembimbing dan kawan-kawan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Jombang, 02 Desember 2009
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep dasar imun
2.1.1 Pembagian sistem imun
2.1.2 Gambar Sistem imun
2.1.3Lintas Arus Limfoid
2.1 Respon Imun......
2.2.1 Imunitas Seluler
2.2.2 Imunitas Humoral..............................................................
2.2.3 Imunoglobin.......................................................................
2.3 Fungsi imun
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
parasitologi
NAMA : EKO FEBRIANTO
NIM : 20091420146006
I. PENDAHULUAN
Di negara beriklim lembab, penyakit parasit masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang cukup serius. Salah satu di antaranya adalah infeksi
protozoa yang ditularkan melalui tubuh kucing. Infeksi penyakit yang ditularkan oleh kucing ini mempunyai prevalensi yang cukup tinggi, terutama pada masyarakat yang mempunyai kebiasaan makan daging mentah atau kurang matang. Di Indonesia faktor-faktor tersebut disertai dengan keadaan sanitasi lingkungan dan banyaknya sumber penularan (Sasmita dkk, 1988).
Toksoplasmosis, suatu penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii, merupakan penyakit parasit pada manusia dan juga pada hewan yang menghasilkan daging bagi konsumsi manusia (Konishi dkk, 1987). Infeksi yang disebabkan oleh T. gondii tersebar di seluruh dunia, pada hewan berdarah panas dan mamalia lainnya termasuk manusia sebagai hospes perantara, kucing dan berbagai jenis Felidae lainnya sebagai hospes definitif (WHO, 1979).
Infeksi Toxoplasma tersebar luas dan sebagian besar berlangsung asimtomatis, meskipun penyakit ini belum digolongkan sebagai penyakit parasiter yang diutamakan pemberantasannya oleh pemerintah, tetapi beberapa penelitian telah dilakukan di beberapa tempat untuk mengetahui derajat distribusi dan prevalensinya. Indonesia sebagai negara tropik merupakan tempat yang sesuai
untuk perkembangan parasit tersebut. Keadaan ini ditunjang oleh beberapa faktor seperti sanitasi lingkungan dan banyak sumber penularan terutama kucing dan sebangsanya (Felidae) (Adyatma, 1980 ; Levine, 1990).
Manusia dapat terkena infeksi parasit ini dengan cara didapat (Aquired toxoplasmosis) maupun diperoleh semenjak dalam kandungan (Congenital
toxoplasmosis). Diperkirakan sepertiga penduduk dunia mengalami infeksi penyakit ini.
Protozoa ini hidup dalam sel epitel usus muda hospes definitif, sedangkan ookistanya dikeluarkan bersama tinjanya. Penularan parasit ini terjadi dengan tertelannya ookista dan kista jaringan dalam daging mentah atau kurang matang
serta transplasental pada waktu janin dalam kandungan. Diagnosis infeksi protozoa ini dilakukan dengan mendapatkan antibodi IgM dan IgG anti T. gondii dalam tes serologi (WHO, 1979 ; Zaman dan Keong, 1988).
Sebagai parasit, T. gondii ditemukan dalam segala macam sel jaringan tubuh kecuali sel darah merah. Tetapi pada umumnya parasit ini ditemukan dalam sel
retikulo endotelial dan sistem syaraf pusat (Remington dan Desmonts, 1983).
Bertitik tolak dari masalah tersebut di atas, dalam makalah ini penulis mencoba menguraikan dan menginformasikan mengenai Epidemiologi Toxoplasma gondii.
II. SEJARAH .
Toxoplasma gondii pertama kali ditemukan oleh Nicole dan Manceaux tahun
1908 pada limfa dan hati hewan pengerat Ctenodactylus gundi di Tunisia Afrika dan pada seekor kelinci di Brazil. Lebih lanjut Mello pada tahun 1908 melaporkan protozoa yang sama pada anjing di Italia, sedangkan Janku pada tahun 1923 menemukan protozoa tersebut pada penderita korioretinitis dan oleh Wolf pada
© 2003 Digitized by USU digital library 2 tahun 1937 telah di isolasinya dari neonatus dengan ensefalitis dan dinyatakan sebagai penyebab infeksi kongenital pada anak. Walaupun perpindahan intra-uterin secara transplasental sudah diketahui, tetapi baru pada tahun 1970 daur hidup parasit ini menjadi jelas ketika ditemukan daur seksualnya pacta kucing (Hutchison, 1970).
Menurut Brotowidjoyo (1987), pada tahun 1969 posisi T. gondii dalam klasifikasi masih belum pasti, namun pada tahun 1970 dapat ditetapkan bahwa T. gondii termasuk kelas Sporozoa yang mirip dengan Isospora.
Pada tahun 1970, ditemukan secara serentak di beberapa negara bahwa T. gondii ternyata memproduksi ookista di dalam tubuh kucing yang tidak dapat dibedakan dengan suatu ookista yang kemudian disebut Isospora bigemina. Dengan kata lain, ookista ini berisi dua sporokista yang masing-masing berisi empat sporozoit (Levine, 1990).
Di Indonesia toksoplasmosis mulai diteliti pakar ilmu kesehatan pada tahun 1972 baik pada manusia ataupun pada hewan (Sasmita, 1989).
III. MORFOLOGI DAN KLASIFlKASI
Toxoplasma gondii merupakan protozoa obligat intraseluler, terdapat dalam tiga bentuk yaitu takizoit (bentuk proliferatif), kista (berisi bradizoit) dan ookista (berisi sporozoit) (WHO, 79, Frenkel,1989, Sardjono dkk., 1989).
Bentuk takizoit menyerupai bulan sabit dengan ujung yang runcing dan ujung lain agak membulat. Ukuran panjang 4-8 mikron, lebar 2-4 mikron dan mempunyai selaput sel, satu inti yang terletak di tengah bulan sabit dan beberapa organel lain seperti mitokondria dan badan golgi (Levine, 1990). Tidak mempunyai kinetoplas dan sentrosom serta tidak berpigmen. Bentuk ini terdapat di dalam tubuh hospes perantara seperti burung dan mamalia termasuk manusia dan kucing sebagal hospes definitif. Takizoit ditemuKan pada infeksi akut dalam berbagai jaringan tubuh.
Takizoit dapat memasuki tiap sel yang berinti (gambar 1).
Kista dibentuk di dalam sel hospes bila takizoit yang membelah telah membentuk dinding. Ukuran kista berbeda-beda, ada yang berukuran kecil hanya berisi beberapa bradizoit dan ada yang berukuran 200 mikron berisi kira-kira 3000 bradizoit. Kista dalam tubuh hospes dapat ditemukan seumur hidup terutama di otak, otot jantung, dan otot bergaris (Krahenbuhl dan Remington, 1982).
Gambar 1. Takizoit Toxoplasma gondii (Frenkel, 1989)
© 2003 Digitized by USU digital library 3
Keterangan: A. takizoit dalam sel mononuklear besar
B. takizoit bebas dalam darah
Di otak bentuk kista lonjong atau bulat, tetapi di dalam otot bentuk kista
mengikuti bentuk sel otot. Kista ini merupakan stadium istirahat dari T. gondii.
Menurut Levine (1990), pada infeksi kronis kista dapat ditemukan dalam jaringan
organ tubuh dan terutama di otak.
Ookista berbentuk lonjong, berukuran 11-14 x 9-11 mikron. Ookista mempunyai dinding, berisi satu sporoblas yang membelah menjadi dua sporoblas.
Pada perkembangan selanjutnya ke dua sporoblas membentuk dinding dan menjadi sporokista. Masing-masing sporokista tersebut berisi 4 sporozoit yang berukuran 8 x
2 mikron dan sebuah benda residu (Frenkel, 1989 ; Levine, 1990).
Toxoplasma gondii dalam klasifikasi termasuk kelas Sporozoasida, karena berkembang biak secara seksual dan aseksual yang terjadi secara bergantian (Levine, 1990). Menurut Levine (1990) klasifikasi parasit sebagai berikut :
D u n i a : Animalia
Sub Dunia : Protozoa
F i l u m : Apicomplexa
K e l a s : Sporozoasida
Sub Kelas : coccidiasina
B a n g s a : Eucoccidiorida
Sub Bangsa : Eimeriorina
S u k u : Sarcocystidae
M a r g a : Toxoplasma
J e n is : Toxoplasma gondii.
IV. DAUR HIDUP
Kucing dan hewan sejenisnya merupakan hospes definitif dari T. gondii. Di
dalam usus kecil kucing sporozoit menembus sel epitel dan tumbuh menjadi
trofozoit. Inti trofozoit membelah menjadi banyak sehingga terbentuk skizon. Skizon matang pecah dan menghasilkan banyak merozoit (skizogoni). Daur aseksual ini dilanjutkan dengan daur seksual. Merozoit masuk ke dalam sel epitel dan membentuk makrogametosit dan mikrogametosit yang menjadi makrogamet dan mikrogamet (gametogoni). Setelah terjadi pembuahan terbentuk ookista, yang akan dikeluarkan bersama tinja kucing. Di luar tubuh kucing, ookista tersebut akan berkembang membentuk dua sporokista yang masing-masing berisi empat sporozoit (sporogoni) (Krahenbuhl dan Remington, 1982). Bila ookista tertelan oleh mamalia seperti domba, babi, sapi dan tikus serta ayam atau burung, maka di dalam tubuh hospes perantara akan terjadi daur aseksual yang menghasilkan takizoit. Takizoit akan membelah, kecepatan membelah takizoit ini berkurang secara berangsur kemudian terbentuk kista yang mengandung bradizoit. Bradizoit dalam kista biasanya ditemukan pada infeksi menahun (infeksi laten).
Bila kucing sebagai hospes definitif makan hospes perantara yang terinfeksi maka berbagai stadium seksual di dalam sel epitel usus muda akan terbentuk lagi.
Jika hospes perantara yang dimakan kucing mengandung kista T. gondii, maka masa prepatennya 2 -3 hari. Tetapi bila ookista tertelan langsung oleh kucing, maka masa prepatennya 20 -24 hari. Dengan demikian kucing lebih mudah terinfeksi oleh kista dari pada oleh ookista (Cox, 1982 ; Levine, 1990)
(gambar 2).
© 2003 Digitized by USU digital library 4
Gambar 2. Daur hidup Toxoplasma gondii, sumber infeksi pada manusia (frenkel,
1989)
V. CARA INFEKSI DAN GEJALA KLINIS
Manusia dapat terinfeksi oleh T. gondii dengan berbagai cara yaitu makan
daging mentah atau kurang rnasak yang mengandung kista T. gondii, ternakan atau tertelan bentuk ookista dari tinja kucing, rnisalnya bersarna buah-buahan dan sayursayuran yang terkontaminasi. Juga mungkin terinfeksi melalui transplantasi organ tubuh dari donor penderita toksoplasmosis laten kepada resipien yang belum pernah terinfeksi T. gondii. Kecelakaan laboratorium dapat terjadi melalui jarum suntik dan alat laboratoriurn lain yang terkontaminasi oleh T. gondii. Infeksi kongenital. Terjadi intra uterin melalui plasenta (WHO, 1979 ; Levine, 1990).
Setelah terjadi infeksi T. gondii ke dalam tubuh akan terjadi proses yang terdiri dari tiga tahap yaitu parasitemia, di mana parasit menyerang organ dan jaringan serta memperbanyak diri dan menghancurkan sel-sel inang. Perbanyakan diri ini paling nyata terjadi pada jaringan retikuloendotelial dan otak, di mana parasit mempunyai afinitas paling besar. Pembentukan antibodi merupakan tahap kedua
setelah terjadinya infeksi. Tahap ketiga rnerupakan rase kronik, terbentuk kista-kista yang menyebar di jaringan otot dan syaraf, yang sifatnya menetap tanpa
menimbulkan peradangan lokal.
Pada garis besarnya sesuai dengan cara penularan dan gejala klinisnya, toksoplasmosis dapat dikelompokkan atas: toksoplasmosis akuisita (dapatan) dan
toksoplasmosis kongenital. Baik toksoplasmosis dapatan maupun kongenital sebagian besar asimtomatis atau tanpa gejala. Keduanya dapat bersifat akut dan
© 2003 Digitized by USU digital library 5 kemudian menjadi kronik atau laten. Gejala yang nampak sering tidak spesifik dan sulit dibedakan dengan penyakit lain. Toksoplasmosis dapatan biasanya tidak diketahui karena jarang menimbulkan gejala. Tetapi bila seorang ibu yang sedang hamil mendapat infeksi primer, ada kemungkinan bahwa 50% akan melahirkan anak dengan toksoplasmosis kongenital.
Gejala yang dijumpai pada orang dewasa maupun anak-anak umumnya ringan. Gejala klinis yang paling sering dijumpai pada toksoplasmosis dapatan adalah
limfadenopati dan rasa lelah, disertai demam dan sakit kepala (Zaman dan Keong, 1988).
Pada infeksi akut, limfadenopati sering dijumpai pada kelenjer getah bening daerah leher bagian belakang. Gejala tersebut di atas dapat disertai demam, mialgia, malaise. Bentuk kelainan pada kulit akibat toksoplasmosis berupa ruam
makulopapuler yang mirip kelainan kulit pada demam titus, sedangkan pada jaringan paru dapat terjadi pneumonia interstisial.
Gambaran klinis toksoplasmosis kongenital dapat bermacam-macam. Ada yang tampak normal pada waktu lahir dan gejala klinisnya baru timbul setelah beberapa minggu sampai beberapa tahun. Ada gambaran eritroblastosis, hidrops fetalis dan triad klasik yang terdiri dari hidrosefalus, korioretinitis dan perkapuran
intrakranial atau tetrade sabin yang disertai kelainan psikomotorik (Zaman dan Keong, 1988). Toksoplasmosis kongenital dapat menunjukkan gejala yang sangat
berat dan menimbulkan kematian penderitanya karena parasit telah tersebar luas di berbagai organ penting dan juga pada sistem syaraf penderita.
Gejala susunan syaraf pusat sering meninggalkan gejala sisa, misalnya retardasi mental dan motorik. Kadang-kadang hanya ditemukan sikatriks pada retina yang dapat kambuh pada masa anak-anak, remaja atau dewasa. Korioretinitis karena toksoplasmosis pada remaja dan dewasa biasanya akibat infeksi kongenital.
Akibat kerusakan pada berbagai organ, maka kelainan yang sering terjadi bermacam-macam jenisnya. Kelainan pada bayi dan anak-anak akibat infeksi pada ibu selama kehamilan trimester pertama, dapat berupa kerusakan yang sangat berat sehingga terjadi abortus atau lahir mati, atau bayi dilahirkan dengan kelainan seperti ensefalomielitis, hidrosefalus, kalsifikasi serebral dan korioretinitis. Pada anak yang lahir prematur, gejala klinis lebih berat dari anak yang lahir cukup bulan, dapat disertai hepatosplenomegali, ikterus, limfadenopati, kelainan susunan syaraf pusat dan lesi mata.
Infeksi T. gondii pada individu dengan imunodefisiensi menyebabkan manifestasi penyakit dari tingkat ringan, sedang sampai berat, tergantung kepada derajat imunodefisiensinya (Cornain dkk., 1990). Menurut Gandahusada dkk., (1992), pada penderita imunodefisiensi, infeksi T. gondii menjadi nyata, misalnya pada penderita karsinoma, leukemia atau penyakit lain yang diberi pengobatan kortikosteroid dosis tinggi atau radiasi. Gejala yang timbul biasanya demam tinggi, disertai gejala susunan syaraf pusat karena adanya ensefalitis difus.
Gejala klinis yang berat ini mungkin disebabkan oleh eksaserbasi akut dari infeksi yang terjadi sebelumnya atau akibat infeksi baru yang menunjukkan gejala klinis yang dramatis karena adanya imuno-defisiensi.
Pada penderita AIDS, infeksi T. gondii sering menyebabkan ensefalitis dan kematian. Sebagian besar penderita AIDS dengan ensefalitis akibat T. gondii tidak menunjukkan pembentukan antibodi dalam serum (cornain dkk., 1990).
VI. EPIDEMIOLOGI
Toxoplasma gondii ditemukan di seluruh dunia. Infeksi terjadi, di mana ada kucing yang mengeluarkan ookista bersama tinjanya. Ookista ini adalah bentuk yang infektif dan dapat menular pacta manusia atau hewan lain.
© 2003 Digitized by USU digital library 6
Seekor kucing dapat mengeluarkan sampai 10 juta ookista sehari selama 2 minggu. Di dalam tanah yang lembab dan teduh, ookista dapat hidup lama sampai lebih dari satu tahun. sedangkan tempat yang terkena sinar matahari langsung dan tanah kering dapat memperpendek hidupnya. Bila di sekitar rumah tidak ada tanah, kucing akan berdefekasi di lantai atau tempat lain, di mana ookista bisa hidup cukup lama bila tempat tersebut lembab. Cacing tanah mencampur ookista dengan tanah, kecoa dan lalat dapat menjadi vektor mekanik yang dapat memindahkan ookista dari tanah atau lantai ke makanan. Di Indonesia tanah yang mengandung ookista Toxoplasma belum diselidiki (Gandahusada, 1988).
Ookista ini dapat hidup lebih dari satu tahun di tanah yang lembab. Bila ookista tertelan oleh tikus, tikus terinfeksi dan akan terbentuk kista dalam otot dan otaknya. Bila tikus dimakan oleh kucing, maka kucing akan tertular lagi. Bila ookista ini tertelan oleh manusia atau hewan lain, maka akan terjadi infeksi. Misalnya kambing, sapi dan kuda pemakan rumput yang mungkin tercemar tinja kucing yang mengandung ookista, dapat terinfeksi. Juga ayam dan burung yang mencari makan di tanah (misal cacing tanah) juga dapat terinfeksi. Manusia juga dapat terinfeksi.
Manusia juga dapat tertular dengan ookista di tanah, misalnya bila makan sayursayuran mentah yang tercemar tinja kuning, atau setelah berkebun lupa mencuci tangan sewaktu mau makan. Anak balita yang bermain di tanah juga dapat terinfeksi oleh ookista.
Penyebaran Toxoplasma gondii sangat luas, hampir di seluruh dunia,termasuk Indonesia baik pada manusia maupun pada hewan. Sekitar 30% dari penduduk Amerika Serikat positif terhadap pemeriksaan serologis, yang menunjukkan pernah terinfeksi pada suatu saat dalammasa hidupnya (Levin, 1990).
Kontak yang sering terjadi dengan hewan terkontaminasi atau dagingnya, dapat dihubungkan dengan adanya prevalensi yang lebih tinggi di antara dokter hewan, mahasiswa kedokteran hewan, pekerja di rumah potong hewan dan orang yang
menangani dagig mentah seperti juru masak (Konishi dkk., 1987).
Krista T,gondii dalam daging dapat bertahan hidup pada suhu -40C sampai tiga minggu. Kista tersebut akan mati jika daging dalam keadaan beku pada suhu - 150C selama tiga hari dan pada suhu -200C selama dua hari. Daging dapat menjadih angat pada semua bagian dengan suhu 650C selama empat sampai lima menit atau lebih maka secara keseluruhan daging tidak mengandung kista aktif, demikian juga hasil daging siap konsumsi yang diolah dengan garam dan nitrat (WHO, 1979).
Konsumsi daging mentah atau daging yang kurang masak merupakan sumber infeksi pada manusia (WHO, 1979; Jawetz dkk., 1986; Volk dan Wheeler, 1989).
Tercemarnya alat-alat untuk masak dan tangan oleh bentuk infektif parasit ini pada waktu pengolahan makanan merupakan sumber lain untuk penyebaran T. gondii.
Menurut Konishi dkk. (1987), jalur alami dari infeksi T. gondii pada manusia telah difokuskan pada tertelannya ookista dan kista parasit ini secara tidak sengaja, kecuali perpindahan secara kongenital. Pentingnya peranan kista dalam perpindahan tersebut dapat diabaikan, sesuai dengan rendahnya tingkat prevalensi pada hewanhewan potong atau hewan pedaging, maka ookistanya dapat menjadi sumber utama bagi infeksi pada manusia.
Prevalensi zat anti T. gondii berbeda di berbagai daerah geografik, seperti pada ketinggian yang berbeda di daerah rendah prevalensi zat anti lebih tinggi dibandingkan dengan daerah yang tinggi. Prevalensi zat anti ini juga lebih tinggi di daerah tropik.
Pada umumnya prevalensi zat anti T. gondii yang positif meningkat sesuai dengan umur, tidak ada perbedaan antara pria dan wanita. Pada manusia prevalensi zat anti T. gondii yang di periksa dengan tes warna di berbagai negara adalah: USA 13-68 %, Austria 7-62 %, El Salvador 40-93 %, Finlandia 7-35 %, Inggris 8-25 %, Paris 33-87 %, Tahiti 45-77 % (Remington dan
© 2003 Digitized by USU digital library 7
Desmonts, 1982 cite Gandahusada, 1994). Di Jepang 59-78 % pada pekerja rumah potong hewan dan 21,7 % pada populasi penduduk dengan umur sama (Konishi,1986 ; Takahashi dan Konishi, 1986). Di berbagai negara toksoplasmosis kongenitalterdapat pada 0,25-7 % dari setiap 1000 kelahiran hidup.
Selanjutnya Konishi (1986), mengatakan di Jepang terdapat prevalensi zat anti T. gondii pada babi 0,33 %, dan pada sapi 1,33 %. Penelitian Frenkel dkk. (1995) di Panama City, didapatkan bahwa anjing sebagai sumber infeksi mendapatkan infeksi dari makan tinja kucing atau bergulingan pada tanah yang mengandung tinja kucing, yang merupakan instrumen penyebaran secara mekanis dari infeksi T. gondii. Lalat dan kecoa secara praktis juga penting dalam penyebarannya.
Di Indonesia, prevalensi zat anti T. gondii pada hewan adalah sebagai berikut: kucing 35-73 %, babi 11-36 %, kambing 11-61 %, anjing 75 % dan pada ternak lain kurang dari 10 % (Gandahusada, 1995).
Prevalensi zat anti T. gondii yang positif pada manusia di Indonesia berkisar antara 2-63 %. Pada tahun 1964, de Roever-Bonnet dkk. menemukan 24 % dari
penduduk pribumi berumur 10-50 tahun di Irian Jaya, seropositif bila titer "dye test" > 1 : 4 dianggap sebagai batas positif. Pada penelitian Clarke dkk.(1973) dan Durfee (1976) digunakan titer IRA > 1 : 16 dan 1 : 32 sebagai batas positif dan didapatkan prevalensi 51 % di Jawa Barat, 20 % di Jawa Tengah dan 31 % di Kalimantan Selatan. Pada uji lain dengan uji IFA van der Veen dkk. (1974) melaporkan prevalensi 63 % di Surabaya, bila titer> 1 : 32 dianggap sebagai batas positif.
Dengan dipakainya titer> 1 : 32 atau lebih rendah sebagai batas positif, maka didapatkan prevalensi yang lebih tinggi, yaitu sampai 63 %.
Pada penelitian selanjutnya, titer IRA >.1 : 256 ditentukan sebagai batas positif, karena titer ini menunjukan pemaparan yang baru terjadi. Kemudian dilaporkan prevalensi dari berbagai daerah yang lebih rendah yaitu: Surabaya, Jawa Timur 8,9 % (Yamamoto dkk. 1970); Lembah Lindu, Sulawesi Tengah 7,9% (Clarke dkk. 1975) : Lembah Palu, Sulawesi Tengah 16 % (Cross dkk. 1975a); Boyolali, Jawa Tengah 2 % (Cross dkk. 1975b); Sumatera Utara 9 % (Cross dkk. 1975c); Kalimantan Barat 3 % (Cross dkk. 1975d); Jakarta 10 % pada mahasiswa Universitas Swasta (partono & Cross, 1975); 12,5 % dari 184 mahasiswa dan 96
orang karyawan Universitas Indonesia (Gandahusada, 1978); Obano, Irian Jaya, 34,6 % (Gandahusada dan Endardjo, 1980) dan Menado, Sulawesi Utara 60 %
(Kapojos, 1988) dengan titer IHA > 1 : 128 sebagai batas positif, seperti terlihat pada tabel 1.
Prevalensi toksoplasmosis pada berbagai kelompok etnik telah diteliti dan dilaporkan, 18 % pada mahasiswa pribumi dan 7 % pada mahasiswa keturunan Cina (partono dan Cross, 1975). Dan pada penelitian lain Gandahusada (1978) prevalensi adalah 14,3 % pada kelompok pribumi dan 2,3 % pada kelompok keturunan Cina. Prevalensi zat anti T. gondii pada wanita hamil di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta adalah 14,3 % (Sayogo dkk, 1980) dan angka seropositif pada 50 kasus abortus di Bagian Obgin adalah 67,8 % (Samil, 1988). Pada tahun 1985, 810 serum wanita diperiksa terhadap antibodi Toxoplasma, yang terdiri dari 288 serum dari wanita yang tidak pernah abortus atau kematian janin dalam kandungan, 409 serum wanita dengan abortus habitualis atau sporadik dan 145 serum wanita dengan riwayat kematian janin dalam kandungan. Dua puluh empat dari 409 wanita dengan riwayat abortus juga mengalami kematian janin dalam kandungan. Titer IHA > 1 : 4 ditemukan pada 71,8 % (dari 288) wanita yang tidak pernah abortus, 67,8 % (84) wanita mengalami keguguran satu kali, 74,3 % (156) dengan keguguran lebih dari satu kali, 76 % (57) dengan abortus habitualis, 72,7 % (483) yang tidak pernah kematian janin dalam kandungan dan 70,4 % (102) dengan riwayat kematian janin dalam kandungan. Angka seropositif antibodi Toxoplasnla © 2003 Digitized by USU digital library 8 pada berbagai kelompok wanita yang diperiksa tidak dapat ditemukan perbedaan yang bermakna. Pada orang dewasa dan anak-anak dengan retinokoroiditis, prevalensi antibodi adalah 60 %, sedangkan pada pasien dengan penyakit mata lain
prevalensi 17 % (Ganda-husada, 1995). Angka prevalensi toksoplasmosis kongenital pada bayi baru lahir belum ada, namun kasus toksoplasmosis kongenital telah banyak dilaporkan di Indonesia.
Partono dan Cross (1976) melaporkan kasus kebutaan pada anak umur 18 bulan dengan titer IFA 1 : 1024. Said dkk. (1978) melaporkan kasus toksoplasmosis kongenital pada bayi berumur 13 bulan dan 6,5 bulan dengan retardasi mental dan motorik serta kelainan mata, kalsifikasi serebral dan titer IHA dan IFA tinggi.
Antibodi T. gondii ditemukan pada 7 (10,6%) dari 66 anak hidrosefalus di Jakarta, yang berumur antara 1 hari sampai 12 tahun, dengan titer IHA > 1 : 256
(Gandahusada dan Mahjuddin, 1981). Dari 99 bayi dengan cacat kongenital, berumur antara 1 hari sampai 6 bulan ternyata 18,2 % menderita toksoplasmosis
kongenital dengan ditemukan IgM, titer IgG yang meningkat atau tetap tinggi, dan dengan ditemukan parasit pada autopsi (Gandahusada, 1988). Lazuardi dkk. (1989)
melaporkan antibodi T. go'ndii pada 44.6 % anak dengan retardasi mental, 44,6 % pada anak dengan lesi mata dan 9,5% pada anak dengan gejala umum. Widyantoro (1989) menemukan 7 kasus toksoplasmosis kongenital pada 18 bayi yang ibunya mempunyai titer IgG tinggi; dua anak hidrosefalus dan mikro sefalus dengan titer IgG dan IgM positif (ELISA); 2 bayi prematur, seorang dengan IgM positif, yang lain IgG positif pada waktu lahir dan pada usia 6 bulan; 3 bayi yang klinis normal dengan titer IgG positif pada waktu lahir dan pada usia 6 bulan serta titer IgM positif pada satu bayi.
Pencegahan Kucing merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya toksoplasmosis, karena kucing mengeluarkan berjuta juta ookista dalam tinjanya, yang dapat bertahan sampai satu tahun di dalam tanah yang teduh dan lembab. Untuk mencegah hal ini, maka dapat di jaga terjadinya infeksi pada kucing, yaitu dengan memberi makanan yang matang sehingga kucing tidak berburu tikus atau burung. Bila kucing diberikan monensin 200 mg/kg melalui makanannya, maka kucing tersebut tidak akan mengeluarkan ookista bersama tinjanya, tetapi ini hanya dapat digunakan untuk kucing peliharaan (Frenkel dan Smith, 1982). Untuk mencegah terjadinya infeksi dengan ookista yang berada di dalam tanah, dapat diusahakan mematikan ookista dengan bahan kimia seperti formalin, amonia dan iodin dalam bentuk larutan serta air panas 70oC yang disiramkan pada tinja kucing (Remington & Desmont, 1982 ; Siegmund, 1979).
Anak balita yang bermain di tanah atau ibu-ibu yang emar berkebun, juga petani sebaiknya mencuci tangan yang bersih dengan sabun sebelum makan. Sayur mayur yang dimakan sebagai lalapan harus dicuci bersih, karena ada kemungkinan ookista melekat pada sayuran, makanan yang matang harus di tutup rapat supaya tidak dihinggapi lalat atau kecoa yang dapat memindahkan ookista dari tinja kucing ke makanan tersebut.
Kista jaringan dalam hospes perantara (kambing, sapi, babi dan ayam) sebagai sumber infeksi dapat dimusnahkan dengan memasaknya sampai 66 0C atau mengasap dan sampai matang sebelum dimakan. Ibu yang memasak, jangan mencicipi hidangan daging yang belum matang. Setelah memegang daging mentah (tukang jagal, penjual daging, tukang masak) sebaiknya cuci tangan dengan sabun sampai bersih. Yang paling penting dicegah adalah terjadinya toksoplasmosis kongenital, karena anak yang lahir cacat dengan retardasi mental dan gangguan motorik, merupakan beban masyarakat. Pencegahan dengan tindakan abortus artefisial yang dilakukan selambatnya sampai kehamilan 21-24 minggu, mengurangi kejadian toksoplasmosis kongenital kurang dari 50 %, karena lebih dari 50 % © 2003 Digitized by USU digital library 9 toksoplasmosis kongenital diakibatkan infeksi primer pada trimester terakhir kehamilan (Wilson dan Remington, 1980).
Pencegahan dengan obat-obatan, terutama pada ibu hamil yang diduga menderita infeksi primer dengan Toxoplasma gondii, dapat dilakukan dengan spiramisin. Vaksin untuk mencegah infeksi toksoplasmosis pada manusia belum tersedia sampai saat ini.
VII. KESIMPULAN
Prevalensi zat anti Toxoplasma gondii di Indonesia pada manusia adalah 2-63 %, pada kucing 35-73 %, babi 11-36 %, kambing 11-61 %, anjing 75 % dan pada ternak lain kurang dari 10 %.
Prevalensi zat anti Toxoplasma gondii tergantung pada ada tidaknya kucing di suatu daerah dan pada kebiasaan makan daging kurang matang. Daging ternak dan ayam/burung serta tanah yang tercemar tinja kucing merupakan sumber infeksi.
Dalam pencegahan infeksi Toxoplasma gondii, anjing dan kucing kesayangan tidak perlu disingkirkan dari rumah, tetapi perlu diperhatikan bahwa tinja kucing tidak mencemari makanan dan tangan kita. Tindakan pencegahan infeksi Toxoplasma gondii antara lain adalah :
- jangan makan daging mentah atau kurang matang
- mencuci tangan setelah memegang daging mentah
- mencuci alat dapur bekas daging mentah
- tidak makan sayuran mentah sebagai lalap
- mencuci tangan setelah berkebun atau memegang kucing
- mencegah lalat dan kecoa menghinggapi makanan.
Tabel: Survey Serologika terhadap antibodi Toxoplasma di Indonesia
NIM : 20091420146006
I. PENDAHULUAN
Di negara beriklim lembab, penyakit parasit masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang cukup serius. Salah satu di antaranya adalah infeksi
protozoa yang ditularkan melalui tubuh kucing. Infeksi penyakit yang ditularkan oleh kucing ini mempunyai prevalensi yang cukup tinggi, terutama pada masyarakat yang mempunyai kebiasaan makan daging mentah atau kurang matang. Di Indonesia faktor-faktor tersebut disertai dengan keadaan sanitasi lingkungan dan banyaknya sumber penularan (Sasmita dkk, 1988).
Toksoplasmosis, suatu penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii, merupakan penyakit parasit pada manusia dan juga pada hewan yang menghasilkan daging bagi konsumsi manusia (Konishi dkk, 1987). Infeksi yang disebabkan oleh T. gondii tersebar di seluruh dunia, pada hewan berdarah panas dan mamalia lainnya termasuk manusia sebagai hospes perantara, kucing dan berbagai jenis Felidae lainnya sebagai hospes definitif (WHO, 1979).
Infeksi Toxoplasma tersebar luas dan sebagian besar berlangsung asimtomatis, meskipun penyakit ini belum digolongkan sebagai penyakit parasiter yang diutamakan pemberantasannya oleh pemerintah, tetapi beberapa penelitian telah dilakukan di beberapa tempat untuk mengetahui derajat distribusi dan prevalensinya. Indonesia sebagai negara tropik merupakan tempat yang sesuai
untuk perkembangan parasit tersebut. Keadaan ini ditunjang oleh beberapa faktor seperti sanitasi lingkungan dan banyak sumber penularan terutama kucing dan sebangsanya (Felidae) (Adyatma, 1980 ; Levine, 1990).
Manusia dapat terkena infeksi parasit ini dengan cara didapat (Aquired toxoplasmosis) maupun diperoleh semenjak dalam kandungan (Congenital
toxoplasmosis). Diperkirakan sepertiga penduduk dunia mengalami infeksi penyakit ini.
Protozoa ini hidup dalam sel epitel usus muda hospes definitif, sedangkan ookistanya dikeluarkan bersama tinjanya. Penularan parasit ini terjadi dengan tertelannya ookista dan kista jaringan dalam daging mentah atau kurang matang
serta transplasental pada waktu janin dalam kandungan. Diagnosis infeksi protozoa ini dilakukan dengan mendapatkan antibodi IgM dan IgG anti T. gondii dalam tes serologi (WHO, 1979 ; Zaman dan Keong, 1988).
Sebagai parasit, T. gondii ditemukan dalam segala macam sel jaringan tubuh kecuali sel darah merah. Tetapi pada umumnya parasit ini ditemukan dalam sel
retikulo endotelial dan sistem syaraf pusat (Remington dan Desmonts, 1983).
Bertitik tolak dari masalah tersebut di atas, dalam makalah ini penulis mencoba menguraikan dan menginformasikan mengenai Epidemiologi Toxoplasma gondii.
II. SEJARAH .
Toxoplasma gondii pertama kali ditemukan oleh Nicole dan Manceaux tahun
1908 pada limfa dan hati hewan pengerat Ctenodactylus gundi di Tunisia Afrika dan pada seekor kelinci di Brazil. Lebih lanjut Mello pada tahun 1908 melaporkan protozoa yang sama pada anjing di Italia, sedangkan Janku pada tahun 1923 menemukan protozoa tersebut pada penderita korioretinitis dan oleh Wolf pada
© 2003 Digitized by USU digital library 2 tahun 1937 telah di isolasinya dari neonatus dengan ensefalitis dan dinyatakan sebagai penyebab infeksi kongenital pada anak. Walaupun perpindahan intra-uterin secara transplasental sudah diketahui, tetapi baru pada tahun 1970 daur hidup parasit ini menjadi jelas ketika ditemukan daur seksualnya pacta kucing (Hutchison, 1970).
Menurut Brotowidjoyo (1987), pada tahun 1969 posisi T. gondii dalam klasifikasi masih belum pasti, namun pada tahun 1970 dapat ditetapkan bahwa T. gondii termasuk kelas Sporozoa yang mirip dengan Isospora.
Pada tahun 1970, ditemukan secara serentak di beberapa negara bahwa T. gondii ternyata memproduksi ookista di dalam tubuh kucing yang tidak dapat dibedakan dengan suatu ookista yang kemudian disebut Isospora bigemina. Dengan kata lain, ookista ini berisi dua sporokista yang masing-masing berisi empat sporozoit (Levine, 1990).
Di Indonesia toksoplasmosis mulai diteliti pakar ilmu kesehatan pada tahun 1972 baik pada manusia ataupun pada hewan (Sasmita, 1989).
III. MORFOLOGI DAN KLASIFlKASI
Toxoplasma gondii merupakan protozoa obligat intraseluler, terdapat dalam tiga bentuk yaitu takizoit (bentuk proliferatif), kista (berisi bradizoit) dan ookista (berisi sporozoit) (WHO, 79, Frenkel,1989, Sardjono dkk., 1989).
Bentuk takizoit menyerupai bulan sabit dengan ujung yang runcing dan ujung lain agak membulat. Ukuran panjang 4-8 mikron, lebar 2-4 mikron dan mempunyai selaput sel, satu inti yang terletak di tengah bulan sabit dan beberapa organel lain seperti mitokondria dan badan golgi (Levine, 1990). Tidak mempunyai kinetoplas dan sentrosom serta tidak berpigmen. Bentuk ini terdapat di dalam tubuh hospes perantara seperti burung dan mamalia termasuk manusia dan kucing sebagal hospes definitif. Takizoit ditemuKan pada infeksi akut dalam berbagai jaringan tubuh.
Takizoit dapat memasuki tiap sel yang berinti (gambar 1).
Kista dibentuk di dalam sel hospes bila takizoit yang membelah telah membentuk dinding. Ukuran kista berbeda-beda, ada yang berukuran kecil hanya berisi beberapa bradizoit dan ada yang berukuran 200 mikron berisi kira-kira 3000 bradizoit. Kista dalam tubuh hospes dapat ditemukan seumur hidup terutama di otak, otot jantung, dan otot bergaris (Krahenbuhl dan Remington, 1982).
Gambar 1. Takizoit Toxoplasma gondii (Frenkel, 1989)
© 2003 Digitized by USU digital library 3
Keterangan: A. takizoit dalam sel mononuklear besar
B. takizoit bebas dalam darah
Di otak bentuk kista lonjong atau bulat, tetapi di dalam otot bentuk kista
mengikuti bentuk sel otot. Kista ini merupakan stadium istirahat dari T. gondii.
Menurut Levine (1990), pada infeksi kronis kista dapat ditemukan dalam jaringan
organ tubuh dan terutama di otak.
Ookista berbentuk lonjong, berukuran 11-14 x 9-11 mikron. Ookista mempunyai dinding, berisi satu sporoblas yang membelah menjadi dua sporoblas.
Pada perkembangan selanjutnya ke dua sporoblas membentuk dinding dan menjadi sporokista. Masing-masing sporokista tersebut berisi 4 sporozoit yang berukuran 8 x
2 mikron dan sebuah benda residu (Frenkel, 1989 ; Levine, 1990).
Toxoplasma gondii dalam klasifikasi termasuk kelas Sporozoasida, karena berkembang biak secara seksual dan aseksual yang terjadi secara bergantian (Levine, 1990). Menurut Levine (1990) klasifikasi parasit sebagai berikut :
D u n i a : Animalia
Sub Dunia : Protozoa
F i l u m : Apicomplexa
K e l a s : Sporozoasida
Sub Kelas : coccidiasina
B a n g s a : Eucoccidiorida
Sub Bangsa : Eimeriorina
S u k u : Sarcocystidae
M a r g a : Toxoplasma
J e n is : Toxoplasma gondii.
IV. DAUR HIDUP
Kucing dan hewan sejenisnya merupakan hospes definitif dari T. gondii. Di
dalam usus kecil kucing sporozoit menembus sel epitel dan tumbuh menjadi
trofozoit. Inti trofozoit membelah menjadi banyak sehingga terbentuk skizon. Skizon matang pecah dan menghasilkan banyak merozoit (skizogoni). Daur aseksual ini dilanjutkan dengan daur seksual. Merozoit masuk ke dalam sel epitel dan membentuk makrogametosit dan mikrogametosit yang menjadi makrogamet dan mikrogamet (gametogoni). Setelah terjadi pembuahan terbentuk ookista, yang akan dikeluarkan bersama tinja kucing. Di luar tubuh kucing, ookista tersebut akan berkembang membentuk dua sporokista yang masing-masing berisi empat sporozoit (sporogoni) (Krahenbuhl dan Remington, 1982). Bila ookista tertelan oleh mamalia seperti domba, babi, sapi dan tikus serta ayam atau burung, maka di dalam tubuh hospes perantara akan terjadi daur aseksual yang menghasilkan takizoit. Takizoit akan membelah, kecepatan membelah takizoit ini berkurang secara berangsur kemudian terbentuk kista yang mengandung bradizoit. Bradizoit dalam kista biasanya ditemukan pada infeksi menahun (infeksi laten).
Bila kucing sebagai hospes definitif makan hospes perantara yang terinfeksi maka berbagai stadium seksual di dalam sel epitel usus muda akan terbentuk lagi.
Jika hospes perantara yang dimakan kucing mengandung kista T. gondii, maka masa prepatennya 2 -3 hari. Tetapi bila ookista tertelan langsung oleh kucing, maka masa prepatennya 20 -24 hari. Dengan demikian kucing lebih mudah terinfeksi oleh kista dari pada oleh ookista (Cox, 1982 ; Levine, 1990)
(gambar 2).
© 2003 Digitized by USU digital library 4
Gambar 2. Daur hidup Toxoplasma gondii, sumber infeksi pada manusia (frenkel,
1989)
V. CARA INFEKSI DAN GEJALA KLINIS
Manusia dapat terinfeksi oleh T. gondii dengan berbagai cara yaitu makan
daging mentah atau kurang rnasak yang mengandung kista T. gondii, ternakan atau tertelan bentuk ookista dari tinja kucing, rnisalnya bersarna buah-buahan dan sayursayuran yang terkontaminasi. Juga mungkin terinfeksi melalui transplantasi organ tubuh dari donor penderita toksoplasmosis laten kepada resipien yang belum pernah terinfeksi T. gondii. Kecelakaan laboratorium dapat terjadi melalui jarum suntik dan alat laboratoriurn lain yang terkontaminasi oleh T. gondii. Infeksi kongenital. Terjadi intra uterin melalui plasenta (WHO, 1979 ; Levine, 1990).
Setelah terjadi infeksi T. gondii ke dalam tubuh akan terjadi proses yang terdiri dari tiga tahap yaitu parasitemia, di mana parasit menyerang organ dan jaringan serta memperbanyak diri dan menghancurkan sel-sel inang. Perbanyakan diri ini paling nyata terjadi pada jaringan retikuloendotelial dan otak, di mana parasit mempunyai afinitas paling besar. Pembentukan antibodi merupakan tahap kedua
setelah terjadinya infeksi. Tahap ketiga rnerupakan rase kronik, terbentuk kista-kista yang menyebar di jaringan otot dan syaraf, yang sifatnya menetap tanpa
menimbulkan peradangan lokal.
Pada garis besarnya sesuai dengan cara penularan dan gejala klinisnya, toksoplasmosis dapat dikelompokkan atas: toksoplasmosis akuisita (dapatan) dan
toksoplasmosis kongenital. Baik toksoplasmosis dapatan maupun kongenital sebagian besar asimtomatis atau tanpa gejala. Keduanya dapat bersifat akut dan
© 2003 Digitized by USU digital library 5 kemudian menjadi kronik atau laten. Gejala yang nampak sering tidak spesifik dan sulit dibedakan dengan penyakit lain. Toksoplasmosis dapatan biasanya tidak diketahui karena jarang menimbulkan gejala. Tetapi bila seorang ibu yang sedang hamil mendapat infeksi primer, ada kemungkinan bahwa 50% akan melahirkan anak dengan toksoplasmosis kongenital.
Gejala yang dijumpai pada orang dewasa maupun anak-anak umumnya ringan. Gejala klinis yang paling sering dijumpai pada toksoplasmosis dapatan adalah
limfadenopati dan rasa lelah, disertai demam dan sakit kepala (Zaman dan Keong, 1988).
Pada infeksi akut, limfadenopati sering dijumpai pada kelenjer getah bening daerah leher bagian belakang. Gejala tersebut di atas dapat disertai demam, mialgia, malaise. Bentuk kelainan pada kulit akibat toksoplasmosis berupa ruam
makulopapuler yang mirip kelainan kulit pada demam titus, sedangkan pada jaringan paru dapat terjadi pneumonia interstisial.
Gambaran klinis toksoplasmosis kongenital dapat bermacam-macam. Ada yang tampak normal pada waktu lahir dan gejala klinisnya baru timbul setelah beberapa minggu sampai beberapa tahun. Ada gambaran eritroblastosis, hidrops fetalis dan triad klasik yang terdiri dari hidrosefalus, korioretinitis dan perkapuran
intrakranial atau tetrade sabin yang disertai kelainan psikomotorik (Zaman dan Keong, 1988). Toksoplasmosis kongenital dapat menunjukkan gejala yang sangat
berat dan menimbulkan kematian penderitanya karena parasit telah tersebar luas di berbagai organ penting dan juga pada sistem syaraf penderita.
Gejala susunan syaraf pusat sering meninggalkan gejala sisa, misalnya retardasi mental dan motorik. Kadang-kadang hanya ditemukan sikatriks pada retina yang dapat kambuh pada masa anak-anak, remaja atau dewasa. Korioretinitis karena toksoplasmosis pada remaja dan dewasa biasanya akibat infeksi kongenital.
Akibat kerusakan pada berbagai organ, maka kelainan yang sering terjadi bermacam-macam jenisnya. Kelainan pada bayi dan anak-anak akibat infeksi pada ibu selama kehamilan trimester pertama, dapat berupa kerusakan yang sangat berat sehingga terjadi abortus atau lahir mati, atau bayi dilahirkan dengan kelainan seperti ensefalomielitis, hidrosefalus, kalsifikasi serebral dan korioretinitis. Pada anak yang lahir prematur, gejala klinis lebih berat dari anak yang lahir cukup bulan, dapat disertai hepatosplenomegali, ikterus, limfadenopati, kelainan susunan syaraf pusat dan lesi mata.
Infeksi T. gondii pada individu dengan imunodefisiensi menyebabkan manifestasi penyakit dari tingkat ringan, sedang sampai berat, tergantung kepada derajat imunodefisiensinya (Cornain dkk., 1990). Menurut Gandahusada dkk., (1992), pada penderita imunodefisiensi, infeksi T. gondii menjadi nyata, misalnya pada penderita karsinoma, leukemia atau penyakit lain yang diberi pengobatan kortikosteroid dosis tinggi atau radiasi. Gejala yang timbul biasanya demam tinggi, disertai gejala susunan syaraf pusat karena adanya ensefalitis difus.
Gejala klinis yang berat ini mungkin disebabkan oleh eksaserbasi akut dari infeksi yang terjadi sebelumnya atau akibat infeksi baru yang menunjukkan gejala klinis yang dramatis karena adanya imuno-defisiensi.
Pada penderita AIDS, infeksi T. gondii sering menyebabkan ensefalitis dan kematian. Sebagian besar penderita AIDS dengan ensefalitis akibat T. gondii tidak menunjukkan pembentukan antibodi dalam serum (cornain dkk., 1990).
VI. EPIDEMIOLOGI
Toxoplasma gondii ditemukan di seluruh dunia. Infeksi terjadi, di mana ada kucing yang mengeluarkan ookista bersama tinjanya. Ookista ini adalah bentuk yang infektif dan dapat menular pacta manusia atau hewan lain.
© 2003 Digitized by USU digital library 6
Seekor kucing dapat mengeluarkan sampai 10 juta ookista sehari selama 2 minggu. Di dalam tanah yang lembab dan teduh, ookista dapat hidup lama sampai lebih dari satu tahun. sedangkan tempat yang terkena sinar matahari langsung dan tanah kering dapat memperpendek hidupnya. Bila di sekitar rumah tidak ada tanah, kucing akan berdefekasi di lantai atau tempat lain, di mana ookista bisa hidup cukup lama bila tempat tersebut lembab. Cacing tanah mencampur ookista dengan tanah, kecoa dan lalat dapat menjadi vektor mekanik yang dapat memindahkan ookista dari tanah atau lantai ke makanan. Di Indonesia tanah yang mengandung ookista Toxoplasma belum diselidiki (Gandahusada, 1988).
Ookista ini dapat hidup lebih dari satu tahun di tanah yang lembab. Bila ookista tertelan oleh tikus, tikus terinfeksi dan akan terbentuk kista dalam otot dan otaknya. Bila tikus dimakan oleh kucing, maka kucing akan tertular lagi. Bila ookista ini tertelan oleh manusia atau hewan lain, maka akan terjadi infeksi. Misalnya kambing, sapi dan kuda pemakan rumput yang mungkin tercemar tinja kucing yang mengandung ookista, dapat terinfeksi. Juga ayam dan burung yang mencari makan di tanah (misal cacing tanah) juga dapat terinfeksi. Manusia juga dapat terinfeksi.
Manusia juga dapat tertular dengan ookista di tanah, misalnya bila makan sayursayuran mentah yang tercemar tinja kuning, atau setelah berkebun lupa mencuci tangan sewaktu mau makan. Anak balita yang bermain di tanah juga dapat terinfeksi oleh ookista.
Penyebaran Toxoplasma gondii sangat luas, hampir di seluruh dunia,termasuk Indonesia baik pada manusia maupun pada hewan. Sekitar 30% dari penduduk Amerika Serikat positif terhadap pemeriksaan serologis, yang menunjukkan pernah terinfeksi pada suatu saat dalammasa hidupnya (Levin, 1990).
Kontak yang sering terjadi dengan hewan terkontaminasi atau dagingnya, dapat dihubungkan dengan adanya prevalensi yang lebih tinggi di antara dokter hewan, mahasiswa kedokteran hewan, pekerja di rumah potong hewan dan orang yang
menangani dagig mentah seperti juru masak (Konishi dkk., 1987).
Krista T,gondii dalam daging dapat bertahan hidup pada suhu -40C sampai tiga minggu. Kista tersebut akan mati jika daging dalam keadaan beku pada suhu - 150C selama tiga hari dan pada suhu -200C selama dua hari. Daging dapat menjadih angat pada semua bagian dengan suhu 650C selama empat sampai lima menit atau lebih maka secara keseluruhan daging tidak mengandung kista aktif, demikian juga hasil daging siap konsumsi yang diolah dengan garam dan nitrat (WHO, 1979).
Konsumsi daging mentah atau daging yang kurang masak merupakan sumber infeksi pada manusia (WHO, 1979; Jawetz dkk., 1986; Volk dan Wheeler, 1989).
Tercemarnya alat-alat untuk masak dan tangan oleh bentuk infektif parasit ini pada waktu pengolahan makanan merupakan sumber lain untuk penyebaran T. gondii.
Menurut Konishi dkk. (1987), jalur alami dari infeksi T. gondii pada manusia telah difokuskan pada tertelannya ookista dan kista parasit ini secara tidak sengaja, kecuali perpindahan secara kongenital. Pentingnya peranan kista dalam perpindahan tersebut dapat diabaikan, sesuai dengan rendahnya tingkat prevalensi pada hewanhewan potong atau hewan pedaging, maka ookistanya dapat menjadi sumber utama bagi infeksi pada manusia.
Prevalensi zat anti T. gondii berbeda di berbagai daerah geografik, seperti pada ketinggian yang berbeda di daerah rendah prevalensi zat anti lebih tinggi dibandingkan dengan daerah yang tinggi. Prevalensi zat anti ini juga lebih tinggi di daerah tropik.
Pada umumnya prevalensi zat anti T. gondii yang positif meningkat sesuai dengan umur, tidak ada perbedaan antara pria dan wanita. Pada manusia prevalensi zat anti T. gondii yang di periksa dengan tes warna di berbagai negara adalah: USA 13-68 %, Austria 7-62 %, El Salvador 40-93 %, Finlandia 7-35 %, Inggris 8-25 %, Paris 33-87 %, Tahiti 45-77 % (Remington dan
© 2003 Digitized by USU digital library 7
Desmonts, 1982 cite Gandahusada, 1994). Di Jepang 59-78 % pada pekerja rumah potong hewan dan 21,7 % pada populasi penduduk dengan umur sama (Konishi,1986 ; Takahashi dan Konishi, 1986). Di berbagai negara toksoplasmosis kongenitalterdapat pada 0,25-7 % dari setiap 1000 kelahiran hidup.
Selanjutnya Konishi (1986), mengatakan di Jepang terdapat prevalensi zat anti T. gondii pada babi 0,33 %, dan pada sapi 1,33 %. Penelitian Frenkel dkk. (1995) di Panama City, didapatkan bahwa anjing sebagai sumber infeksi mendapatkan infeksi dari makan tinja kucing atau bergulingan pada tanah yang mengandung tinja kucing, yang merupakan instrumen penyebaran secara mekanis dari infeksi T. gondii. Lalat dan kecoa secara praktis juga penting dalam penyebarannya.
Di Indonesia, prevalensi zat anti T. gondii pada hewan adalah sebagai berikut: kucing 35-73 %, babi 11-36 %, kambing 11-61 %, anjing 75 % dan pada ternak lain kurang dari 10 % (Gandahusada, 1995).
Prevalensi zat anti T. gondii yang positif pada manusia di Indonesia berkisar antara 2-63 %. Pada tahun 1964, de Roever-Bonnet dkk. menemukan 24 % dari
penduduk pribumi berumur 10-50 tahun di Irian Jaya, seropositif bila titer "dye test" > 1 : 4 dianggap sebagai batas positif. Pada penelitian Clarke dkk.(1973) dan Durfee (1976) digunakan titer IRA > 1 : 16 dan 1 : 32 sebagai batas positif dan didapatkan prevalensi 51 % di Jawa Barat, 20 % di Jawa Tengah dan 31 % di Kalimantan Selatan. Pada uji lain dengan uji IFA van der Veen dkk. (1974) melaporkan prevalensi 63 % di Surabaya, bila titer> 1 : 32 dianggap sebagai batas positif.
Dengan dipakainya titer> 1 : 32 atau lebih rendah sebagai batas positif, maka didapatkan prevalensi yang lebih tinggi, yaitu sampai 63 %.
Pada penelitian selanjutnya, titer IRA >.1 : 256 ditentukan sebagai batas positif, karena titer ini menunjukan pemaparan yang baru terjadi. Kemudian dilaporkan prevalensi dari berbagai daerah yang lebih rendah yaitu: Surabaya, Jawa Timur 8,9 % (Yamamoto dkk. 1970); Lembah Lindu, Sulawesi Tengah 7,9% (Clarke dkk. 1975) : Lembah Palu, Sulawesi Tengah 16 % (Cross dkk. 1975a); Boyolali, Jawa Tengah 2 % (Cross dkk. 1975b); Sumatera Utara 9 % (Cross dkk. 1975c); Kalimantan Barat 3 % (Cross dkk. 1975d); Jakarta 10 % pada mahasiswa Universitas Swasta (partono & Cross, 1975); 12,5 % dari 184 mahasiswa dan 96
orang karyawan Universitas Indonesia (Gandahusada, 1978); Obano, Irian Jaya, 34,6 % (Gandahusada dan Endardjo, 1980) dan Menado, Sulawesi Utara 60 %
(Kapojos, 1988) dengan titer IHA > 1 : 128 sebagai batas positif, seperti terlihat pada tabel 1.
Prevalensi toksoplasmosis pada berbagai kelompok etnik telah diteliti dan dilaporkan, 18 % pada mahasiswa pribumi dan 7 % pada mahasiswa keturunan Cina (partono dan Cross, 1975). Dan pada penelitian lain Gandahusada (1978) prevalensi adalah 14,3 % pada kelompok pribumi dan 2,3 % pada kelompok keturunan Cina. Prevalensi zat anti T. gondii pada wanita hamil di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta adalah 14,3 % (Sayogo dkk, 1980) dan angka seropositif pada 50 kasus abortus di Bagian Obgin adalah 67,8 % (Samil, 1988). Pada tahun 1985, 810 serum wanita diperiksa terhadap antibodi Toxoplasma, yang terdiri dari 288 serum dari wanita yang tidak pernah abortus atau kematian janin dalam kandungan, 409 serum wanita dengan abortus habitualis atau sporadik dan 145 serum wanita dengan riwayat kematian janin dalam kandungan. Dua puluh empat dari 409 wanita dengan riwayat abortus juga mengalami kematian janin dalam kandungan. Titer IHA > 1 : 4 ditemukan pada 71,8 % (dari 288) wanita yang tidak pernah abortus, 67,8 % (84) wanita mengalami keguguran satu kali, 74,3 % (156) dengan keguguran lebih dari satu kali, 76 % (57) dengan abortus habitualis, 72,7 % (483) yang tidak pernah kematian janin dalam kandungan dan 70,4 % (102) dengan riwayat kematian janin dalam kandungan. Angka seropositif antibodi Toxoplasnla © 2003 Digitized by USU digital library 8 pada berbagai kelompok wanita yang diperiksa tidak dapat ditemukan perbedaan yang bermakna. Pada orang dewasa dan anak-anak dengan retinokoroiditis, prevalensi antibodi adalah 60 %, sedangkan pada pasien dengan penyakit mata lain
prevalensi 17 % (Ganda-husada, 1995). Angka prevalensi toksoplasmosis kongenital pada bayi baru lahir belum ada, namun kasus toksoplasmosis kongenital telah banyak dilaporkan di Indonesia.
Partono dan Cross (1976) melaporkan kasus kebutaan pada anak umur 18 bulan dengan titer IFA 1 : 1024. Said dkk. (1978) melaporkan kasus toksoplasmosis kongenital pada bayi berumur 13 bulan dan 6,5 bulan dengan retardasi mental dan motorik serta kelainan mata, kalsifikasi serebral dan titer IHA dan IFA tinggi.
Antibodi T. gondii ditemukan pada 7 (10,6%) dari 66 anak hidrosefalus di Jakarta, yang berumur antara 1 hari sampai 12 tahun, dengan titer IHA > 1 : 256
(Gandahusada dan Mahjuddin, 1981). Dari 99 bayi dengan cacat kongenital, berumur antara 1 hari sampai 6 bulan ternyata 18,2 % menderita toksoplasmosis
kongenital dengan ditemukan IgM, titer IgG yang meningkat atau tetap tinggi, dan dengan ditemukan parasit pada autopsi (Gandahusada, 1988). Lazuardi dkk. (1989)
melaporkan antibodi T. go'ndii pada 44.6 % anak dengan retardasi mental, 44,6 % pada anak dengan lesi mata dan 9,5% pada anak dengan gejala umum. Widyantoro (1989) menemukan 7 kasus toksoplasmosis kongenital pada 18 bayi yang ibunya mempunyai titer IgG tinggi; dua anak hidrosefalus dan mikro sefalus dengan titer IgG dan IgM positif (ELISA); 2 bayi prematur, seorang dengan IgM positif, yang lain IgG positif pada waktu lahir dan pada usia 6 bulan; 3 bayi yang klinis normal dengan titer IgG positif pada waktu lahir dan pada usia 6 bulan serta titer IgM positif pada satu bayi.
Pencegahan Kucing merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya toksoplasmosis, karena kucing mengeluarkan berjuta juta ookista dalam tinjanya, yang dapat bertahan sampai satu tahun di dalam tanah yang teduh dan lembab. Untuk mencegah hal ini, maka dapat di jaga terjadinya infeksi pada kucing, yaitu dengan memberi makanan yang matang sehingga kucing tidak berburu tikus atau burung. Bila kucing diberikan monensin 200 mg/kg melalui makanannya, maka kucing tersebut tidak akan mengeluarkan ookista bersama tinjanya, tetapi ini hanya dapat digunakan untuk kucing peliharaan (Frenkel dan Smith, 1982). Untuk mencegah terjadinya infeksi dengan ookista yang berada di dalam tanah, dapat diusahakan mematikan ookista dengan bahan kimia seperti formalin, amonia dan iodin dalam bentuk larutan serta air panas 70oC yang disiramkan pada tinja kucing (Remington & Desmont, 1982 ; Siegmund, 1979).
Anak balita yang bermain di tanah atau ibu-ibu yang emar berkebun, juga petani sebaiknya mencuci tangan yang bersih dengan sabun sebelum makan. Sayur mayur yang dimakan sebagai lalapan harus dicuci bersih, karena ada kemungkinan ookista melekat pada sayuran, makanan yang matang harus di tutup rapat supaya tidak dihinggapi lalat atau kecoa yang dapat memindahkan ookista dari tinja kucing ke makanan tersebut.
Kista jaringan dalam hospes perantara (kambing, sapi, babi dan ayam) sebagai sumber infeksi dapat dimusnahkan dengan memasaknya sampai 66 0C atau mengasap dan sampai matang sebelum dimakan. Ibu yang memasak, jangan mencicipi hidangan daging yang belum matang. Setelah memegang daging mentah (tukang jagal, penjual daging, tukang masak) sebaiknya cuci tangan dengan sabun sampai bersih. Yang paling penting dicegah adalah terjadinya toksoplasmosis kongenital, karena anak yang lahir cacat dengan retardasi mental dan gangguan motorik, merupakan beban masyarakat. Pencegahan dengan tindakan abortus artefisial yang dilakukan selambatnya sampai kehamilan 21-24 minggu, mengurangi kejadian toksoplasmosis kongenital kurang dari 50 %, karena lebih dari 50 % © 2003 Digitized by USU digital library 9 toksoplasmosis kongenital diakibatkan infeksi primer pada trimester terakhir kehamilan (Wilson dan Remington, 1980).
Pencegahan dengan obat-obatan, terutama pada ibu hamil yang diduga menderita infeksi primer dengan Toxoplasma gondii, dapat dilakukan dengan spiramisin. Vaksin untuk mencegah infeksi toksoplasmosis pada manusia belum tersedia sampai saat ini.
VII. KESIMPULAN
Prevalensi zat anti Toxoplasma gondii di Indonesia pada manusia adalah 2-63 %, pada kucing 35-73 %, babi 11-36 %, kambing 11-61 %, anjing 75 % dan pada ternak lain kurang dari 10 %.
Prevalensi zat anti Toxoplasma gondii tergantung pada ada tidaknya kucing di suatu daerah dan pada kebiasaan makan daging kurang matang. Daging ternak dan ayam/burung serta tanah yang tercemar tinja kucing merupakan sumber infeksi.
Dalam pencegahan infeksi Toxoplasma gondii, anjing dan kucing kesayangan tidak perlu disingkirkan dari rumah, tetapi perlu diperhatikan bahwa tinja kucing tidak mencemari makanan dan tangan kita. Tindakan pencegahan infeksi Toxoplasma gondii antara lain adalah :
- jangan makan daging mentah atau kurang matang
- mencuci tangan setelah memegang daging mentah
- mencuci alat dapur bekas daging mentah
- tidak makan sayuran mentah sebagai lalap
- mencuci tangan setelah berkebun atau memegang kucing
- mencegah lalat dan kecoa menghinggapi makanan.
Tabel: Survey Serologika terhadap antibodi Toxoplasma di Indonesia
Langganan:
Komentar (Atom)